PART 19

7.4K 431 8
                                    

Samar-samar Veron mendengar suara gelak tawa dari arah kamarnya. Jelas saja itu adalah suara gadisnya, namun seingatnya tadi ia meninggalkan gadisnya itu sendiri. Jadi dengan siapa dan apa penyebab Anna sampai tertawa begitu kencang?

Ia salut pada Anna. Seharusnya orang yang baru mengalami kejadian yang tidak mengenakkan akan merasakan shock seharian. Tapi lihatlah sekarang, Anna sedang tertawa riang.

Ceklekkk

Anna, Daisy dan Eddy sontak menoleh. Mereka menghentikan candaan mereka mereka saat melihat Veron datang menghampiri mereka, tepatnya menghampiri Anna.

"Veron!" Pekik Anna dengan riangnya.

"Kau bersenang-senang dengan sahabatmu, hm?" Veron mengusap puncak kepala Anna dengan lembut.

Daisy dan Eddy saling tatap, lalu sama-sama tersenyum. Mereka turut senang melihat keharmonisan kedua pasangan kekasih itu.

"Veron! Aku baru tahu jika Daisy dan Eddy adalah werewolf! Dan mereka adalah bawahanmu! Bahkan mereka tadi menunjukkan pergantian mereka dengan wolfnya! Ugh... bulu mereka sangat lembut!"

Veron, tak lupa Daisy dan Eddy tersenyum mendengar Anna yang bersemangat menceritakan pengalamanya, bertemu dengan wolf milik Daisy dan Eddy beberapa jam yang lalu.

"Kau tahu, ada yang cemburu karena kau memuji wolf lain." Seru Veron.

Anna mengernyitkan dahinya, "Ah, Leon! Ugh...bisakah aku berbicara pada Leon?"

"Ada apa?"

"Leon! Kau cemburu?" Anna menatap iris mata Veron yang kini berubah hijau keemasan. Ia tahu kalau kini Leon telah mengambil alih tubuh Veron.

"Kau tahu jadi tidak usah bertanya." Seru Leon cepat.

Anna mengulum tersenyumnya, "Jangan marah, bulumu lebih halus dari apa pun, bahkan sutra sekalipun. Aku bahkan ingin terus mengelusnya. Leon kau tahu, kau yang terbaik." Anna memeluk tubuh Veron.

__________

"Sekarang apa kau sudah bisa menceritakan 'kejadian di pesta' itu"

Anna mengangguk, lalu mulai menceritakan kejadian yang menimpanya. Mulai dari ia yang bertemu dengan Key di lorong toilet, Key yang mencoba menciumnya yang ternyata malah menggigit lehernya, sampai ia kehilangan kesadarannya.

Veron mengepalkan tangannya, berani-beraninya lintah itu menyentuh gadisnya!

"Sayang, apa yang kau rasakan saat Key menggigit lehermu?" Clara mengusap lengan Anna lembut.

"Aku merasa seperti tersengat listrik, dan tubuhku tidak bisa digerakkan." Seru Anna mencoba mengingat-ingat kejadian sebelum ia kehilangan kesadarannya.

"Tidak salah lagi." Gumam Dom.

"Sayang, mulai sekarang jauhi Key, jangan mau berdekatan dengannya. Ia sangat berbahaya, dan ia sudah mencoba mencelakakanmu. Mengerti sayang?" Seru Veron tak terbantahkan.

Anna hanya mengangguk patuh, walaupun ia sendiri belum mengerti sepenuhnya. Tapi, ia mencoba untuk percaya pada Veron dan keluarganya. Karena ia tahu, bahwa Veron dan keluarganya akan selalu melindunginya.

"Sekarang istirahatlah, besok kan kau sudah harus kembali sekolah."

__________

"Veron! Kembalikan kacamataku! Aku sulit melihat!" Anna menggeram kesal pada Veron. Bagaimana tidak, Veron sudah menyembunyikan aset berharganya. Bagaimana Anna bisa sekolah tanpa kacamatanya itu?

"Kau tidak membutuhkan benda ini lagi. Dan lepaskan kepanganmu itu. Aku tidak mau lepas kendali jika kau terus-terusan diganggu akibat penampilanmu itu!" Seru Veron tak terbantahkan yang membuat Anna mengerucutkan bibirnya.

"Tapi pandanganku tidak jelas!" Pekik Anna. Sepertinya Anna tidak berbohong, terbukti dengan ia yang memekik dan menunjuk ke arah jendela.

Veron menghela napas, lalu mengambil benda kecil dalam laci di sanping ranjangnya. Ia berjalan mendekati Anna yang masih bersungut-sungut.

"Kemarilah!" Veron mendudukkan Anna dipangkuannya, lalu mulai memasangkan softlens berwarna hijau itu dikedua mata Anna. Setelah itu, Veron juga melepas kepangan dirambut Anna dan menyisirnya. Jadilah rambut Anna terurai indah.

"Rasanya aneh." Anna mengerjap-ngerjapkan matanya.

"kau akan terbiasa nanti."

__________

Seluruh siswa-siswi yang berada di lorong kelas dibuat tercengang. Antara percaya dan tidak percaya, mereka seperti melihat sosok Anna, namun dengan penampilan yang berbeda. Rambut terurai, memakai softlens, seragam yang melekat pas ditubuhnya. Bagai upik abu yang berubah menjadi putri.

Anna hanya dapat menundukkan kepalanya malu, walaupun ia yang biasanya selalu bersikap cuek pada sekitar, kini hanya dapat menyembunyikan wajahnya malu. Ia tidak biasa dengan tatapan mata yang menatapnya, sampai-sampai mata mereka hampir keluar. Ditambah lagi dengan bisikan-bisikan yang kebanyakan memujinya.

Ia merasa kesal sekali, karena Veron dengan teganya meninggalkan dirinya saat sudah di lorong. Lihat saja nanti pembalasanku, batinnya.

Tepat di depan kelasnya ia terhenti, sebab ada dua siswi yang mencegatnya. Siapa lagi kalau bukan Tasya dan Stecy.

"Oh begini ya kelakuan si nerd kesayangan kita! Setelah dua minggu bolos sekolah, sekarang sudah berubah menjadi putri!" Seru Stecy dengan nada mengejek.

"Putri buruk rupa." Sambung Tasya.

Anna hanya diam, sebenarnya ia sangat malas berurusan dengan mereka berdua sekarang.

"Kenapa hanya diam, hah? Kau sudah berani pada kami! Jangan karena penampilanmu berubah kamu bisa ngelawan kami ya!" Bentak Stecy keras.

Lagi-lagi Anna hanya diam, tanpa berniat membalas perkataa Stecy.

Jauh diujuh lorong, tampak sosok lelaki yang menatap mereka bertiga sambil menyeringai dengan mata yang memerah. Dalam sekejap, sosok itu menghilang.

































tbc

__________

Part belum direvisi!

Makasih ya yang udah ngebaca, ngevote, dan komen cerita ini!

See you next chapt!


Salam hangat

AnjelitaA3

My Cute Mate Is A DJ!! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang