Ini chapter yang paling emosional menurut author
Semoga kalian bisa dapat feel nya :')
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Ji Eun-ah... kumohon katakan padaku". Baek Jin menggenggam tangannya dan menatap Ji Eun penuh harap.
'Haruskah aku mengatakannya sekarang?', batin Ji Eun. Ji Eun menghela nafas panjang. Ditatapnya mata Baek Jin dalam.
"Baek Jin sebenarnya..."
'Drt...drt...'. Belum selesai Ji Eun menjelaskan, ponsel Baek Jin berdering.
"Jamkaman", tutur Baek Jin. Dilihatnya layar ponselnya dan tertera nama eomma-nya di sana. Baek Jin menjauh dari Ji Eun dan Eun Jo untuk mengangkat telepon dari sang ibu.
"Yeobseyo eomma"
"Baek Jin-ah, kau di mana?"
"Aku sedang di rumah temanku, eomma. Waeyo?"
"Bisakah kau pulang sekarang? Halmeoni-mu menelepon. Dia memintamu menemaninya di Busan selama libur musim panas. Kondisinya sedang kurang sehat saat ini."
"Halmeoni sakit?!", tanya Baek Jin kaget. Jujur saja, Baek Jin sangat menyayangi neneknya itu. Wajahnya berubah panik.
"Ne. Eomma sudah meminta Choi ahjussi untuk mengantarmu. Dia sedang menunggumu sekarang"
"Arrasseo. Aku akan segera pulang sekarang"
Baek Jin memutus panggilan itu dan kembali ke dalam kamar untuk berpamitan pada Ji Eun dan Eun Jo. Dia bahkan tampaknya lupa tentang apa yang menjadi bahan perbincangan mereka sebelumnya. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah neneknya.
"Ji Eun, sunbae. Aku pamit pulang dulu. Aku harus berangkat ke Busan sekarang juga. Nenekku sedang sakit. Aku permisi". Dengan cepat Baek Jin pergi meninggalkan ruangan itu.
Ji Eun hanya mengamati punggung Baek Jin yang menghilang di balik pintu kamar Eun Jo. Tiba-tiba dia merasakan tangan seseorang yang menggenggam tangannya dan orang itu tentu saja Eun Jo. Ji Eun menoleh dan mendapati Eun Jo yang menatapnya dengan sendu.
"Neo gwaenchana?", tanya Eun Jo. Ji Eun mengangguk dan tersenyum.
"Nan gwaenchana. Mungkin memang belum saatnya dia mengingat tentang janji itu"
---**---
Hari demi hari telah berlalu. Liburan musim panas juga hampir usai. Malam itu Baek Jin sedang mengemasi barang-barangnya karena besok dia harus kembali ke Seoul. Sebenarnya dia masih berat untuk meninggalkan sang nenek karena meskipun kondisi wanita tua itu sudah membaik, namun jika dia pulang itu artinya dia harus membiarkan sang nenek tinggal sendirian di rumah besar bergaya khas tradisional korea itu.
'Tok tok tok', terdengar bunyi ketukan pintu. Baek Jin bergegas membuka pintu dan mendapati senyum hangat sang nenek yang menyambutnya.
"Halmeoni...", Baek Jin memeluk wanita tua itu dan menuntunnya masuk ke kamarnya. Sang nenek mengamati barang-barang Baek Jin yang sebagian sudah tertata rapi di dalam koper.
"Kau sedang berkemas?", tanya sang nenek. Baek Jin tersenyum dan mengangguk kemudian melanjutkan aktivitasnya mengemasi barang. "Jadi kau benar-benar akan pulang besok?".
Baek Jin menghentikan sejenak aktivitasnya dan duduk di samping sang nenek yang kini terlihat sedih. Tentu saja sedih. Baek Jin merupakan cucu semata wayangnya. Kecelakaan yang pernah menimpa Baek Jin di umur 14 tahun dan hampir merenggut nyawanya membuat sang nenek semakin meyangi sang cucu. Saat itu, ketika sang nenek mendengar tentang kecelakaan Baek Jin, dia langsung terbang ke Amerika. Meskipun dia sempat sedih karena sang cucu sempat melupakan dirinya karena amnesia, namun kasih sayangnya pada Baek Jin tak pernah berkurang sedikitpun. Dia dengan telaten merawat Baek Jin. Dia bahkan sempat tinggal selama setahun di Amerika hanya demi sang cucu karena anak dan menantunya yang terlalu sibuk dengan bisnis keluarga mereka. Karena itulah dia dan Baek Jin jadi semakin dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise and Destiny [C.O.M.P.L.E.T.E]
Fanfiction"Terakhir kali seseorang berjanji padaku, aku berakhir kesepian di tempat ini"-Lee Ji Eun "Meskipun kau berbeda, kau membuatku merasa nyaman di dekatmu"-Kim Eun Jo "Kita baru bertemu, tapi rasanya seperti aku sudah lama mengenalmu"-Go Baek Jin Sebua...