9

3.9K 225 2
                                    

Akan indah pada waktunya. Mitos atau fakta?

---

Setelah tiga hari absen karena sakit, Tirtan akhirnya kembali sekolah, dengan perasaan rindu yang teramat sangat pada sang kekasih.

Meskipun Yori tak menjenguknya, Tirtan tak mau ambil pusing dan mengenyampingkan egonya untuk berbaik hati pada cewek yang terus membuatnya ingin segera sembuh.

"Yori dimana?" Tanya Tirtan pada Fifi.

"Gue kira dia udah gak sekolah lagi," jawab Fifi enteng, sambil hikmat mengunyah roti bakarnya.

"WHAT?!"

Fifi terkekeh, lalu menunjuk dagunya ke arah ambang pintu. "Bercandaaa, noh dia baru datang. Akhir-akhir ini, kesiangan mulu dia."

Tirtan menoleh, dan mendapati wanitanya berjalan gontai di sana.

"Yori!!!" Tirtan langsung menghampiri Yori dan memeluknya erat.

Yori yang kaget langsung membulatkan mata, sempat berontak namun menyadari bahwa Tirtan yang memeluknya secara paksa, Yori memilih pasrah.

"Aku abis sakit loh, kamu gak nanyain kabar aku?" Tirtan merenggangkan pelukannya dan menatap Yori penuh kasih.

Sebelah alis Yori terangkat, ia agak tersentuh dengan panggilan 'aku-kamu'.

"Yori?"

"Eh iya, Tirtan. Sorry gue gak sempet jenguk."

Tirtan tersenyum lalu memeluk erat lagi kekasihnya. "Aku kangen bangettt, maafin aku ya jadi cowok gak peka. Jangan jauhin aku lagi ya, sayang."

Sa-ya-ng?

"Kamu mau sarapan dulu gak? Kita ke kantin yuk?"

Yori mengerjap, ia sangat terkejut sekaligus bahagia dengan perubahan drastis Tirtan. Tirtan yang dingin kini bersikap hangat padanya. Apakah Tuhan mengabulkan doa Yori? Doa agar Tirtan segera sembuh, dan doa agar Tirtan bersikap selayaknya pacar yang hangat dan penuh kasih sayang.

"Boleh, ayo."

Yori berjalan menuju bangkunya untuk menaruh tas dan bertegur sapa dengan Fifi yang bullshing melihat adegan peluk-pelukan, lalu beranjak menuju kantin sambil bergandengan dengan Tirtan. Membuat satu kelas heboh dibuatnya.

Sampai di kantin, Tirtan memesan makanan yang diinginkan Yori. Hari ini, Yori merasa dirinya tengah menjadi tuan putri yang dimanja oleh pangerannya. Sungguh menyenangkan.

Sampainya pesanan, mereka makan sambil bercanda tawa. Tidak diam-diaman lagi, tidak asik sendiri lagi. Hal itu membuat keduanya merasa dunia hanya milik mereka seorang.

"Satu suap lagi untuk bidadari yang cantiknya melebihi dewi langit," Tirtan menyodorkan suapan terakhir di piringnya, disambut Yori yang terkekeh geli, lalu membuka mulut lebar-lebar.

Nyom!

"Oke sekarang giliran aku. Satu suapan terakhir buat malaikat tak bersayap yang gantengnya melebihi dewa laut," Yori melayangkan sendoknya ke Tirtan. Tirtan mendekat, namun bukannya melahap suapan, ia malah mengecup bibir Yori dengan lembut.

"Tirtaaan ih ini kantin."

Tirtan terkekeh lalu memakan suapan dari Yori. "Tadi di bibir kamu ada remeh. Jadi aku bersihin,"

"Kan bisa pake tangan." Yori mengerucutkan bibirnya.

"Jangan manyun gitu, bawaannya mau aku cium tau gak?"

Yori langsung menutup bibirnya, ia menatap Tirtan tajam lalu menggeleng cepat. "Jangan harap!"

Tirtan terkekeh lalu mengusap puncak kepala Yori dengan lembut, "maafin aku ya sayang, lain kali aku bakal cium kamu dengan izin deh."

Yori masih menatap Tirtan, seakan tak percaya dengan janji kekasihnya barusan.

"I swear, Yorikuuu."

Yori mengangguk lalu, menghela nafas panjang. "Okedeh, aku pegang kata-kata kamu."

Tirtan terkekeh lagi, ntah kenapa hari ini sangat mudah membuatnya tersenyum lebar.

"Kok malah ketawa? Ada remeh lagi ya? Apa jangan-jangan ada cabe di gigi aku?"

Tirtan menggeleng sambil tawa kecil terus menceriakan wajah rupawannya.

"Tirtan ih udaaah, kenapa sih?"

"Enggak, aku cuma seneng aja sekarang kamu udah ikut-ikutan aku-kamuan."

"Eh,"

"Pipi kamu jadi merah tuh." Kali ini Tirtan tertawa lepas. Yori lagi-lagi menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Menyadari Yori sangat malu akan hal tersebut, Tirtan langsung berdiri dan menuntun tangan Yori secara perlahan terbuka dari wajahnya. Mereka saling menatap untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Tirtan meraih tubuh Yori dalam dekapannya. "Mulai detik ini, cuma pelukan aku yang bisa kamu jadikan penutup wajah kalo lagi malu atau bullshing."

Yori tertegun. Jantungnya benar-benar ingin melompat sekarang.

"Tirtan..." Yori melepaskan pelukannya.

Cup.

Yori membulatkan matanya, namun kali ini tidak ada ocehan Yori dari ciuman yang dilayangkan Tirtan.

"Jujur, ini pertama kalinya aku pacaran. Jadi aku gak tahu harus bersikap manis seperti apa. Setalah masalah yang kita alami kemarin, aku baru sadar kalo sikap aku emang pantas membuat pacarku ini merasa gak bahagia. Maafin aku ya, sayang."

Yori tersenyum, lalu mengangguk lembut.

"Maafin aku juga ya sayang, gengsi aku ketinggian sampe masalah kita harus berlarut-larut. Padahal seharunya kita gak lama-lama ngambekan."

Kali ini Tirtan yang mengembangkan senyum. Tirtan kembali memeluk erat Yori sambil menghirup aroma tubuh yang selama ini ia rindukan.

"Mulai detik ini, aku akan belajar untuk membuat kamu tersenyum terus, bahagia terus, dan merasa nyaman terus sama aku. Aku ingin kita terus saling mencintai dan menjaga hati," bisik Tirtan membuat air mata Yori terjatuh di pundak kekasihnya.

Dan, ternyata akan indah di waktunya itu, adalah nyata, apabila kita berjuang dan berdoa.

Terima kasih, Tuhan. Telah mengembalikan Tirtan untukku. Terima kasih juga sudah menganugerahkan cinta diantara aku dan Tirtan.

---

Oh damn!
Author ikutan bullshing masa?
😶😶😶

Tirtan yang beku kini sudah mencair. Apakah dia akan memanas? 😂 Hot man!

Pantengin terus my short story ini yaaa, maaf jika terdapat kesalahan eyd and typo everywhere.

Voment bolehlah yaaa buat nyemangatin author wkwkwk, gak maksa sih tapi tetep ngarep.

Okedeh, segini dulu aja. See you!

THE GOALS OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang