Sheila baru saja akan duduk di kursinya sebelum suara cempreng Vien membuatnya berbalik badan.
"Sheila, nilai lo seratus lagi!" ucap Vien sambil memberikan kertas ulangan harian yang baru saja di bagikan.
Sheila hanya tersenyum dan menerima kertas itu. "Thanks." ujarnya sebelum kemudian ia duduk di kursinya.
Sesaat kemudian raut wajahnya berubah menyadari buku tugas fisika nya lenyap dari kolong mejanya. Ia berdiri dan menggebrak meja, matanya mencari sosok yang mengambil buku tugasnya. Gak salah lagi, pasti cewek itu.
"Reica! Mana buku gue?!" teriaknya saat melihat sosok tersebut sedang asyik memainkan ponselnya.
"Gatau tuh" ucapnya santai sambil mengendikkan bahu.
"Gue tau lo yang ambil! Kalo mau bersaing yang sehat dong!" Emosi Sheila mulai meningkat mengingat Bu Ratih, guru Fisikanya itu terkenal killer, meski ia belum pernah di hukum, ia tentu tak akan membiarkan namanya tercoreng karena tidak mengumpulkan tugas.
"Katanya lo pinter, cari aja sendiri." Ucap Reica acuh.
Sheila yang mendengarnya semakin geram. Ia bisa saja menampar gadis itu jika tangannya tak segera di tarik seseorang.
"Nih, pake buku gue, gue udah ngerjain tugasnya kok." kata Devin setelah menyeret Sheila keluar kelas.
"Lo gila? Lo mau dijemur di lapang jam segini?" Sheila melihat jamnya dan sebentar lagi tengah hari.
Seaat kemudian terlihat Bu Ratih berjalan di kejauhan seraya menenteng buku-buku tebal yang diyakini berisi rumus fisika itu.
"Udah cepet lo ambil aja." Devin menggerakkan tangan Sheila untuk memegang buku tugasnya. "Ayo masuk." Katanya sambil berjalan masuk ke kelas.
Sheila yang bingung pun refleks mengekori Devin.
"Devin, mana tugas kamu?" ucap Bu Ratih dengan keras. Membuat para siswa menatap ke arah Devin.
"Ketinggalan bu." ujar Devin berbohong.
"Berdiri di depan tiang bendera hingga pelajaran ibu selesai!" perintah Bu Ratih tegas.
Devin sempat melirik Sheila dan tersenyum sebelum benar-benar meninggalkan kelasnya.
Sheila sempat merasa bersalah. Devin di hukum karenanya. Ia berniat akan berterima kasih dan akan berlaku baik mulai sekarang pada Devin.
Kini Bu Ratih menyuruh siswa siswinya mengerjakan latihan soal yang ada dibuku paket. Suasana kelas hening karena mereka sibuk berkutat pada buku masing-masing.
Beberapa menit kemudian, pintu kelas diketuk dari luar dan muncul sosok Devin dari balik pintu.
"Devin, hukuman kamu belum selesai, kenapa kamu sudah kembali lagi ke kelas?" tanya Bu Ratih yang melihat Devin masuk ke kelas saat jam pelajaran belum usai.
"A-anu bu, saya mau tanya.. Saya di hukum kenapa ya bu?" ucap Devin dengan wajah kebingungan. Sontak seluruh penghuni kelas tertawa, Bu Ratih pun geleng-geleng kepala melihatnya. Bagaimana mungkin ia bisa lupa dengan hal semacam itu.
Sheila yang sedang duduk di bangkunya pun di buat heran. Apa dia sengaja? Tapi mana mungkin ia berani bercanda dengan guru killer. Sheila memperhatikan wajah Devin yang sangat kebingungan. Devin emang bener-bener aneh, pikirnya.
Kayaknya, sekarang gue harus cari tau, kenapa tuh cowok anehnya gak ketulungan.
× × ×
Happy Reading yaoo😌
Apa kalian juga berpikir Devin itu orang aneh😗
Salam, Mel💘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault
Short StoryKenapa penyesalan selalu datang di akhir? Pertanyaan yang sama. Setiap hari. Setiap bayangmu selalu mengisi pikiranku. Hanya bayangmu. Tanpa hadirmu. Tak seperti dulu. Bukan ini yang ku inginkan, aku harus bagaimana?