Posesif

31 1 0
                                    

"Gimana matkul tadi? dosennya seru ga?" 

Tanya Danil padaku sambil mengunyah makanannya.

"Hm biasa aja, matkulnya sih oke aku masih bisa mengerti. Tapi dosennya jarang senyum"

Ucapku sambil mengerucutkan bibir kecilku.

"Bikin senyum dong Ra" Sinta ikut bicara.

"Kayanya emang arogan sekali Mr. Hans itu, sama kaya apa yang dibilang kak Arka" Ucapku menjelaskan.

"Kayanya deket banget sama kak Arka" Danil menanggapi tak suka.

"Deket gimana sih Danil biasa aja kok" Ucapku menyangkal pernyataan Danil.

Sepertinya Danil tidak begitu suka dengan kak Arka. Karena sejak kak Arka membantu administrasi waktu itu, Danil selalu memperhatikannya.

"Dia cemburu Ra" Sinta pun menanggapi.

"Apa sih biasa aja kali" Ucap Danil dengan tatapan sinisnya dan melanjutkan makanannya.

"Ketauan banget kali Nil lo tuh cemburu kan sama kak Arka? Waktu kak Arka ngebantu kita ngurusin administrasi aja lo ngeliatin dia mulu" 

Jelas Sinta aku pura-pura menatap tak mengerti. Tapi Danil tetap fokus dengan makanannya.

"Lo ga suka karena kak Arka selalu senyum ke Aura kan?" 

Uhukk uhukk.. Tiba-tiba Danil tersedak dengan makanannya dan aku langsung memberinya minuman.

"Pelan-pelan dong" Ucapku sambil menyodorkan minuman ke mulut Danil.

"Ck! kebuktikan?" Ucap Sinta memberi tatapan sinis ke Danil.

"Sin udah dong kasian tuh Danilnya jadi tersedak" Kini Alvin angkat bicara.

"It's ok vin" Ucap Danil sambil melirik Alvin sekilas.

Danil memang sering memperhatikan kak Arka saat sedang mengurus admnistrasi. Sebenarnya aku pun menyadari itu tapi aku hanya diam saja.

Jam menunjukkan pukul 13.00 dimana kita harus kembali ke kampus untuk memulai jam kuliah kedua. 

Sesampainya di kampus aku dan Alvin berpamitan seperti biasa dan bertemu lagi setelah matkul selesai di lobi kampus. Belum sempat menuju kelas tiba-tiba seseorang menghampiriku. Dan kami ber-4 seketika diam dan bingung.

"Aura" Ucap seorang remaja laki-laki itu sambil tersenyum lebar, kak Arka.

"Iya kak?" 

Jawabku dengan tatapan ragu sekilas melirik Danil yang sejak tadi wajahnya kaku dan sinis.

"Nanti selesai jam kuliah gue disuru Mr. Hans ngasih bahan materi ini ke kelas lo untuk minggu depan, karena minggu depan beliau ga bisa masuk kelas. Kebetulan gue asdos (Asisten Dosen)nya dia" Jelasnya masih dengan tatapan bingungku.

"Terus ka?" Ucapku polos dan dibalas senyuman oleh kak Arka.

"Gue kan cuma kenal lo di kelas itu, jadi gue minta tolong ke lo buat ngasih ke ketua tingkat/kelas lo" Jelasnya tidak lupa dengan senyum lebarnya.

Lagi-lagi aku melirik Danil takut ada kesalah pahaman dengannya. Tatapan Danil pada kak Arka sangat menakutkan seperti melihat makanan lezat dihadapannya itu.

"Ra, mau kan?" Kak Arka memanggilku lagi, tak sadar aku larut dalam pikiranku sendiri.

"Iya kak boleh" Jawabku sedikit ragu dengan senyum kaku.

"Makasih ya nanti gue tunggu di taman kampus belakang setelah jam kuliah lo selesai. Kalau gitu gue ke kelas dulu" 

Ucapnya kali ini dengan senyum semangat dan langsung meninggalkan kami ber-4.

"Iya kak" Jawabku singkat.

"Udah kan ngobrolnya? Udah yuk masuk kelas nanti terlambat lagi cuma karena ngeliatin orang PDKT" Ucap Danil sinis.

"Kamu kenapa sih Nil? Kak Arka kan cuma mau minta tolong ke aku. Kok kamu ngomongnya gitu?" 

"Gapapa kok Ra udah yuk buruan masuk" 

Tanpa mendengar ucapan Danil aku langsung menuju kelas duluan meninggalkan mereka. Tidak habis pikir kenapa Danil bisa se-cemburu itu sama kak Arka? Padahal kak Arka sudah membantu kami untuk administrasi beasiswa.

Danil selalu seperti itu jika aku dekat dengan seorang laki-laki. Dia tidak suka aku didekati dengan laki-laki yang tak kenal dekat dengan Danil. Ternyata sifatnya itu belum berubah sejak SMA.

"Gue duluan ya Nil, Sin" Pamit Alvin ke Danil dan Sinta.

"Oke hibur dia ya Vin" 

Ucap Sinta tersenyum meminta Alvin untuk menghibur Aura dan dibalas dengan senyum dan anggukan Alvin. Seolah tau perasaan sahabatnya itu, Sinta tau Aura selalu tidak suka dengan sikap posesifnya Danil sejak SMA.

"RA TUNGGUIN DOONGGG!!!" Teriak Alvin sambil mengejar Aura.

Setelah Alvin pergi mengejar Aura kini tersisa Sinta dan Danil yang sedang berjalan menuju kelas mereka. 

"Lo keterlaluan Nil" Ucap Sinta pada Danil.

"Ya gue tau, gue bakal minta maaf ke dia" Ucap Danil dengan rasa bersalahnya.

"Lagian lo bisa ga sih ga posesif banget? Udah tau Aura ga mungkin berpaling dari lo masih aja cemburu kalau dia deket sama cowok" Sinta mulai geram dengan sikap Danil yang posesif.

"Iya Sinta gue bakal berusaha ubah sikap gue ini" 

Danil hanya menjawab singkat perkataannya dan Sinta hanya diam.

Kenapa sih dia masih aja posesif, padahal aku juga ga mungkin berpaling dari dia. Danil nyebelin!  Aura kini menggerutu sendiri sambil menghentak-hentakan kakinya ke lantai.

Cemburu memang membutakan seseorang, kadang memang tak tau waktu dan kondisi. Takut ia direbut seseorang dan takut ia akan pergi meninggalkannya. 

Tapi apakah lebih baik jika saling percaya? Percaya bahwa cinta tidak mungkin mengkhiantai kepercayaan.

Jika memang akhirnya mengkhianati, berarti itu bukan definisi cinta sesungguhnya.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DnATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang