9. FANSIGN

3.6K 275 6
                                    



Rani's PoV

BTS sudah merilis album barunya, dan harus melakukan recording untuk single comeback di beberapa stasiun TV. Sungguh, pekerjaanku tidak banyak disini, semua jobdesk sudah dibagi dan berjalan sangat lancar. Aku hanya malu jika aku hanya duduk santai sedangkan staff lain sedang mengerjakan tugasnya.

Kemarin malam adalah recording terakhir untuk acara musik Inkigayo. Sekarang jam dua pagi, empat jam lagi BTS harus mulai bersiap acara fansign 'Alladin Event'. Aku belum tidur sama sekali. Tidak bisa tidur lebih tepatnya. Banyak hal yang sedang aku pikirkan, dan membuatku tidak tenang.

Flashback

Pertemuanku dengan Eunsoo di acara MMA beberapa waktu lalu masih meninggalkan perasaan tidak enak untukku. Gadis itu meminta bantuanku untuk mempertemukan dia dengan Jin. Aku sama sekali tidak keberatan, tapi Jin yang tidak menginginkannya. Bahkan Namjoon dengan tegas memintaku untuk tidak lagi berhubungan dengan Eunsoo. Aku tidak tahu harus menanggapi bagaimana permintaan Eunsoo yang terus-terusan menghubungiku, walaupun aku sudah berkali-kali menjelaskan padanya.

Sampai pada akhirnya dia tidak lagi menghubungiku, mungkin dia sudah bosan atau sudah menyerah? Yang penting dia sudah tidak lagi memaksa bertemu Jin. Aku tidak bisa menceritakan hal ini ke manajer lain, Namjoon melarangku. Iya, hanya Namjoon, Yoongi, Jin, dan aku yang mengetahui hal ini. Kita semua masih berpikir, kalau Jin dan Eunsoo sudah selesai. Benar-benar selesai.

Flashback end.

...

Rani's PoV

Mungkin aku terlalu lelah dengan pekerjaan dan pikiran akhir-akhir ini, aku tertidur di dorm staff, aku malas pulang ke rumah. Rasanya masih belum puas tidur, tapi aku langsung terbangun saat aku melihat jarum pendek jam sudah menunjuk angka 4. Aku sudah tidur dua jam ternyata. Aku melihat beberapa staff yang harus ikut fansign masih tidur.

Di luar masih gelap, aku memutuskan untuk pulang ke rumah dan mandi. Aku keluar dari pintu dorm yang langsung terkunci ketika pintu itu tertutup. Aku masih ingin memejamkan mata. Pelan-pelan aku jalan menuju tangga utama dari gedung ini sambil sesekali menguap. Udaranya dingin, khas hawa-hawa subuh yang tidurable.

Aku berhenti di depan tangga, aku merasa ada yang terlupa. Otakku beku tidak bisa berpikir jernih.

Ting! Bunyi lift.

Ahh, aku lupa aku berada di lantai delapan dari gedung ini, dan gedung ini memiliki lift. Buat apa aku turun lewat tangga. Aku meringis dan merutuki kebodohan ku dalam hati. Aku berlari ke lift yang tadi berbunyi, mungkin masih terbuka.

Pintu lift sudah tertutup saat aku sudah ada di depan lift. Laki-laki memakai hoodie hitam sedang berdiri di menatapku. Kami bertemu pandang.

"Jin-ssi, habis dari mana kau pagi-pagi begini?" mataku langsung terbuka lebar melihat wajah tampan itu.

...

"Masuklah!" Kataku sambil melemparkan diri ke sofa yang mirip kasur di depan tv. Aku menggeliat bahagia akhirnya bisa meluruskan punggung. Aku ingin melanjutkan tidurku lagi, tapi Jin yang tadinya menawarkan tumpangan sekarang ikut masuk ke rumahku.

Dia melepas jaket dan matanya menjelajahi setiap sudut rumahku tampak semakin luas karena barang tidak terlalu banyak. Dia ikut berbaring di sebelahku, tanpa aba-aba. Aku menggeser tubuhku menjauh dari Jin, dan memilih tidur tengkurap menghindari melihatnya. Aku tidak mau dia mendengar suara jantungku yang sudah mirip mesin diesel. Kenapa dia harus ikut tidur di sini, sih?

Manager of Bangtan (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang