Chapter 5

230 44 14
                                    



Baek Jin dan Ji Eun sudah mulai menjauh dari taman. Keduanya melanjutkan langkah untuk pulang ke rumah masing-masing. Di sepanjang jalan itu, mereka terhanyut dalam obrolan hangat, hingga akhirnya Baek Jin meyadari sesuatu. Dia menghentikan langkahnya secara tiba-tiba.

"Waeyo?", tanya Ji Eun bingung.

"Kita dari tadi asyik mengobrol. Tapi, aku lupa menanyakan di mana alamatmu"

"Untuk apa kau bertanya alamatku?"

"Tentu saja aku harus mengantarkanmu pulang", ucap Baek Jin.

"Ah...itu...tidak perlu. Biar aku saja yang mengantarmu pulang"

Baek Jin merasa bingung dengan sikap Ji Eun.

"Kenapa begitu? Seharusnya kan, aku yang mengantarmu pulang"

"Soalnya...aku...", Ji Eun menggigit bibir bawahnya. Baek Jin menatapnya. Menanti jawaban yang akan keluar dari bibir mungil yeoja itu. "Aku tidak bisa pulang sekarang"

"Wae? Omo!! Apa kau mau kabur dari rumah?", tanya Baek Jin dengan mata melebar. Ji Eun berdecak sebal.

"Bukan begitu!! Aku... aku harus bekerja" Baek Jin baru akan bertanya lebih lanjut namun Ji Eun sudah lebih dulu memotongnya. "Sebaiknya kita cepat ke rumahmu. Dengan begitu, aku tidak akan terlambat pergi bekerja. Kajja!!", Ji Eun berjalan mendahului Baek Jin.

---**---

-Ji Eun POV-

Kami berjalan beriringan mengikuti arahan Baek Jin. Kami terus melangkah sampai akhirnya kami tiba di kompleks perumahan mewah.

'Sepertinya tempat ini tidak asing'

Aku memperhatikan sekeliling. Sepertinya dugaanku memang benar. Aku memang pernah ke tempat ini sebelumnya. Dulu. Saat aku kecil.

Ketika berjalan, aku melihat sebuah taman bermain. Tidak salah lagi. Ini memang tempat itu. Tempat di mana aku dan Baek Jin kecil sering beramain bersama.

'Tunggu!! Jika ini memang tempat itu...artinya...'

Aku menghentikan langkahku dan menatap Baek Jin yang kini juga sudah menghentikan langkahnya.

"Kita sudah sampai", ucapnya dengan senyum yang merekah.

Tanpa aku sadari, kami sudah berada di depan sebuah rumah megah. Rumah bertingkat dua dengan cat putih yang mendominasi dan dikelilingi pagar besi yang kokoh. Terdapat sebuah taman luas di bagian depannya dengan air mancur di bagian tengah taman. Aku masih termangu di tempat karena apa yang sedang aku lihat sekarang.

"Tidak salah lagi", gumamku tanpa sadar.

"Kau mengatakan sesuatu?", tanya Baek Jin dan hal ini berhasil menyadarkanku.

"Ne? Aniya. Bukan apa-apa", aku menggeleng cepat. "Baiklah. Aku sudah mengabulkan satu permintaanmu. Sekarang apa lagi?". Kulihat dia tampak berpikir.

"Tidak sekarang. Aku akan memintanya nanti", jawabnya santai. Aku menghembuskan nafas kasar.

"Baiklah. Kalau begitu aku pergi. Aku tidak mau terlambat bekerja"

Aku membalikkan tubuh dan bersiap pergi. Tapi Baek Jin menahan pergelangan tanganku dan sedikit menariknya sehingga kini tubuhku menghadap dirinya.

'Aishh...pria ini benar-benar...'. Aku benar-benar kesal dengan tingkahnya. Selalu saja berbuat seenaknya.

"Apa lagi?!", aku tidak bisa menyembunyikan kekesalan dalam nada bicaraku.

Promise and Destiny [C.O.M.P.L.E.T.E]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang