Bertemu

92 6 0
                                    

Danil Alvaro Walters. Pria tampan yang memiliki postur tubuh yang tinggi ideal layaknya pria idaman. Bagaimana tidak idaman, ia pintar dan juga kaya walaupun sedikit berhati dingin.

Aku sedang berada di tempat dimana orang – orang melepasakan segala kelelahan dan kesibukan di dunia. Aku berada di mall terbesar di Bogor Botani Square, setelah Sinta mengajakku kesini, sekalian melepas kegelisahan hati.

"Ra kamu mau beli apa? Aku kayanya mau cari liptint deh, liptint ku udah abis nih" Lagi – lagi Sinta membuka pembicaraan.

"Aku anter kamu aja Ta, aku belum tau mau beli apa" Kataku berbasa – basi. Akhirnya Sinta menurut perkataanku dan mencari tempat keberadaan si liptint.

Dan mataku tertuju pada sebuat kotak musik komidi putar yang pernah ku kasih pada Danil saat dia berulang tahun satu tahun yang lalu. Tanganku seakan tak bisa berhenti memegangi kotak musik tersebut, seketika kenangan terasa hadir disana.

"Makasih banyak Ra, aku suka sekali kotak musiknya lucu kaya kamu"

masih terngiang ditelinga, perkataannya saat itu mukanya senang dan sangat tampan dengan senyum yang begitu lebar ditambah lesung pipi yang sangat sempurna. Seketika aku tersenyum miris tanpa sadar

"Inget aku ya"

Aku terdiam dan menaruh kotak musik itu ke tempatnya semula. Suaranya terdengar sangat jelas, suara yang sangat aku kenali itu-- Danil. Aku mencoba menoleh ke sumber suaranya dan benar saja dia disini, Danil di hadapanku.

"Hai Ra, lama ga ketemu ya padahal kita satu sekolah" katanya begitu lembut.

Aku hanya bisa diam tak bergerak mencoba mengangkat sudut bibirku tapi gagal. Mengingat dia yang lebih memilih perempuan lain dibanding aku yang telah menemaninya selama 2 tahun lebih.

"Ngapain kamu disini?" Ucapku dingin padahal aku sangat merindukannya.

"Emang kenapa? Gaboleh ya? Aku bosen aja, abisnya nemenin cewek belanja ga kelar – kelar jadi aku jalan – jalan aja dan ngeliat kamu lagi disini aku langsung kesini" Dia menjawab dengan santainya.

Aku hanya mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti dan terasa ada yang menusuk-nusuk hatiku saat ini. Rasanya aku iingin menangis saja detik ini, tapi ku tahan karena tidak mungkin menangs di tempat ramai seperti ini apalagi depan Danil.

"Eh Danil disini juga? Sama siapa? Pasti sama si cewek alay itu ya" Tiba – tiba Sinta datang, mungkin dia sudah selesai membeli barang yang dicarinya.

"Ta!" Ucapku geram karena Sinta mengucap 'cewek alay' itu di depan Danil.

"Gapapa ko Ra, aku juga akuin ko Rena alay. Iya Sin gue sama Rena kesini" Ucap Danil dengan santainnya kembali.

"Udah tau alay ko tetep di pacarin, malah ninggalin yang bener – bener sayang sama lo, yang udah 2 tahun lebih sama lo Nil lo dikasih apa sama si Rena sampe – sampe lo tega ninggalin Aura" Lagi – lagi omongan Sinta selalu tidak bisa dikontrol.

"Ta udah dong ngapain sih bahas ginian di tempat kek gini, udah yuk pulang aja kamu udah beli kan liptint nya?" Kataku sambil meraih tangan Sinta.

"Tunggu Ra, aku butuh penjelasan dia, kenapa dia tega ninggalin kamu demi si alay itu"

Sinta tetap berpegang teguh dengan pendiriannya, dia tetap tidak terima Danil meninggalkanku. Aku semakin tidak enak pada Danil karena Sinta selalu menyebutkan kata 'alay' pada perempuannya Danil.

"Hmm maaf kayanya gue emang harus pergi dari sini, Rena udah nelfonin gue terus nih kayanya dia udah selesai belanjanya. Ra, aku pergi dulu ya aku akan jelaskan nanti ketika waktunya sudah tepat. Dan aku udah takut nih sama sahabat kamu yang kayanya udah siap banget buat ngegigit aku"

DnATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang