Berpapasan

52 7 0
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul 06.45 hari ini masih sama seperti hari-hari sebelumnya. tidak ada pesan masuk ucapan selamat pagi darimu lagi. Sudah 2 minggu ini kamu meninggalkanku tanpa kejelasan yang tepat, kamu tak peduli seberapa sakitnya aku ditinggalkan olehmu.

Pagi hari ini aku hanya di temani oleh sepotong roti goreng dan susu putih buatan mama. Tidak ada lagi yang menjemputku untuk pergi ke sekolah bersama.

"Ma, pa, kak, aku berangkat sekolah dulu ya" Pamitku sesudah selesai sarapan.

"Kamu hati - hati Ra, jangan murung terus nanti juga Danil balik lagi ke kamu" Ucap kakakku.

Seolah mengerti isi pikiranku yang terus memikirkan Danil.

"Apasih ka bikin badmood aja" Kataku sedikit sebal karena selalu digoda oleh kakakku sendiri. Aku berangkat sekolah dengan supir papaku, sebelum papa pergi ke kantor supir papa selalu mengantarku ke sekolah setiap harinya.

Sesampainya di gerbang sekolah seperti biasa aku menyapa pak Udin sebagai rutinitas ku di pagi hari, semoga hari ini tidak bertemu dengannya lagi lirihku dalam hati.

Semakin ku bertemu dengannya semakin hancur benteng yang telah ku jaga sangat hati-hati. Setelah dia menancapkan pisau tajamnya ke dadaku aku tak sanggup bernafas jika melihatnya dihadapanku, aku begitu lemah dalam urusan hati.

"Aura!" suara cempreng Sinta membuyarkan lamunanku.

"Eh Ta, kenapa?" Kataku sedikit kaget mendengar suaranya.

"Kok kenapa sih, ayo ke kelas bareng tumben kamu dateng pagi biasanya 15 menit sebelum mulai pelajaran baru dateng" Ucap Sinta cerewet.

"Hm aku pengen aja lebih pagi, emang kenapa? gaboleh?" Kataku sok tegas.

"Yee biasa aja dong kan cuma nanya, yaudah yuk ke kelas" Dan kami pun berjalan menuju kelas.

Tiba - tiba saja kaki ku terhenti ketika melihat orang yang tak ingin ku lihat hari ini. Aku berpapasan di koridor sekolah dengan mereka. Danil dan Rena mereka memang pasangan yang cocok.

Danil tampan dan menawan, Rena cantik dan tinggi seperti model korea. Sedangkan aku? dandan saja tidak bisa.

"Pagi Ra" Ucap Danil menyapaku dengan senyumnya yang selalu manis,

Sementara Rena menatapku tak suka.

"Pagi" Ucapku singkat.

Karena terlalu sakit melihat 2 manusia menyebalkan ini.

"Yuk Ra ke kelas, lama - lama bisa sakit mata ngeliat mereka" Ucap Sinta sambil menarik tanganku, dia sebal kalau sudah melihat Rena dan Danil.

Aku dan Sinta bergegas ke kelas meninggalkan mereka berdua, seolah Sinta mengerti apa yang aku rasakan jika bertemu Danil.

"Lama - lama gedek deh aku Ra, ngeliat mereka kemana-mana berdua terus sok romantis" Ucap Sinta memulai pembicaraan ketika sudah duduk di bangku kelas.

"Untung aja kita ga sekelas sama 2 orang itu, kalo sekelas pasti aku bully terus tuh si Rena alay" Sinta semakin emosi.

"Udah dong Ta, aku juga kesel ngeliat mereka berduaan di sekolah kaya ga ada tempat lain aja" Kataku ikut emosi.

"Dih dih dih mulai cemburu nih sekarang" Sinta menggodaku.

Bagaimana bisa terlihat bak-baik saja melihat orang yang paling disayang jalan berdua dengan perempuan lain.Mmemang benar aku sangat teramat cemburu melihatnya berduaan bukan denganku lagi, aku tidak rela sampai kapanpun.

"Apasih kamu Ta, ya namanya baru putus mana ada cewe yang bisa langsung move on. Langsung lupain gitu aja, ga ada Ta"

"Aku juga masih sayang sama dia, wajarlah aku cemburu. Aku ga suka dia sama cewe lain" Ucapku teduh mengatakan kalimat yang terakhir.

"Sabar Ra, aku yakin Danil akan menjelaskan semuanya seperti yang dia bilang kemarin" Sinta menasehatiku, aku hanya tersenyum paksa.

"Eh bu Sofi dateng" Ucap Sinta mengagetkanku.

Aku langsung bersiap mengeluarkan buku-buku pelajaran bahasa Inggris. Dan menata ulang hatiku yang cukup membuat jantungku seketika berdegup lebih cepat setelah kejadian tadi.

Hari itu aku ada pelajaran bahasa inggris, bu Sofi yang mengajarkan kami pelajaran bahasa inggris, dia sangat fasih dalam berbahasa inggris. Aku menyukainya dan pelajarannya, dia baik dan sangat ramah dalam mengajar.

Seusai pelajaran pertama, kedua, ketiga dan sampai istirahat ini aku masih tetap memikirkannya. Tapi aku tidak pernah memikirkan dia di saat sedang belajar, bagiku belajar adalah nomor satu. Tidak baik membawa soal perasaan ketika sedang belajar, karena itu dapat menghancurkan segala cita - citaku di masa depan.

Aku paham betul bahwa mempertahankan prestasi sangatlah sulit daripada mendapatkannya. Danil adalah semangatku di sekolah, tidak, tidak hanya di sekolah. Dia semangat hidupku, dia inspirasiku, dan dia juga yang melukaiku.

Tidak ada yang sehebat Tuhan, ku percaya semua kan baik - baik saja. Aku hanya akan terus berdoa yang terbaik untuknya dan diriku. Aku harap dia bahagia bersama yang baru, walaupun aku disini masih sangat terluka dan kecewa padanya, mungkin ini yang terbaik untukku dan Danil.

Berpisah di waktu yang tidak tepat tak pernah sekalipun aku bayangkan akan terjadi seperti ini. Kamu yang sangat ku cintai kini berkhianat hanya karena seorang perempuan yang tidak tahu diri merebutmu dariku.

DnATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang