Ah tidak, Bidadariku

20.2K 1.3K 7
                                    

      "Tok tok tok." Suara ketukan pintu kamar Husain terdengar membuat Husain terbangun dari tidurnya, ia mengusap wajahnya lalu berjalan membuka pintu.

"Kamu itu Sain, kenapa masih tidur sih sore ini kita ke rumah Kaira kan?" Abinya sudah rapih memakai baju koko panjang berwarna putih

"Abi saja ya yang kesana." Husain berucap dengan agak sedikit malas

"Kenapa, kamu belum bisa menerima Kaira akan milik orang lain? Astaghfirullah Sain. Allah itu sudah mengatur segalanya jodoh, rezeki, maut jadi kamu lapangkan dada kamu." Abinya mengelus bahu Husain seraya menenangkan anak sulungnya itu

"Iya Bi Husain ganti baju dulu, abi tunggu sebentar." sebenarnya Husain sangat tidak ingin keluar rumah menyaksikan pernikahan Kaira apalagi bertemu Fadhillah namun ia tak bisa membantah abinya, jika abinya itu sudah menyebut-nyebut nama Allah

"Ayo bi." Selesai ganti baju Husain, ummi, Hasan juga abi berjalan keluar rumah .

Lalu tiba -tiba di jalan mereka bertemu ustadz Khairi, salah satu ustadz yang nengajar di pondok pasantren ini "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh kyai Anwar, Ummi Aliyah, Ustadz Husain juga dek Hasan." sapa Ustadz Khairi

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh Ustadz Khairi, oh ya saya minta tolong jaga pasantren sebentar ya ustadz. Saya mau menghadiri acara pernikahan anak kyai Imran." Ucap Abi sambil menjabat tangan ustadz Khairi

"Oh iya kiyai Insyaa Allah siap." Ustadz Khairi tersenyum ramah.

Di tengah perbicangan abi dengan Ustadz Khairi, Hasan melihat Fadhillah sedang duduk sendiri di pohon pinggir kantin sedang melamun mengayunkan kakinya ke depan ke belakang

Sedang apa gadis itu? Dipikir-pikir kasihan juga dia tidak ada yang mau menemani pikir Husain.
Lama Husain memandangi Fadhillah, suara deheman yang sebenarnya sudah dari tadi bergema baru terdengar di telinga Husain.

"Khem bang lagi apa sih? Ayo abi sama ummi udah ada di mobil tuh. Ditungguin taunya masih di sini kirain ada di belakang kita tadi." Hasan membuyarkan lamunan Husain, dilihatnya abi dan ummi sudah menunggu di dalam mobil

"Ahh iya San ayo." Husain membututi Hasan dari belakang

Abi yang mengemudi mobil dengan santainya.
Husain dan Hasan duduk di belakang sambil membayangkan saat pertama kali Kaira berkunjung ke pasantren Asy Syifa, saat pertama kali ia merasakan jatuh cinta melihat gadis bercadar, dengan bulu matanya lentik, matanya sayu serta kulitnya putih mulus. Namun kini wanita itu harus menikah dengan orang lain, ternyata cinta dalam diamnya tak seberuntung cinta dalam diam Syaidina Ali RA. Ahh kini perasaannya sungguh tak karuan, Kaira adalah cinta pertamanya yang kini harus bersanding dengan orang lain.

Husain memang seperti anak kecil, anak remaja yang tak bisa mengendalikan perasaannya. Padahal ia sudah menginjak usia dewasa.
Entahlah, menurutnya laki-laki mana yang gampang mengikhlaskan bidadari dunia mungkin juga akhirat seperti Kaira Humaira itu .

Sesampainya di tempat kediaman Kaira, dilihatnya wanita cantik dengan pakaian serba putih juga cadarnya yang terpasang rapih di bawah matanya bersanding dengan pria sebanding. Ya, dia Kaira Humaira. Hancur sudah harapannya, musnah sudah impiannya membangun rumah tangga dengan wanita sholehah itu, sebuah harapan semu yang dengan paksa harus ia kubur jauh pada lubang penantian yang dalam.

Keluarga Husain menghampiri kedua mempelai, Husain juga Kaira menumpukan tangannya di masing-masing depan dadanya lalu Kaira mengangguk ramah penuh kebahagiaan.
Husain hanya dapat berkata dapatkah aku mengikhlaskan dalam hatinya

Lalu bersalaman kepada Fajri suami Kaira
Jlebb ...
Husain berusaha tersenyum, walau kini hatinya tersayat sakit, nampak jelas desahan napas yang memburu pada dada bidangnya.

"Terima kasih sudah menyempatkan waktunya pak Kiyai Anwar." ucap Kyai Imran

"Sama-sama." ucap abi

"Kapan nyusul Kaira, Husain. Husain ini tampan, badannya bagus, agamanya subhanallah. Segeralah lamar gadis pilihanmu, pasti banyak gadis yang menanti kau lamar." Pertanyaan Kyai Imran sungguh menyesakkan hati Husain, rasanya ia ingin segera pergi dari tempat itu sekarang juga. Namun, Husain hanya dapat tersenyum paksa mendapati pertanyaan tersebut

"Insyaa Allah setelah Kaira." ucap abi kembali mengagetkan Husain membuat Husain memutar pandangan ke arah abi dengan sangat cepat

"Ah iya ditunggu kyai, jangan lupa undangannya ya?" Canda Kyai Imran

"Insyaa Allah." ucap abi sambil tersenyum ke arah Husain.

                           🌹🌹🌹🌹

        Lelah sekali rasanya bagi Husain berada di tempat tadi, kini ia sudah kembali ke pesantren membereskan masjid bersama para santri lainnya untuk persiapan sholat maghrib .
Setelah selesai waktunya ia mengumandangkan adzan, suaranya begitu merdu menggentarkan hati. Para santriwatipun begitu mengagumi ustadz Husain .
Siapa yang tak menyukai dirinya ?
Pria tampan, ramah, seorang ustadz penghafal al-qur'an . Namun sayang, dia sangat menutup hatinya untuk wanita kecuali Kaira .

Selesai sholat dan mengaji di masjid Husain kembali ke rumah namun langkahnya terhenti saat melihat Fadhilah sedang duduk di tempat yang sama dan memakai baju yang sama seperti tadi sore .

Husain berjalan menghampiri gadis itu
"Kamu tidak ikut sholat tadi?" Tanya Husain membuyarkan lamunan Fadhillah

"Biasakan mengucap salam." jawab Fadhillah dingin sangat dingin

"Astaghfirullah, iya Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Husain terlihat sangat malu

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, aku tidak sholat." Jawab Fadhillah masih dalam pandangan ke depan tanpa mau menatap Husain

Kemasukan apa dia sampai berubah drastis seperti ini batinnya berkata "Kenapa, bukankah sholat adalah suatu amalan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat kelak. Kamu tidak takut?" Tanya Husain

Fadhillah mengangguk "Aku takut, tapi aku memang sedang tidak sholat . Aku sedang datang bulan, apa harus aku bilang itu pak?" Kini Fadhillah memandang Husain lekat, kata Paknya penuh penekanan. Husain dengan cepat memalingkan pandangannya

"Oh maaf Fadhillah." Jawabnya singkat

"Tidak apa-apa, aku memang jarang sholat tapi ibuku selalu memaksaku untuk sholat dan aku berusaha untuk menjalankannya meski memang sangat malas." Jawab Fadhillah

"Lalu kenapa kamu di sini. Tidak baik wanita sendiri malam-malam, wanita itu disunnahkan untuk diam di rumah." perjelas Husain

"Bapak perhatian sekali." Fadhillah menatap Husain dengan senyum

Wanita ini ! Tadinya aku merasa iba, sekarang kembali kesifat asalnya Pikir Husain

"Saya pergi dulu Fadhillah , Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Husain pergi meninggalkan Fadhillah dengan sedikit berlari sambil Lagi-lagi berigidik ngeri dengan tingkah gadis itu

"Ah menyebalkan sekali !! Tadi baik sekarang gitu lagi." Fadhillah terlihat kesal lalu melempar batu dari bawah ke asal tempat.

Assalamu'alaikum Ukhti akhi ku ..
Gimana ceritanya? Masih mau lanjut?
Vote yang ikhlas ya hehe .
Jangan lupa kritik sarannya

Karena Imam dan Iman (Open PO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang