18

2.6K 106 0
                                    

Kesalahan yang sama.

---

Ciko memesan minuman untuk dirinya dan Yori. Bukan minuman alkohol tentunya, karena dia tahu situasi akan kacau jika Yori mabuk lagi.

Mereka duduk sambil terdiam sibuk dalam pikiran masing-masing beberapa saat, sebelum akhirnya Ciko berdehem dan memulai percakapan lagi.

"Jadi... bagian mana yang mau lo klarifikasi?"

"Semuanya."

Ciko tersenyum kecil, lalu mulai menjelaskan. "Oke, pada dasarnya gue adalah customer setia klub ini setiap malam sabtu dan malam minggu, gue juga sebenernya pernah ngawasin lo dari semenjak Tirtan nyuruh gue buat mata-matain lo, sampai jadinya dia nembak lo, dan sejak itu tugas gue berakhir buat nyelidikin latar belakang lo, maka dari itu ketika lo udah gak jadi barista dan malah jadi DJ, gue gak laporan ke Tirtan karena itu bukan urusan gue lagi. But, kemarin... reflektifitas gue untuk menjaga pacar sahabat gue yang lagi kena masalah karena mabuk berat, tiba-tiba bikin gue nekat untuk nyamperin lo dan menyelamatkan lo dari cowok yang udah mau ngajak lo one night stand." Ciko menghela nafas, lalu mengambil segelas minuman sodanya.

Yori menatapnya intens, ada satu fakta yang baru ia ketahui perkara Tirtan yang memata-matainya selama masa sebelum jadian. Dan persoalan Ciko adalah anak klub sepertinya. Lalu, apakah Tirtan termasuk tipe anak klub juga? Jika ia, Yori agak sesak menerima kenyataan itu, sekalipun dirinya sendiri merupakan anak klub.

Setelah menenggak beberapa tegukan, Ciko tersenyum simpul lalu melanjutkan ceritanya. "Oke, masalah laki-laki hidung belang kelar, dan lanjut ke masalah lo yang mabuk berat. Gue yakin, seharusnya lo inget, gimana lo mempermalukan gue dengan kicauan lo soal sayap? Jujur di sini image gue adalah most wanted of club. So, ngebawa lo melewati penghuni klub dengan keadaan kek gitu cukup buat gue harus pasang muka tebal. Di tambah ketika di mobil lo tiba-tiba nyium gue. Gue penasaran, apa yang saat itu lo pikirkan? Apa lo mikir gue ini Tirtan? Atau lo kalo mabuk jadi nafsuan?"

"Eh itu... gue gak tahu. Gue emang jarang minum, sekalinya minum gak boleh lebih dari satu tegukan. Tapi saat itu, karena hati gue lagi terkoyak karena Tirtan, gue nakat minum lebih dari pada batas gue, karena bisa berakibat fatal. Dan kejadian kan, kemarin gue sampe nyium lo. Itu udah fatal, sorry."

"Fatal?" Ciko bergumam lalu tertawa. "Ya mencium cowok kaya gue emang fatal banget, Yor." Lanjut Ciko dengan senyum kecut. Ntah kenapa, dia jadi kesal sendiri mendengar perkataan Yori bahwa tragedi ciumannya itu merupakan sesuatu yang fatal.

Yori hanya tertawa renyah, ia jadi bingung harus bersikap bagaimana.

"Oke. Gue mau minum," tiba-tiba Ciko keluar dan kembali dengan sebotol minuman berakohol.

Mata Yori melotot, ia tak bisa mengerti kenapa Ciko tiba-tiba bersikap dingin dan memesan yang sebaiknya tak di pesan.

"Jadi?"

"Jadi apa?"

Yori menelan ludahnya kasar, ia lalu terfokus oleh buah jakun milik Ciko yang naik turun karena sang pemilik leher sedang menenggak minumannya dengan hikmat.

"Jadi... selanjutnya ceritanya gimana?"

Ciko melirik Yori sebentar lalu tersenyum simpul lagi, "setelah itu gue bawa lo ke appart Tirtan. Di parkiran gedung appart, lo muntah banyak. Baju lo kotor, dan gue terpaksa ganti baju lo dulu karena gak mungkin gue gendong lo dengan muntahan di baju lo."

Jadi bener, Ciko ganti baju gue!

"Lo ko berani-beraninya ganti baju gue?! Lo pasti ambil kesempatan dalam kesempitan kan?" Kini Yori bernada tinggi, emosinya naik karena tahu Ciko sudah melihat tubuhnya tanpa seizinnya.

"Eh buset. Santai sis! Gue emang sempet ke goda, tapi gue gak nakal kok. Gue cuma ganti baju lo sama baju cewek gue yang ketinggalan di mobil gue."

Yori memicingkan mata, ia menutup bagian dadanya dengan kedua tangan. "Gue gak percaya, lelaki kaya lo harusnya gak bisa tahan lewat cewek naked. Apalagi posisinya di parkiran, sepi. Cuma kita berdua di mobil lo, Cik!"

"Ck. Terserah lo mau percaya atau enggak, tapi gue berani sumpah. Tubuh lo gak gue jamah. Lagian niat awal gue kan buat nolongin lo, bukan buat makan lo." Ciko meminum satu slot gelas lagi. Pipinya kini sudah merah padam, akibat minuman alkohol yang mulai menguasai tubuhnya.

Menyadari Ciko akan menghabiskan satu botol minum sendirian, Yori langsung mengambil alih slot gelas dan meminum beberapa tegukan untuk membantu Ciko menghabiskan isi di botol itu. Wajah Ciko sudah tak kuasa menahan alkohol, dan Yori tak mau Ciko menghabiskan satu botol itu sendirian.

"Cik udah minumnya." Keluh Yori saat Ciko mulai menuangkan satu slot gelas lagi.

"Mubazir. Mau gue habisin," Ciko hendak meminumnya namun segera Yori rebut dan langsung ditenggaknya.

Melihat itu Ciko hanya berdecak kesal. Kini Ciko sudah tak sadarkan diri, ia bahkan lupa bahwa seharusnya ia menahan Yori untuk minum lagi.

"Habis!" Teriak Yori saat menuang-nuangkan botol kosong ke slot gelas di genggamannya.

"Habis?" Gumam Ciko sambil terkekeh.

Tanpa sadar keduanya saling bertatapan, dan Yori mulai kembali berkumandang soal sayap.

"Sayap gue," ucap Yori seraya mengecup bibir Ciko, sekilas.

Yori tersenyum manis, namun yang menerima senyuman malah semakin tak terkendali dan berani nekat menarik leher wanita yang detik itu terlihat sangat cantik dihadapannya.

"Good kisser, my wings." Gumam Yori saat mendapat ciuman sesungguhnya dari Ciko.

Melihat itu, Baryu yang baru datang masuk ke ruangan, langsung mematung dan tersentak hatinya, ada goresan perih yang ntah kenapa bisa terluka meski tak berdarah. Sementara Gladis yang kini berada dalam genggaman Baryu, dengan sigap mempotret adegan itu dan tersenyum jahat.

Gotcha!

---

Kyaaa >.<
Author seneng banget pas dapat notif kalo story ini masuk ke RANK #427 IN CHIKLIT 😂

Thanks yaaa sadayanaaa... without u all my readers, I am just a little upil 😭

By the way, kalian lebih suka Yori sama Ciko atau Yori sama Tirtan atau mungkin Yori sama Baryu? Di tunggu voment-nya, gomawo and see u! Gomen kalo misalnya chapter ini gak sesuai harapaaan :*

♡♡♡

THE GOALS OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang