5

4.5K 267 3
                                    

Pacar rasa mantan. Apa itu yang hendak dia tanamkan di hubungan kita?

---

Sudah seharian Tirtan mendiami Yori. Bahkan ke kantinpun Yori tak menemukan sosok Tirtan, padahal ketika Yori menghampiri kekasihnya ke kelas, lelaki itu katanya sudah lama keluar.

Yori menghela nafas jengah, ia benar-benar sudah berada di ujung keputus asaan.

Apakah gue harus minta maaf?

Yori menggelengkan kepalanya cepat. Untuk apa dia minta maaf, jika yang salah di sini adalah Tirtan?

Bel pulang sekolah sudah berdering. Hari ini Yori melewatkan waktu tanpa Tirtan. Sementara Tirtan sendiri, kini sedang terbaring lemas di UKS sejak jam pelajaran ke dua.

"Kak udah mau tutup UKSnya. Kakak gak pulang aja?" Seorang gadis berambut sebahu dengan seragam PMR, membangunkan Titan dari tidurnya.

Tirtan membuka matanya perlahan, lalu menoleh ke Gladis, gadis yang baru saja membangunkannya.

"Ah udah bel pulang ya, Glad?"

Gladis mengangguk, lalu menyodorkan teh manis hangat pada Tirtan. "Minum dulu kak, aku buatin buat kakak, biar badan kakak enakan."

Tirtan menyambutnya dengan senyum lalu meniup asap yang masih mengepul di gelas yang kini sudah digenggamannya.

Sementara Tirtan menghabiskan minumannya, Gladis segera merapihkan UKS dan bersiap-siap pulang.

"Glad, rumah lo di komplek Permata Indah kan?"

Gladis menoleh ke arah Tirtan lalu mengangguk, membenarkan.

"Balik sama gue ya, gue juga tinggal di komplek lo."

"Eh emang iya? Kok gue gak tahu kak?"

"Gue di appart selama ini, tapi karena gak enak badan kayaknya gue balik ke rumah aja deh."

Gladis tampak menimbang, namun setelah itu ia menerima tawaran Tirtan. "Sip deh, yaudah ayo kak."

Tirtan dan Gladis keluar dari ruang UKS. Gladis mengunci pintu UKS, setelah itu mereka ke ruang kelas Tirtan untuk mengambil tas.

"Lo kenapa sih mau jadi anak PMR? Padahal lo anak IPS,"

Gladis tersenyum. "Ya suka aja, soalnya cita-cita aku dulu jadi dokter."

"Lah terus kenapa gak masuk IPA aja sih?"

Gladis kini tertawa, sambil menatap Tirtan yang kini berjalan sejajar dengan langkahnya.

Ya dia memang ingin sekali masuk IPA, tapi papahnya lebih suka Gladis masuk IPS, karena kelak dia akan kuliah di jurusan Ekonomi untuk modal awal menjadi penerus perusahaan papahnya.

"Biar bisa main saham," jawab Gladis mendapat plototan tidak percaya dari Tirtan.

Gila jawabannya, keren amat.

"Gak usah gitu juga kali kak liatin guenya, gue emang cantik gue tau." Goda Gladis sambil terkekeh.

Tirtan mengerjap matanya, lalu ikut tertawa bersama Gladis.

Di ujung koridor sekolah, ada Yori yang menatap kesal ke arah Tirtan dan Gladis.

Yori memang tidak kenal dengan Gladis, tapi Gladis cukup populer untuk dikenal banyak orang termasuk Yori yang 'pernah' mendengar bagaimana siswi kelas sepuluh itu dikatakan sebagai sosok yang sangat cantik, cerdas, dan lembut, dengan pesonanya bak seorang dewi langit.

Tanpa sadar Yori meneteskan air matanya. Sesak di dada membuat dia agak kesulitan bernafas. Awalnya ia berniat minta putus dengan Tirtan, mangkannya dia menunggu Tirtan di dekat kelas ini. Namun setelah melihat tawa Tirtan bersama cewek lain, perasaannya seperti terhantam benda keras, hingga dirinya terpental jauh dan merasa kesakitan.

Yori menghapus air mata di pipi, lalu melangkah pergi karena sudah tak sanggup melihat Tirtan bersama yang lain.

Apakah semudah itu kamu menggantikan posisiku di hatimu, Tirtan?

---

THE GOALS OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang