Hari ini di kelas Sheila tidak ada guru yang mengajar. Katanya sih rapat guru. Padahal Sheila sudah menyiapkan PR matematika-nya serapih mungkin. Lembaran bukunya penuh dengan angka-angka dan rumus tentunya.
Sheila yang bosan melihat Vien asyik bergosip ria dengan teman di belakangnya memutuskan untuk pergi ke toilet. Untuk sekedar membasuh muka, pikirnya.
Setelah kembali dari toilet, Sheila tidak segera memasuki kelas, mengingat jam pelajarannya masih lama dan ia malas terjebak di ruang kelasnya yang bising itu.
Langkah kakinya membawa ia sampai di depan ruang guru. Ia melihat guru-guru sedang rapat dengan serius. Sheila kadang berpikir, apa yang dibicarakan guru-guru saat rapat? Ini kan bukan menjelang UAS, ataupun menjelang study tour sekolah? Kenapa waktunya harus mengambil jam pelajaran siswa?
Dengan ke ingintahuannya yang membuncah ia pun nekad menempelkan telinganya di pintu. Tidak ada yang melihatnya, setelah ia memastikan situasi tadi.
Jadi para guru harus bisa memastikan bahwa siswa sekolah ini tidak..
"Aawww ampun pak ampun.." pekik Sheila saat tiba-tiba telinganya di jewer oleh seseorang.
Sheila memejamkan matanya karena takut, namun orang di sebelahnya malah tertawa keras membuat ia lantas membuka mata.
"Devin!" bentak Sheila menyadari ia dikerjai.
"Ternyata lo bandel juga ya." ujar Devin seraya terkekeh.
"Lo ngapain di sini?" tanya Sheila mengalihkan pembicaraan.
"Gue mau ke kantin."
"Kantin kan ada di sana." Ucap Sheila menunjuk ke arah dekat lapangan.
"Oh, gue mau ke toilet dulu sebelum ke kantin." alih Devin yang sangat tak masuk akal.
"Toilet cowok kan ada di sana." Lagi-lagi Sheila menunjukkan sebuah arah dengan tampang polosnya.
"Suka-suka gue dong mau kemana, udah sana balik ke kelas, awas jangan nguping lagi." Devin pun meninggalkan Sheila dengan langkah cepat.
Tuh kan, Devin emang cowok aneh, ucap Sheila dalam hati sebelum kemudian melangkah menuju kelasnya.
× × ×
Happy Reading Semuanya👌
Salam, Mel💘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault
Short StoryKenapa penyesalan selalu datang di akhir? Pertanyaan yang sama. Setiap hari. Setiap bayangmu selalu mengisi pikiranku. Hanya bayangmu. Tanpa hadirmu. Tak seperti dulu. Bukan ini yang ku inginkan, aku harus bagaimana?