Chapter 4

269 47 4
                                    

Yeeeeaaaaaaayyy...........double update ^^

Happy Reading

=====================================================================

-Baek Jin POV-

Gadis di hadapanku ini tiba-tiba menarik kalung yang melingkar di leherku. Sakit? Tentu saja. Tapi, dibandingkan rasa sakit, rasa gugupku lebih mendominasi karena posisi kami yang begitu dekat. Apa dia sudah gila?

"A-apa yang kau lakukan?!", tanyaku sedikit membentak bercampur gugup.

"Dari mana kau mendapatkan cincin ini?", tanyanya. Kenapa dia tiba-tiba menanyakan itu?

"Bukan urusanmu"

Sekali lagi, aku menepis tangannya dengan cukup keras. Aku tidak bermaksud bersikap kasar. Hanya saja...otakku tidak dapat bekerja dengan benar karena rasa gugup ini. Dia terdiam. Aku menatap mata bulatnya. Mata itu perlahan mengeluarkan cairan bening.

'Omo! Apa aku sudah keterlaluan?Aishh...Go Baek Jin! Neo jinjja paboya!!', aku merutuki diriku sendiri di dalam hati. Bagaimana aku bisa membuat seorang gadis menangis? Aku mengusap air mata yang membasahi pipi mulusnya.

"Kau menangis? Kenapa kau menangis? Apa kata-kataku terlalu kasar padamu? Mianhae...", tanyaku khawatir.

Kenapa aku menanyakan itu? Jelas-jelas aku sedah membutnya menangis. Dia tak mengatakan apapun.

"Ulljima...Jebal...", aku memohon padanya. Aku belum pernah menghadapi seorang gadis yang menangis sebelumnya. Dia hanya menatapku dengan mata bulat itu dan dapat kulihat air matanya semakin deras. Melihatnya menangis seperti ini, membuatku teringat pada gadis kecil yang ada dalam mimpiku.

Aku bingung apa yang harus aku lakukan. Haruskah aku melakukan itu? Tapi bagaimana jika dia menamparku setelah itu? Tapi, biasanya hal itu berhasil di dalam drama. Entahlah. Aku akan mencobanya.

'greeeb'

Aku menarik tubuh mungilnya ke dalam pelukanku. Dia masih menangis. Aku dapat merasakan seragamku basah karena air matanya. Dan juga...

'Deg...deg...'

Aku dapat merasakan debaran jantungku yang tak terkendali dan begitu keras. Semoga saja dia tidak mendengarnya. Tapi, di sisi lain, aku juga merasa nyaman. Sepertinya gadis ini juga merasakan hal yang sama karena perlahan isak tangisnya mulai mereda.

---**---

-Author POV-

Ji Eun melepaskan pelukan Baek Jin. Pria itu sekali lagi mengusap butir air mata yang masih tersisa di pipi Ji Eun.

"Sudah merasa baikan?", tanya Baek Jin lembut. Ji Eun mengangguk. "Mianhae...Aku tidak bermaksud berbuat kasar"

"Gwaenchanha. Aku saja yang terlalu emosional", Ji Eun tersenyum tipis. "Gomawo, Baek Jin-ssi"

"Untuk apa?"

"Untuk...membuatku berhenti menangis..."

'dan menepati janjimu untuk kembali', lanjut Ji Eun dalam hati.

'Krriiiinggg', bel pertanda masuk telah berbunyi.

Baek Jin sudah berdiri dan bersiap kembali ke kelas. Tapi dia melihat Ji Eun hanya diam saja di tempatnya.

"Tidak kembali ke kelas?", tanyanya. Ji Eun menggeleng.

"Kau duluan saja. Aku masih ingin berada di sini sebentar lagi", jawab Ji Eun.

Promise and Destiny [C.O.M.P.L.E.T.E]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang