Dua bulan sudah Husain dan Fadhillah menjalankan rumah tangga hampa
Tak ada kebahagiaan, tak ada canda tawa, dan yang ada hanya ketegangan semata.Hari ini sehubungannya dengan diadakan makan bersama dengan ummi dan abi di rumahnya, Husain juga Fadhillah sudah ada di meja makan untuk menyantap makanan
"Bang Husain kok belum punya anak-anak sih bang. Hasan gak sabar nih mau punya keponakan." ucap Hasan membuat ummi, abi, Husain, dan Fadhillah yang sedang makan siang bersama membelakan matanya kaget
"Iya bener Sain ummi juga mau punya cucu." lagi-lagi ucapan macam itu membuat Husain bingung menjawabnya
"Hemm.. ummi mungkin Allah belum kasih mmi." ucap Fadhillah membuat Husain berhasil menatapnya kini
"Iya sih tapi coba deh kalian coba lagi siapa tahu kali ini berhasil." canda abi membuat Fadhillah dan Husain menegang kali ini
"Coba lagi? Sekali aja belum pernah." Batin Fadhillah berkata
"Coba apa sih bi?" Tanya Hasan dengan polosnya
"Anak kelas empat SD tidak perlu tahu." Husain membalas pertanyaan Hasan
Semua jadi senyum-senyum sendiri, dan memilih tidak melanjutkan perbincangan macam itu di depan Hasan.
Selesai makan Husain meminta ijin untuk mengajar qiroat di masjid sedangkan Fadhillah membantu ummi mencuci piring di dapur lalu membantu ummi merapihkan rumah.
"Gimana Husain Dill ?" Tanya Ummi sambil mencuci piring
"Gimana apa mi maksudnya?" Jawab Fadhillah yang berada di sebelah ummi membantu mencuci piring
"Sikap dia ke kamu?" Tanya ummi begitu bersemangat
"Alhamdulillah baik kok ummi , kak Husain perhatian suka kasih tau Fadhillah kalo Fadhillah salah, kak Husain sayang kok ummi sama Dhillah." kali ini dirinya berbohong.
Husain sebenarnya adalah Husain yang ramah pada siapapun tapi tidak dengan dirinya, dan entah sayangnya Husain berikan pada siapa Fadhillah belum tahu mengenai itu
"Alhamdulillah, eh udah jam 21:00 Wib nih Fadhillah pulang sana siapa tahu Husain udah pulang." Suruh umminya
Fadhillah tersenyum matanya berkaca-kaca "mau pulang mau tidak, kak Husain tak pernah mengharapkan aku ada."
"Kamu kenapa sayang?" Tanya ummi sepertinya begitu khawatir ketika Fadhillah melamun.
Fadhillah mengusap air matanya dengan tangan kanannyaKali ini Fadhillah kembali menunjukan senyumnya "Fadhillah hanya rindu ibu dan ayah ummi, ummi baik sekali Dhillah jadi ingat masa-masa rukun keluarga Dhillah, ummi juga mau menerima Fadhillah padahal Fadhillah ini wanita tidak benar." Lagi lagi Fadhillah berkata bohong, bukan itu sebenarnya yang membuat dirinya menangis
"Astaghfirullah nak, kamu itu anak yang baik . Tidak ada yang bilang kamu seperti itu nak." ummi memeluk Fadhillah
Rasanya rasa sakit ini semakin menyesakan hati Fadhillah, semua orang menganggap dirinya sampah. Hanya ummilah yang menganggap bahwa saat ini ia adalah manusia yang mempunyai hati, dan dapat merasakan sakit.
"Fadhillah pulang dulu ummi Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Fadhillah melepaskan pelukan ummi lalu mencium punggung tangan ummi
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." umminya terus menatap Fadhillah yang semakin jauh.
Jalanan sudah nampak sepi, meski masjid pasantren masih terdengar menggemakan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Sesampainya di rumah, Fadhillah membuka pintu "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." tak ada jawaban, hening. Hanya suara jangkrik rerumputan yang masih mendendangkan nyanyian syahdu. Fadhillah berjalan menuju kamarnya "kak?" Yang di lihatnya Husain sudah terbaring di ranjang .
Ingin membangunkan tak enak, akhirnya Fadhillah kini yang tidur di lantai. Tidak apa-apa kasihan kak Husain di lantai terus Pikirnya"Kairaaaa..Kairaaa..?" Ucap Husain membuat Fadhillah yang belum tidur terbangun dari lamunannya.
"Kenapa kak Husain menyebut nama kak Kaira Dia mengigau?" Pikir Fadhillah
---'--'-----'-'-----
Esok Hari
Sesudah shalat subuh, Husain sedang khusuk berdoa dan kali ini Fadhillah menatapnya bingung penuh keraguan sambil menggigigt bibirnya.
Sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan .
Husain selesai berdoa baru saja ia akan melipat sejadahnya "tunggu." Fadhillah memegang pundak Husain
"Ada apa?" Husain melirik Fadhillah dan Tanyanya dingin sedingin air mandi di pagi hari membuat Fadhillah semakin ragu untuk bicara
"Hmm .. ada hubungan apa kakak dengan kak Kaira?" Fadhillah semakin takut Husain marah
"Tidak ada." jawabnya santai sambil pergi meninggalkan Fadhillah yang masih duduk di atas sajadah dengan mukenah yang masih menempel di tubuhnya
"Tapi semalam kakak mengigau menyebut namanya, ups." Kali ini Fadhillah keceplosan, iya benar-benar cemburu ternyata
Fadhillah menatap punggung Husain , Husain berhenti sejenak saat ucapan Fadhillah tadi menggema dari mulutnya
Dag dig dug .. hati Fadhillah sudah berdebar tak karuan, memandangi wajah Husain canggung. Namun, yang dilihatnya Husain malah berjalan kembali keluar meninggalkan Fadhillah
Huft .. kali ini dugaan Fadhillah salah ternyata Husain tidak marah atas pertanyaannya tadi
Tapi mengapa ia tak menjawab? Berarti benar.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jumpa lagi ^^
Terus lanjut yaaaa
Don' forget comment and vote
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Imam dan Iman (Open PO)
EspiritualBlurb "Kamu harus menikahi Fadhillah!" Husain langsung terperanjat kaget. Matanya membulat seperti bulan purnama. Alisnya pun ikut menyerit, "Kenapa, Bi?" "Ibu Fadhillah baru saja meninggal dunia. Ia juga mengamanahkan Fadhillah untuk kamu jaga." ...