Part ini masih lanjutan!
Waktu menunjukan pukul 20:07 WIB, Husain sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak pulang sebelum menemukan Fadhillah. Tapi yang jadi masalah utama saat ini, apakah Fadhillah sudah ada di rumah?
Jika ia bertanya pada orang pasantren, ia takut yang lain jadi khawatir?Tanpa pikir panjang Husain melajukan mobilnya menuju pasantren, rencananya ia akan mengendap-endap masuk, dan meninggalkan mobilnya di luar pesantren.
Sesampai di pesantren, sangat mendukung. Allah mengirimkan Risya menjadi perantara, dilihatnya Risya sedang berjalan membawa buku iqro. Husain langsung mengejarnya, dan menarik tangan kecilnya dengan lembut.
"Risyaa?" Ucap Husain
"Ada apa kak?" Tanya Risya menghentikan langkahnya,
"Bisa bantu kak Husain gak?" Risya mengerutkan halisnya,
"Risya ke rumah kak Husain, lihat ada kak Fadhill gak di sana. Kalau udah lihat langsung balik lagi ke sini." Ucap Husain menjelaskan maksudnya
"Ok." Risya berlari ke dalam pesantren, sedangkan Husain menunggu di luar pesantern sambil sedikit memainkan ponselnya.
Kurang dari sepuluh menit Risya datang menghampiri Husain, "Gimana, ada gak?" Tanya Husain.
Risya menggeleng "Gak ada."
Husain menghela napasnya kasar, "Ya sudah, makasih Risya. Kamu masuk, sudah malam. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" Husain memasuki mobilnya, dan menancab gas.
Ia benar-benar khawatir kali ini, awan sudah semakin gelap. Jalanan sudah nampak sepi, namun Fadhillah tak kunjung ia temui.
Husain sudah kehabisan pemikiran, perutnya terus menerus bersua. Matanya sudah seperti panda, ia juga belum menyiapkan materi untuk besok. Udara dingin malam kian menyeruak disekujur tubuhnya, meski Husain di dalam mobil ia masih dapat merasakannya.Bagaimana dengan keadaan Fadhillah, keadaan Harist, dan keadaan Ainun?
Apa yang membuat Fadhillah pergi tanpa pamit?Pikirannya terus berjalan, ia bahkan melupakan pikirannya tentang wanita itu. Padahal tadi pagi, otaknya serasa dipenuhi dengan wanita itu. Namun sekarang berubah, kali ini Husain berpikir tentang keadaan penyemangatnya.
Tiba-tiba mobilnya terhenti, Husain membelakan matanya sempurna. Ia menatap dua pria berbadan besar menghadang seorang wanita membawa dorongan bayi sambil menggendong satu orang bayi lagi.
Husain keluar dari mobilnya, ia menghampirinya.
Dan.. Bukk satu pukulan mendarat di pipi salah satu pria tersebut, dan bukk satu pukulan lagi mendarat di perut pria satu lagi.Pria yang pertama dipukul Husain menendang perut Husain hingga ia terlempar kasar, namun Husain segera berdiri. Dalam hitunga dua menit dua pria itu berhasil Husain kalahkan, nafasnya memburu. Ia segera menarik tangan Fadhillah, ya dia Fadhillah.
Tangan kirinya mendorong dorongan Harist, mereka memasuki mobil, dan menancapkan gas mobilnya kencang.
Husain diam tak bergeming, begitupun Fadhillah yang mungkin masih ada rasa trauma di hatinya.
Sebenarnya Husain marah, ya dia marah. Fadhillah berhasil membuatnya khawatir, ia juga keluar tanpa ijin."Dari mana?" Setelah beberapa menit tak bersuara, Husain angkat bicara. Suaranya dingin.
Fadhillah menoleh, "Fadhillah habis dari makam ibu." Jawabnya
"Kenapa tidak ijin?" Datar, Fadhillah semakin bergetar mendapati pertanyaan itu.
"Ma..Maaf tadi Fadhillah mau telefon kak Husain tapi ponselnya mati, ke rumah ummi gak ada siapa-siapa. Fadhillah benar-benar ingin ke makam ibu." Fadhillah menunduk lemas
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Imam dan Iman (Open PO)
EspiritualBlurb "Kamu harus menikahi Fadhillah!" Husain langsung terperanjat kaget. Matanya membulat seperti bulan purnama. Alisnya pun ikut menyerit, "Kenapa, Bi?" "Ibu Fadhillah baru saja meninggal dunia. Ia juga mengamanahkan Fadhillah untuk kamu jaga." ...