7 •Papi•

9.3K 674 7
                                    

Kei menggeliat saat alarm membangunkannya. Ia mengucek kedua matanya sembari bangun dari tidurnya. Kei melirik ke arah jam alarmnya. Pukul setengah lima pagi.

Tidak ada niatan apa-apa Kei bangun sepagi ini. Hari ini tidak ada kegiatan di gereja dan tentunya membuat Kei senang. Kei beranjak dan berniat untuk meminum air putih.

Kei membuka pintu kamar dan menutupnya kembali. Kei mengacak rambutnya yang sudah sedikit memanjang. Kei ada niatan untuk memotong rambutnya, namun penyakit pikunnya selalu datang.

Kei membuka lemari es dan mengambil satu botol air es. Ia mengambil gelas kesayangannya yang bergambar doraemon. Kei tidak suka doraemon, ia hanya merasa ini adalah gelas yang amat disayanginya.

Kei menurunkan kembali gelasnya. Ada suara yang membuatnya tidak jadi minum. Kei melangkah mendekati sumber suara. Suara tersebut ternyata berasal dari mushola yang ada di rumahnya.

Kei menghentikan langkahnya saat melihat Papi nya sedang menunaikan ibadah sholat shubuh. Entah mengapa, Kei selalu nyaman saat melihat Papi nya sedang sholat. Hati Kei menjadi tenang.

Dalam keluarganya, hanya Papi yang beragama Islam. Mami dan ketiga anaknya, semua mengikuti agama keluarga Mami, Nasrani. Entah mengapa Kei tidak mengikuti ajaran agama Papi. Kei sudah terbiasa dengan agama keluarga Mami nya sejak kecil.

Kei dulu pernah diajari wudhu sama Papi dan Kei masih merasakan betapa sejuknya air wudhu itu. Wajahnya menjadi sangat segar dan hati nya pun tenteram.

Papi selalu berpesan kepada Kei untuk selalu berwudhu saat akan tidur malam. Karena kata Papi, saat tidur malam setelah berwudhu, kita tidak akan mimpi buruk dan tidur menjadi nyenyak. Dan sampai sekarang, Kei masih menerapkan hal tersebut.

Papi tidak pernah keberatan kepada ketiga anaknya yang mengikuti ajaran agama keluarga Mami. Papi pernah bilang bahwa hal itu adalah hak anak-anaknya ingin memeluk agama apa. Yang terpenting, ia tidak bermain-main mengenai sebuah kepercayaan.

"Kei?" panggil Papi membuat lamunan Kei buyar.

Kei tersenyum dan menghampiri Papi. Ia mendudukkan dirinya di samping Papi.

"Tumben jam segini udah bangun? Ada acara di gereja?" tanya Papi.

"Gak ada kok, Pi. Kei cuman pengen ngerasain gimana rasanya bangun shubuh," jawab Kei.

Papi mengangguk sambil membenarkan posisi peci putih yang sedang dipakainya.

"Kamu sekarang sudah dua puluh empat tahun ya, Kei?" tanya Papi.

"Iya, Pi. Emang kenapa?"

"Kamu sudah dewasa ya, Kei. Anak papi yang bontot sudah besar," ujar Papi sambil menepuk bahu Kei pelan.

"Iyalah, Pi,"

"Dulu Papi sering banget nggendong kamu lho, Kei. Dulu kamu masih imut gimana gitu," ujar Papi seakan mengajak Kei bernostalgia.

"Iya, Kei inget kok, Pi. Emang sekarang Kei udah gak imut lagi?" tanya Kei.

"Bukannya gak imut, tapi gimana ya. Imut nya berkurang sedikit. Cuman sedikit kok," jawab Papi.

"Bilang aja Kei sekarang gak imut," ujar Kei cemberut.

Papi terkekeh pelan mendengar ucapan Kei.

"Kamu kapan akan memutuskan untuk menikah?" tanya Papi.

Sebenarnya Mami nya juga sudah menanyakan hal yang sama. Kapan anak bungsu dari keluarga nya akan menikah?

Sandra dan Frans sudah menikah. Sandra sekarang sudah berusia tiga puluh tahun, sedang Frans berusia dua puluh delapan tahun. Mereka menikah tidak terpaut jauh. Selisih lima bulan saja.

"Doain aja ya, Pi, biar Kei bisa secepatnya ketemu sama yang srek," ucap Kei.

"Papi selalu doain Kei. Oh ya, Kei, bagaimana dengan Arabella? Kamu masih berhubungan dengan dia?" tanya Papi.

"Papi mah ketinggalan berita tau gak. Kei udah putus sama Ara satu tahun yang lalu,"

Papi menepuk dahi nya, "Oh ya Papi lupa. Maklum udah berumur Papi,"

"Nah kalo sama Tera?"

Kei menghela nafas, "Kei gak suka sama Tera,"

"Kenapa? Tera kan cantik dan juga mapan," tanya Papi heran. Papi ini sangat tahu bagaimana selera sang anak bungsunya.

"Kei gak suka aja. Bukan tipe Kei, Pi," jawab Kei.

Papi tersenyum, "Papi selalu mendukung apapun pilihan Kei. Papi yakin Kei bisa memilih dengan baik," ujar Papi.

"Papi selalu tau anaknya. Sayang Papi," ucap Kei manja sambil memeluk Papi.

Kei sangat dekat dengan Papi nya sejak kecil. Apapun yang Kei lakukan, selalu didukung Papi dan apapun yang Kei minta, selagi itu masih hal yang baik, Papi akan menuruti keinginan Kei.

🌹🌹🌹🌹

Kei kembali mengecek penampilannya di depan cermin. Kemeja biru dongker, dengan lengan yang dilipatnya hingga ke siku, dengan dilengkapi celana jeans biru kehitamannya.

Rambutnya ia tepikan ke sebelah kanan dan tak lupa ia sisir agar terlihat rapi. Secepatnya, ia harus segera potong rambut.

Pintu Kei terbuka menampilkan sosok Papi nya yang sedang membawa sebuah paper bag.

"Wah wah, anak papi udah rapi dan ganteng aja nih. Mau kemana sih?" tanya Papi sambil melangkah menuju ranjang Kei dan duduk di tepi ranjang.

Kei tersenyum, "Mau ketemu calon," jawab Kei asal.

"Wahh gak cerita sama Papi nih,"

Kei melangkah menghampiri Papi, "Doain ya, Pi, semoga wanita ini jodoh Kei," ujar Kei yang sekarang sudah duduk di samping Papi.

"Tanpa kamu minta, Papi selalu doain kamu, Kei," ucap Papi.

"Dia seorang muslimah?" tanya Papi.

"Kok Papi tau?"

"Kamu pesen sama Papi buat beliin kerudung. Masaa kamu yang mau pake?"

Kei menunduk sambil tersenyum malu, "Papi tau aja,"

"Apasih yang Papi gak tau dari anak Papi," ujar Papi.

"Mau berangkat sekarang?" tanya Papi.

Kei mengangguk, "Yaudah ini pesenan kamu," ujar Papi sambil memberikan paper bag yang dibawanya.

Kei sedikit membuka paper bag yang diberikan Papi. Di dalamnya, ada sebuah kerudung berwarna pink. Kei tersenyum.

"Makasih Papi ku sayang. Yaudah Kei berangkat dulu ya, Pi," ujar Kei sembari mengulurkan tangannya untuk mencium tangan Papi.

Selesai mencium tangan Papi, Kei menyambar kunci mobilnya dan mulai melangkah menuju lantai bawah.

"Wih wih. Anak Mami udah ganteng aja pagi-pagi. Mau kemana sih?" tanya Mami yang sedang berada di dapur.

Kei melangkah menghampiri Mami nya dan mulai mengecup pipi Mami.

"Mau pergi dulu ya, Mi. Kei pergi sekarang. Byee," ujar Kei kembali mencium pipi Mami. Mami tersenyum malu saat anaknya yang sudah dewasa itu masih mencium pipi nya.

"Gak sarapan dulu, Kei?" teriak Mami.

"Gak, Mi. Kei makan di luar aja," jawab Kei tak kalah berteriak kencang.

Mami menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak bontotnya itu. Tidak menyangka bahwa kini anak bontotnya sudah besar dan dewasa. Mami berharap Kei bisa mendapatkan pendamping yang dapat menerima Kei apa adanya dan tentunya setia.

🌹🌹🌹🌹

Cinta Seorang Mualaf [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang