Chapter 6

219 42 6
                                    

Baek Jin menyalakan mesin motornya dan mengendarainya menuju trotoar di mana gadis berambut panjang itu berada. Dia berhenti tepat di samping gadis itu. Namun, sang gadis tampaknya tak menyadari kehadiran Baek Jin.

'Apa dia melamun? Aishh...ceroboh sekali'

Baek Jin turun dari motor, mengikuti sang gadis dari belakang. Tidak tahan terus merasa diacuhkan, Baek Jin menarik pergelangan tangan gadis itu.

"Omo!! Kkamjagya!!", teriak sang gadis. Mata gadis itu membulat saat menyadari siapa orang yang telah menarik tangannya. "B-Baek Jin?"

Baek Jin tak mengatakan apapun. Dia menarik gadis itu menuju motornya.

---**---

Mereka kini duduk di bawah pohon, di sebuah bangku taman. Suasana yang sepi semakin menambah kesunyian di antara mereka. Baek Jin sudah tidak tahan dengan kesunyian itu.

"Ji Eun-ah..."

"Ne?". Ji Eun menoleh dan mendapati wajah Baek Jin yang kini sedang serius menatap ke arahnya. Seketika rasa gugup merasuki hati Baek Jin. Wajah Ji Eun terlihat begitu polos dengan kedua mata bulatnya yang menatap penuh tanya. "Bicara atau aku pergi", desak Ji Eun.

"A-aku...aku...", Baek Jin tergagap.

'Aishh...kenapa susah sekali mengatakan bahwa aku merindukanmu', gerutu Baek Jin dalam hati.

"Kau kenapa?", Ji Eun mulai kesal.

"A-aku...aku mau tanya, kenapa kau belum pulang ke rumah? Ini kan sudah malam. Tidak baik wanita pulang malam-malam begini".

"Kau khawatir padaku?", tanya Ji Eun dengan senyum terukir di wajahnya. Pipi Baek Jin memerah.

"A-aniyo. Geez, terlalu percaya diri", Baek Jin memasang senyum meledek, menutupi rasa gugupnya. Ji Eun cemberut. "Yak! Jangan mengubah topik pembicaraan. Kenapa kau belum pulang?"

"A-aku baru pulang bekerja", Ji Eun gugup karena ditatap tajam Baek Jin.

"Memangnya apa pekerjaanmu? Kapan-kapan aku akan mengunjungi tempat kerjamu"

"Tdak bisa!!"

"Wae?"

"Karena aku bekerja di rumah seseorang", jawab Ji Eun dengan volume suara yang mengecil

"Kau jadi pembantu?"

"Aishh...Aku mengajar privat"

Keduanya terdiam sesaat. Kini wajah Baek Jin kembali serius.

"Ke mana saja kau seminggu ini? Apa kau menghindariku? Apa aku berbuat salah padamu?"

Ji Eun terdiam karena pertanyaan beruntun yang diberikan Baek Jin, kemudian menyipitkan matanya dan tersenyum.

"Eiiiyy.... Kau merindukanku?", goda Ji Eun. Kali ini Baek Jin hanya menatapnya seolah berkata 'Jangan-mengalihkan-pembicaraan'.

'Kau sungguh tidak merindukanku, Baek Jin-ah?', batin Ji Eun.

"Ck, kau tidak asyik. Tidak bisa diajak bercanda", ujar Ji Eun. Baek Jin masih memasang ekspresi yang sama meskipun sebenarnya dia mati-matian menahan tawanya.

"Baiklah...Pertama, aku memang tidak ke sekolah seminggu ini. Kedua, aku tidak menghindarimu. Ketiga, kau tidak berbuat salah padaku. Puas?!!". Ji Eun terlihat kesal. Dia bahkan menggembungkan pipinya dan membuang muka. Baek Jin tersenyum puas mendengar jawaban Ji Eun.

"Aku pikir kau melanggar janjimu", ujar Baek Jin.

'Aku tidak pernah melanggar janjiku. Kaulah yang sepertinya melupakan janji kita'

Promise and Destiny [C.O.M.P.L.E.T.E]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang