Inggris - Part. 1

43 5 0
                                    

Liburan panjang bersama keluargaku dan keluarga Danil masih tidak di percaya. Kali ini aku menikmati indahnya langit pagi di negeri orang, sungguh sangat menyenangkan liburan kali ini bersama dengan Danil. Hal yang sangat ku nantikan sejak dulu, Danil dulu selalu sibuk dengan urusannya, sampai-sampai sangat sulit untuk di ajak liburan bersama.

Untuk yang pertama kalinya aku, Danil dan keluarga kami liburan bersama di Inggris sebelum kami semua sibuk. Tapi yang sangat disayangkan, kakakku kak Arsyi tidak bisa ikut dengan kami karena harus menyelesaikan skripsi kuliahnya.

"Ra, sini main salju" Danil mengulurkan tangannya padaku.

Kebetulan sekali di Inggris sedang musim dingin, jadi aku dapat bermain salju sepuasnya. Sejak kecil aku sangat penasaran dengan salju, dan baru sekarang impianku akhirnya terwujud.

"Danil di situ kan licin, aku takut jatuh ah" Ucapku.

"Gapapa Ra kan ada aku, aku pegangin kamu terus kok" Ucap Danil penuh dengan kepercayaan.

Dan akhirnya ucapan dia tidak berpengaruh apa-apa, aku dan Danil jatuh bersama akibat kami kurang keseimbangan.

"Tuh kan kata aku juga apa, licin tau jadi jatuh deh. Kamu nyebelin banget sih sakit tau"

Kataku sangat kesal aku hanya menggerutu kecil dan Danil malah ketawa-ketawa melihatku yang sedang kesakitan.

"Hahaha kamu lucu deh Ra kalau udah marah-marah"

"Apaan sih gara-gara kamu nih aku yang tadinya pengen seneng-seneng malah jadi marah-marah, ngerusak mood aja deh"

"Haha.. sini-sini aku bantu berdiri"

Danil mengulurkan tangannya, aku saja tidak menyadari bagaimana dia sudah berdiri lagi. Aku pun langsung menarik tangannya.

"Ra, liat deh mama papa kita romantis banget ya udah tua juga. Selfie bareng, lempar-lemparan salju kaya masih anak muda aja" Ucap Danil sambil melihat ke arah orang tua kami.

"Kamu sirik aja Nil" Ucapku masih sedikit kesal.

Tetapi tidak lama aku senyum-senyum sendiri. Membayangkan aku dan Danil nanti berada di posisi mama dan papa.

"Kok kamu senyum-senyum gitu sih Ra, pasti kamu ngebayangin kita nanti bakal kaya mereka yaaaa hahaha" Ucap Danil seolah tau apa yang ada dalam pikiranku.

"Apa sih Nil, sotau banget kamu"

"Yeee jujur aja kali, hayoo" Ucap Danil sambil menyubit pinggangku.

"Ih sakit tau, sini ku bales" Aku tak kalah membalas cubitan itu.

Tidak sadar kami bermain salju terlalu lama, hari mulai sore dan langit memunculkan semburat merah dan jingganya yang sangat menawan. Setelah sholat Maghrib berjamaah, kami melanjutkan makan malam bersama di restaurant milik papa nya Danil. Setelah itu kami semua kembali ke Apart untuk beristirahat. Keluarga Danil sangat baik pada keluargaku.

***

Keesokan harinya aku dan Danil harus menuju ke Universitas Oxford untuk pendaftaraan peserta beasiswa. Disana kami bertemu dengan Sinta, dia bersama seorang pemuda tampan. Sepertiya dia blasteran Inggris-Indonesia. Sebab wajahnya sedikit berbau orang Indonesia.

"Auraaaa lama ga ketemu aku kangen banget sama kamu Ra, kamu kapan sampai di Inggris?"

Ucap Sinta dengan suara khasnya yang sangat cempreng. Dia langsung memeluk ku.

"Baru 2 hari yang lalu, keluargaku dan keluarga Danil pergi bersama"

"Hooo jadi kalian sudah di restui ya sampai-sampai barengan gitu ke Inggris"

"Ih kamu nih apa sih, oh iya ini siapa Ta?" Ucapku yang dari tadi penasaran dengan pemuda yang di samping Sinta.

"My boyfriend" Ucap Sinta berbisik-bisik ke telingaku.

"Seriously? Hebat ya kamu ke Inggris udah dapet pacar aja" Ucapku terkejut.

"Hehehe emang kamu aja yang bisa punya pacar, aku juga bisa dong. Oh iya kenalin dulu Ra ini Alvin, Vin ini Aura dan pacarnya Danil" Sinta mengenalkan kami pada pacarnya.

"Hai gue Alvin"

"Wih bisa ngomong Indo juga, blasteran ya?" Kali ini Danil yang bertanya.

"Haha iya gue lahir di Inggris tapi besar di Indonesia, nyokap gue orang Indo" Ucap Alvin menjelaskan.

"Hoo pantesan aku ga asing sama wajahnya" Ucapku.

"Oh iya kok bisa kenal sama Sinta? Jadi pacar pula" Danil penasaran.

"Kepo banget dah lo Nil, kalau mau tau nanti kita abis pendaftaran jalan bareng aja yuk tar kita ceritain deh gimana kita bisa jadian. Ya ga Vin?" Ucap Sinta.

"Iya bener tuh kata Sinta, mumpung ada waktu kosong juga nanti" Ucap Alvin.

"Oke kalau gitu" Ucapku dan Danil bersamaan.

"Masih aja sok so sweet"

Ucap Sinta sinis. Aku, Danil dan Alvin hanya tertawa melihat mata sinisnya Sinta.

Setelah mereka ber-empat mengobrol di depan gedung Univ Oxford. Mereka masuk ke dalam gedung itu dan melakukan pendaftaran peserta beasiswa murid berprestasi.


Memang kita tidak ada yang tau kapan kita akan dipertemukan

Tetapi dalam doa selalu ku sebutkan namamu

Kau mungkin takkan mendengar

Tetapi semesta tau, namamu selalu ku sebut dalam sholat-ku.

DnATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang