File 19 - Misteri yang Belum Terungkap

247 42 180
                                    

Pagi yang cerah, hari libur yang sempurna untuk Tim 3, yang telah bekerja keras tanpa kenal lelah selama berminggu-minggu. Kepala Polisi Hwang Sejoon memutuskan untuk memberi mereka waktu libur, setidaknya selama tiga hari, untuk bersenang-senang dan mengistirahatkan tubuh serta pikiran mereka.

Namun rupanya, ada satu anggota Tim 3 yang 'menolak' libur. Ia bangun pagi seperti biasa, kemudian bersiap untuk pergi mengunjungi Kantor NISI dan juga Kantor Kepolisian Seoul.

Begitu ia sampai di Kantor NISI, ia menyapa para penjaga dan juga resepsionis, yang sudah biasa dan bahkan hafal dengannya yang sering keluar-masuk kantor NISI. Tentu saja, siapa yang tidak mengenal sang Ketua Tim 3, Cha Hakyeon, yang sudah menjadi ketua tim salah satu tim polisi di Divisi Kriminalitas Kepolisian Seoul di usia yang terbilang muda, 26 tahun. Polisi lain yang berusia sama dengannya belum tentu bisa mencapai gelar tersebut dalam waktu singkat.

"Oh, selamat pagi, Ketua Tim. Apa ada yang bisa kubantu?" sapa Hongbin, yang sedang membereskan ruangannya, ketika melihat Hakyeon memasuki ruangannya.

Hakyeon terkekeh, "tidak, aku hanya ingin mengunjungimu saja. Apa tidak boleh?"

"Ya, tentu saja tidak boleh. Aku sedang sibuk." Dokter forensik itu berpura-pura kesal akan kehadiran Hakyeon, sehingga membuatnya mendapat 'hadiah' pukulan pelan di lengan kekarnya.

Hakyeon akhirnya membantu Hongbin untuk membereskan sekaligus membersihkan ruangannya. Awalnya Hongbin menolak bantuan tersebut, mengingat Hakyeon datang sebagai tamu. Namun Ketua Tim 3 itu tak banyak bicara--kecuali memuji betapa bersihnya ruangan tersebut--dan langsung mengambil pembersih kaca.

"Aku yakin anda datang ke sini bukan hanya sekedar untuk berkunjung, Ketua Tim." Hongbin mempersilahkan Hakyeon untuk duduk di hadapannya.

Hakyeon tertawa, "sudah kuduga kalau anda akan curiga," ucapnya, "sebenarnya, aku ingin mengundang anda sebagai teman ke acara makan malam untuk merayakan pertunanganku. Tapi, itupun kalau anda mau, Hongbin-sshi."

"Tentu saja aku tidak menolak makanan gratis. Aku butuh asupan gizi setelah seharian berhadapan dengan mayat," gurau Hongbin.

Keduanya pun tertawa bersama dan melanjutkan perbincangan ke topik ketika mereka pertama kali bertemu dan harus bekerja sama.

*

Setelah perjumpaannya dengan Hongbin, Hakyeon mengemudikan mobilnya ke Kantor Kepolisian Seoul. Ia berniat untuk menemui Kang Seulgi, karena kemarin ia bersitegang dengan gadis itu saat proses interogasi. Tentu saja niatnya adalah untuk mengorek informasi lebih dalam lagi mengenai kasus pembunuhan berantai yang terjadi 16 tahun lalu dan juga mengenai Jung Taekwoon, aktor opera yang misterius.

Hakyeon berhasil memasuki area penjara sementara setelah mendapat izin dari petugas yang sedang berjaga. Tanpa membuang banyak waktu, ia menghampiri Seulgi yang tengah melamun di selnya.

"Nona Kang Seulgi," panggilnya, "ada yang perlu kutanyakan kepada anda."

Mendengar seseorang memanggilnya, Seulgi pun menoleh. Ekspresinya datar, tak nampak keterkejutan ketika mendapati orang, yang baru menangkapnya kemarin malam dan bahkan kehilangan kesabaran karena ia menyatakan diri sebagai seorang pembunuh berantai yang terkenal keji, mendatanginya.

"Aku yakin anda adalah salah satu saksi dari kasus pembunuhan di opera 16 tahun yang lalu. Apa itu benar?" Seulgi mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau begitu ... bisa anda katakan apa yang anda ketahui tentang kasus tersebut?" Hakyeon kembali bertanya.

Seulgi pun menceritakan kasus yang terjadi ketika usianya 8 tahun tersebut. Ketika itu, ia pergi menonton pertunjukan opera bersama keluarganya. Pada saat itu, opera adalah seni pertunjukan yang tidak bisa dinikmati oleh semua orang, hanya beberapa kalangan saja dan ia beruntung karena ayahnya yang cukup berpengaruh.

Phantom of The Opera [VIXX - FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang