Cerita lama

45 5 0
                                    

Alvin Gracious. Pria blasteran Inggris - Indonesia tampan, tinggi dan pintar. Sahabat kecilnya Sinta sampai sekarang sudah resmi menjadi kekasihnya.

**flashback on**

"Sin jangan naik-naik gitu dong nanti kamu jatuh" Ucap seorang anak laki-laki yang sedang bermain layangan.

"Tenang aja kali Vin, aku udah biasa naik pohon beginian doang mah" Ucap seorang anak peremuan yang sedang memanjat pohon mangga.

"Tapi nanti kamu bisa jatuh Sin kalo ga hati-hati"

"Kamu bawel banget deh Vin, udah main layangan aja sih gausah ngurusin aku" Anak perempuan itu geram.

"Yaudah kalo nanti jatuh aku ga akan tolongin kamu loh" Nada anak laki-laki itu mengancam.

Tidak lama kemudian...
.
.
*bruk*
.
.
.
"Aduhh sakiitttt" Anak perempuan itu terjatuh dari pohon.

Alvin yang asik sedang bermain layangan sangat terkejut melihat Sinta yang sedang kesakitan akibat jatuh dari pohon mangga.
Tidak menunggu lama Alvin langsung lari ke arah Sinta.

"Tuhkan aku bilang juga apa, jangan naik-naik pohon gitu. Kamu itu anak cewek kok manjat-manjat pohon, sini ku bantu"

"Katanya kamu ga akan nolong aku kalau aku jatuh" Sinta protes.

"Protes aja kamu ya, aku mana bisa liat kamu kesakitan gitu. Kan aku udah janji kalau aku bakal jagain kamu terus, sampai nanti kita sama-sama tua. Aku ga bakal ninggalin kamu" Ucap seorang anak laki-laki itu sangat yakin.

"Apa katamu? ga bakal ninggalin? hei satu minggu lagi kamu bakal pindah ke Kalimantan, dan kamu tau? aku pasti bakal kehilangan kamu banget Vin" Alvin hanya mematung saja mendengarkan

"Aku gatau harus main sama siapa lagi, ga ada lagi yang ngajak aku main" Sinta mengerucutkan bibirnya.

Anak perempuan itu begitu sedih karena akan ditinggalkan sahabatnya yang akan pergi jauh karena harus ikut orang tuanya yang sedang ada tugas keluar kota.

"Kamu jangan sedih gitu dong Sin, aku janji suatu saat nanti kita bakal ketemu lagi dan kita bakal sama-sama lagi kaya sekarang. Kamu cukup tunggu aku aja sampai waktu itu tiba"

Anak laki-laki itu meyakinkan sahabatnya.

"Yaudah deh kalau gitu, tapi jangan pergi lama-lama loh. Aku ga suka nunggu lama-lama, membosankan. Kabari aku terus selagi kamu disana"

Alvin tidak menjawab apa yang Sinta katakan lagi, dipikiran Alvin hanya ingin membuat Sinta sukses di masa yang akan datang. Ia tidak ingin kalau Sinta terus memikirkannya, dia akan malas belajar dan tidak bisa meraih cita-citanya menjadi seorang Psikologi. Alvin hanya tersenyun mendengar perkataan Sinta tadi.

1 tahun..

2 tahun..

5 tahun..

Sampai 10 tahun mereka tidak berkabar dan bertemu. Terlihat Sinta yang sedang terduduk diam di taman dekat rumahnya, taman yang dulu adalah tempat bermainnya bersama Alvin, kini ia sedang memikirkan sahabat lamanya yang sampai sekarang belum ada kabar.

Dia telah menunggu 10 tahun lamanya, begitu setia menunggu seperti apa yang dulu Alvin ucapkan sebelum akhirnya pindah rumah. Ia percaya, sahabatnya itu akan menepati janjinya.

Seketika mata Sinta tertutup oleh tangan orang asing, siapa pemilik tangan tersebut? berani-beraninya memegang matanya tanpa sepengatuhan pemiliknya.

"Hai" Satu kata dari mulut sang pemilik tangan itu.

"Siapa lo? berani-beraninya nutup-nutup mata gue".

"Aish, masih aja galak ya sampe ga inget gue siapa" Ucap seorang pemuda itu.

"Tunggu-tunggu maksud lo 'masih' ? lo kenal gue?" Tanya Sinta penasaran.

"Ya jelas kenal lah, lo sahabat kecil gue masa ga kenal. Emangnya lo tuh, gampang lupa!" Pemuda itu geram karena Sinta telah melupakannya.

"Sahabat kecil? Astaga lo Alvin??" Sinta sontak berteriak dengan suara khasnya yang cempreng.

"Sin biasa aja dong malu nih di liatin orang-orang, iya gue Alvin"

"ALVIN!!!! Yaampun gue kangen banget sama lo, 10 tahun lo ga ngabarin gue, 10 tahun gue nunggu lo, 10 tahun juga gue jom..."

Ucap Sinta berhenti ketika kata terakhirnya menjerumus ke arah yang tidak seharusnya dikatakan.

"Jomblo? hahahaah jadi selama 10 tahun ini lo jomblo? gila kuat juga ya lo, nunggu gue sampe segitunya. Tapi makasih loh Sin udah mau nunggu gue, gue juga sama kok selama 10 tahun ini gue ga berminat buat cari pasangan. Karena gue cuma mau sama lo aja, sesuai janji gue dulu" Ucap pemuda itu sambil tersenyum.

"Yee samanya juga jomblo 10 tahun hahaha tapi seriusan lo gapernah pacaran? lo ganteng gini sekarang emang ga ada yang mau sama lo? Oh iya satu lagi, kenapa lo ga ngasih gue kabar setelah lo pindah? lo gatau gue menderita apa?!"

Ucap Sinta terus bertanya meminta penjelasan kepada Alvin.

"Bawel banget sih, satu-satu dong nanya nya udah kaya wartawan aja. Yang pertama, gue gamau pacaran kalau ga sama lo. Yang kedua, gue emang ganteng, dan yang naksir gue itu banyak! tapi gue cuma mau sama lo. Dan yang ketiga.."

Pemuda itu berhenti berbicara dan mengambil nafas panjang lalu melanjutkan perkataan nya yang tadi.

"Gue mau lo fokus belajar dan dapet beasiswa kuliah ke luar negeri sesuai keinginan lo. Gue tau lo itu orangnya kalau udah megang gadget pasti lupa segala hal, makanya gue mau lo fokus ke buku pelajaran aja tanpa berkabar sama gue. Biar kita nantinya ga hidup susah, kita bakal bahagia tanpa ekonomi yang rendah" Ucap pemuda itu panjang lebar.

"Yee udah dewasa ya sekarang, ngomonginnya jauh banget woy kita masih anak kuliahan, eh tepatnya baru lulus SMA. Tapi bener sih gue kalo berkabar sama lo yang ada keasikan dan lupa sama belajar" Ucap Sinta membenarkan perkataan Alvin tadi.

"Iyalah orang tuh makin dewasa pemikirannya harus mateng, ga kaya lo mentah mulu. Nah, jadi gimana sekarang? dapet ga beasiswa?" Tanya Alvin.

"Tadaaaa!!!" Sinta menunjukan selembaran yang berisi tentang ucapan selamat atas keberhasilannya mencapai beasiswa ke Universitas Oxford.

"Ah! gue selalu yakin lo bisa! selamat ya Sin"

Alvin sontak memeluk Sinta sambil menuangkan rasa rindunya, dan disela-sela pelukan ia berbisik "gue kangen banget sama lo"

Sinta hanya tersenyum dan memeluk lebih erat pelukan Alvin. Setelah kejadian sahabat kecil itu bertemu kembali, Alvin berkunjung ke rumah Sinta yang sangat dekat itu dari taman mereka bertemu.

Taman itu, taman yang selalu mereka berdua  pakai untuk bermain bersama. Mencurahkan kebahagiaan satu sama lain, dan sekarang menjadi bukti bahwa mereka di pertemukan kembali. Penantian Sinta tak sia-sia, penantian yang begitu lama akhirnya berujung kepastian.

**flashback off**

DnATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang