"Kenapa sih gue harus sekelompok sama lo?" tanya Sheila pada Devin yang berjalan di sebelahnya. Kini mereka sedang berjalan ke arah rumah Devin. Memang berjalan kaki, karena kata Devin, biar sehat.
Sebenarnya kelompok mereka ada 4 orang, yang satu adalah Dion -teman sebangku Devin- yang memang tidak masuk sekolah hari itu. Dan satu lagi adalah Vita, namun ia ada urusan mendadak sehingga terpaksa Devin dan Sheila hanya mengerjakan berdua tugas ini.
"Mana gue tau, udah disuruh besok aja jadi kan berempat tuh, lebih rame." balas Devin sambil sesekali menatap ke arah Sheila.
"Kalo bisa sekarang, kenapa harus besok? Lebih cepet selesai kan jadi tenang." ujar Sheila.
"Kalo bisa besok, kenapa harus sekarang? Ooh.. jangan-jangan lo emang mau berdua sama gue ya."
Sheila tidak habis pikir Devin malah membalikkan ucapannya, tapi tunggu, "Idih, berdua sama lo? Ewhh" ucap Sheila mengelak.
"Lo jangan suka sama gue ya, gue udah punya gebetan soalnya."
Mendengar ucapan Devin tadi membuat Sheila sedikit...Tunggu, kenapa sekarang Sheila kecewa? Devin itu cowok aneh kan?
Ketika hati dengan pikiran tidak sejalan. Dan ketika mulut dengan otak tidak selaras. Kamu akan menyangkal rasamu sendiri padahal kamu menginginkannya.
Sheila mendadak teringat kata-kata itu, dulu dia menganggap itu terlalu puitis dan sulit terjadi. Tapi kini jelas, Sheila menyukai Devin, itu menurut kata hatinya. Bagaimana otaknya?
"Siapa coba yang bakal suka sama lo? Emangnya cowok aneh kayak lo bisa suka orang juga?" Sheila terus menatap ke arah Devin tanpa melihat ekspresi Devin. Benarkan, otaknya itu penuh penyangkalan.
Apa lo sebegitu gak sukanya sama gue? Miris Devin.
"Ada lah, inisialnya S."
Sheila sedikit tertegun. Tidak mungkin, pikirnya. Dikelasnya saja ada 4 orang berinisial S.
"Siapa S? Somad, Sarimin, Soleh, Salim, Samsul, Sa- "
"Heh, kok lo nyebutin nama cowok semua, lo kira gue apaan." tanya Devin memutar bola matanya malas.
"Orang cuma nama-nama itu yang terlintas di pikiran gue, emang siapa sih S?" ucap Sheila seraya berkacak pinggang.
"Loh? Kok lo kepo?" Devin kini menghadap Sheila, mereka telah berhenti berjalan dan berdiri tepat di bawah pohon.
"Y-ya gue nanya aja." Sheila memalingkan wajahnya karena ia hanya berdua dengan Devin dan cowok itu menipiskan jaraknya.
"Jangan-jangan lo..." Devin menatap Sheila dengan tatapan menyelidik.
"Jangan mikir yang aneh-aneh ya!" Sheila semakin mundur mendekati batang pohon. Kenapa jantungnya jadi berdetak cepat begini?
"Lo kenal siapa S, semua murid tau siapa S, tapi gue gak tau, apa gue pernah ada di hati S?" Tatapan Devin mendadak sendu.
Sheila yang mendengar itu pun menelan salivanya. Bukan gue kan?
Itu lo, Sheila. Apa gue bisa masuk ke hati lo? Gue terlalu pengecut untuk bilang 'gue suka lo, Sheila'. Mungkin gue yang terlalu berharap, disaat lo gak pernah liat gue, di saat lo gak pernah nganggep gue ada.
Suasana menjadi hening seketika, sebelum Sheila kemudian bertanya. "Gue kenal S, semua murid juga?" Sheila nampak mengetuk-ngetukkan jarinya berpikir.
Liat ekspresi lo yang kayak gini, mungkin bukan saatnya.
Devin maju mendekatkan bibirnya ke telinga Sheila. Gadis itu sampai menahan napasnya dan berharap jantungnya tidak meloncat sekarang juga.
"S itu.." Perlahan suara Devin mulai terdengar di telinganya, sangat lembut.
"Selena gomez!" Devin bicara cukup keras membuat Sheila terlonjak kaget.
"Lo mau telinga gue budek ya!" ucap Sheila kesal karena Devin langsung berlari meninggalkannya.
Dasar cowok labil dan nyebelin, bisa-bisanya dia bikin jantung gue mau loncat. Kenapa sih sama gue?
× × ×
Happy Reading yapp😌
Ko part ini jadi gini ya😅
Salam, Mel💘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault
Short StoryKenapa penyesalan selalu datang di akhir? Pertanyaan yang sama. Setiap hari. Setiap bayangmu selalu mengisi pikiranku. Hanya bayangmu. Tanpa hadirmu. Tak seperti dulu. Bukan ini yang ku inginkan, aku harus bagaimana?