Aku bersiap diri untuk pergi ke kampus pagi ini. Danil pasti sudah menungguku di depan pintu kamar Apartku. Aku mengambil kuliah jurusan Arsitektur, Bangunan dan Perencanaan. Sedangkan Danil mengambil jurusan Bisnis dan Manajemen.
Sebenarnya aku ingin sekali masuk jurusan Sastra Indonesia atau Sastra Inggris. Tapi sayang, disini tidak ada jurusan itu. Dan kebetulan aku suka bergelut di dunia perhitungan dan menggambar, aku memilih jurusan Arsitektur, Bangunan dan Perencanaan.
Danil sudah berjanji untuk menjadi penerus perusahaan papanya, jadi ia memilih jurusan Bisnis dan Manajemen. Danil adalah sosok pria yang menepati janjinya. Ia selalu bertegang teguh dengan pendiriannya.
Laki-laki itu harus menepati janji ucapnya kala itu.
"Udah siap Ra?" Tanya Danil setelah aku membuka pintu kamar ku.
"Udah nih, ayo berangkat!" Semangatku.
"Semangat banget Ra udah sarapan belum?"
"Harus semangat dong Danil! Kita tuh ga boleh menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar di negeri orang, apalagi dengan beasiswa" Jelasku.
"Oke baik lah ibu Aura Putri Milkea yang sangat bawel dan menggemaskan ini"
Ucap Danil sambil memegang pipiku yang semakin membengkak ini.
"Ih Danil sakit tau!"
"Abisnya kamu gemesin sih, pagi-pagi udah bawel banget"
Kini Danil mengacak-acak rambutku yang sudah ku tata rapi.
"Danil aku baru keramas loh jangan acak-acakin lagi dong" Kini aku mulai kesal.
"Hehe iya maaf Ra sini ku rapihkan lagi"
Ucap Danil sambil merapihkan rambutku yang sudah acak-acakan itu.
Hari ini hari pertama kita masuk kuliah. Mengikuti kegiatan belajar-mengajar, aku sungguh bersemangat. Karena aku harus membuat impian dan masa depanku lebih baik.
Aku dan Danil menuju parkiran Apartment. Tidak terlalu jauh untuk menuju kampus kita, hanya sekitar memerlukan waktu 20 menit untuk sampai ke Oxford University.
Danil melajukan mobilnya dengan perlahan. Aku sampai lupa menanyakan dia sudah sarapan atau belum.
"Danil kamu udah sarapan belum?" Tanyaku tanpa berpikir lagi.
"Udah Ra" Jawabnya singkat.
"Singkat banget sih" Balasku tak suka.
"Udah Auraku sayang"
Ucap Danil sambil melihat ke arahku sekilas.
"Harus di gituin dulu baru deh sok manis" Ucapku dengan sinis.
"Ya maaf dong Ra aku kan lagi nyetir"
"Iya iyaaaa" Aku hanya bisa berkata sebal.
Kita memasuki gedung kampus besar ini. Dengan tatapan teduh, aku masih tidak menyangka aku bisa berada disini. Kampus yang sangat kuinginkan sejak kecil, akhirnya berada dipandanganku sekarang.
Aku dan Danil menunggu di lobi kampus untuk menunggu Sinta dan Alvin. Kemarin setelah berpisah dengan mereka kita berjanjian untuk masuk ke kelas bersamaan.
Sinta memilih jurusan Bisnis dan Manajemen seperti Danil. Dan Alvin memilih jurusan yang sama sepertiku Arsitektur, Bangunan dan Perencenaan atau disingkat ABP.
Kebetulan yang sangat tidak direncanakan, kita seperti bertukar pasangan.
"Sinta sama Alvin mana sih 15 menit lagi kelas mulai nih" Ucapku dengan tatapan gusar.
"Sebentar lagi kali Ra sabar ya" Danil menenangkanku.
"Aura Danil!" Seketika aku dan Danil menoleh ke asal suara itu.
Terlihat Sinta dan Alvin yang sedang berlarian ke arah kita. Ia terlihat sangat kecapean sekali.
"Maaf ya gue telat" Ucap Sinta sambil mengatur napasnya.
"Sorry ya Nil, Ra tadi gue setor dulu hehe" Alvin menyeringai.
"It's ok gue mah Vin, nih bocah yang daritadi ngegerutu mulu" Ucap Danil sambil menyenggol bahuku.
"Lagian lama banget kalian tuh" Ucapku sinis ke Alvin.
"Maaf ya Ra tadi aku nungguin Alvin BAB dulu lama banget emang dia nih kalau lagi BAB" Jelas Sinta.
"Yaudah ayo deh masuk kelas, 10 menit lagi mulai nih" Ajak Danil.
"Yuk" Ucapku, Alvin dan Sinta bersamaan.
Kelas mulai pukul 09.15 untung saja kita tidak terlambat. Sekali saja terlambat, tidak akan bisa memasuki mata kuliah Mr. Hans.
Dia sangat arogan sekali, tidak suka murid terlambat dan akan memberi nilai rendah. Aku tau informasi ini dari seniorku yang membantu mengurus administrasi beasiswa kami.
Arka, dia kakak kelasku saat di SMA Adiguna. Tergolong dengan kakak kelas yang terkenal dengan ketampanan dan kepintarannya. Ka Arka kini menjadi seniorku di Oxford University. Ia mendapat beasiswa juga sama sepertiku.
"Vin gue titip Aura ya kasih tau gue kalau dia nakal" Danil minta Alvin mengawasiku.
"Aku ga akan ngapa-ngapain kok Danil" Ucapku.
"I know Ra, takutnya kamu khilaf"
Danil menggodaku dan dibalas dengan tatapan sinisku padanya.
"Lebay lo Nil, buruan ah masuk" Ucap Sinta kali ini.
Setelah saling berpamitan kita memasuki kelas pertama dengan rasa campur aduk. Takut jika tidak sesuai harapan dengan keadaan sekitar.
"Are you from Indonesia?" Ucap salah seorang di kelasku.
"Yes" Ucapku singkat dengan senyum lebarku.
"Ohh nice to meet you, i'm Anna" Ucapnya sambil menjulurkan tangannya.
"Nice to meet you too Anna, i'm Aura" Ucapku sambil menyambut tangannya.
Setelah perkenalan singkat kami, kemudian Mr. Hans datang dengan membawa beberapa buku yang digenggamnya.
Mata kuliah berlangsung selama 2 jam. Keadaan cukup kondusif di hari pertama ini. Aku memiliki teman baru, Anna. Dia baik sekali kepadaku dan banyak tersenyum.
Ia perempuan cantik berhidung mancung dan berambut pirang berasal dari German. Tadinya ku kira dia asli dari Inggris, ternyata perkiraanku salah.
Jam menunjukkan pukul 11.20 waktunya makan siang.
"Vin temuin Danil dan Sinta yuk"
Ajakku pada Alvin yang sudah selesai membereskan buku-bukunya.
"Ayo Ra" Aku dan Alvin langsung beranjak dari tempat duduk.
Kami bertemu kembali di lobi kampus dan makan siang bersama. rasanya sangat senang bisa menjalani ini. Ingin sekali rasanya sudut bibirku selalu terangkat sempura.
Tuhan memang sangat baik, aku dipertemukan dengan orang-orang yang sangat menyayangiku.
Tidak pernah berhenti bersyukur, aku ingin terus bahagia seperti ini.
Meskipun hanya sedikit berhasil.

KAMU SEDANG MEMBACA
DnA
RomanceDanil dan Aura. Kisah sepasang remaja yang masih labil menghadapi kisah cintanya. Melalui berbagai macam masalah percintaan serta banyaknya orang baru yang masuk kedalam hubungan mereka. Cerita ini fiksi dan penuh emosional, jadi pembaca harus memil...