Bab 7

457 59 6
                                    


Hayoung melangkah gontai di samping Chae Young sambil sesekali menguap karena masih mengantuk. Musim dingin memang tidak bisa menghentikan orang-orang termasuk dirinya untuk beraktivitas seperti biasa, bahkan di saat sedang flu sekalipun. Ia memang sudah merasakan gejala flu sejak kemarin diantar pulang oleh Sehun dan ia tahu ini pasti akibat cuaca dingin di Korea yang tidak menentu. Ia memperbaiki letak tali tas selempang yang meluncur dari bahu kanannya, lalu berjalan menuruni anak tangga menuju taman dengan hati-hati agar tidak tergelincir di salju yang sudah mengeras.

Tiba-tiba perhatiannya teralihkan ketika sesuatu yang dingin jatuh di atas hidungnya. Perlahan Hayoung mendongak. Ia melihat banyak butiran salju tipis turun dan terjatuh di sekitarnya. Salju turun di pagi hari. Ini sangat jarang terjadi. "Chae Young-ah. Lihat salju turun." Ia mengerjap-ngerjapkan mata dan tersenyum senang. Kantuknya seketika itu menghilang. Dengan kedua tangan yang menengadah, ia berusaha menampung butiran-butiran salju yang turun.

Chae Young ikut mendongak memandangi salju yang turun semakin banyak. "Wah, tumben sekali salju turun di pagi hari."

Hayoung mengangguk, menyetujui. Ia memejamkan matanya sejenak. Di saat seperti ini, kenangan tentang Choyun terasa dekat berada di depannya. "Aku jadi ingin pergi ke taman itu lagi," gumamnya pelan.

Chae Young menoleh. "Eodi kayo?"

Hayoung membuka mata dan tersenyum menatap temannya. "Tentu saja ke taman danau tempat aku dan Choyun bertemu dulu."

"Astaga," Chae Young mendesah. "Apa kau benar-benar masih belum bisa melupakan kenangan masa kecilmu itu?"

"Memangnya kenapa? Apa aku salah masih mengingatnya?"

Lagi-lagi Chae Young mendesah. "Itu sudah sepuluh tahun berlalu, Hayoungie. Jika kau terus menunggunya, bagaimana kau bisa menemukan cinta yang baru? Apa kau yakin dengan perasaanmu jika nanti bertemu kembali? Itu hanya perasaan anak-anak. Bukan cinta."

Hayoung hanya mengangkat bahu. "Entahlah. Mungkin aku hanya penasaran saja dengan janjinya dulu." Lalu dengan cepat ekspresi wajahnya berubah ceria. "Aku hanya ingin bertemu dengannya dan setelah itu biarkan hatiku yang menjawab."

Chae Young hanya mengangguk, pelan. "Baiklah." Ia tersenyum tipis seraya menepuk-nepuk pundak Hayoung memberi semangat. "Aku hanya bisa berdoa yang terbaik untukmu."

"Omo!" Hayoung tersentak karena teringat oleh sesuatu. Ia harus pergi ke atap sekarang karena itu sudah menjadi ritualnya setiap ada kesempatan ketika salju turun. "Aku harus pergi sekarang, Chae Young-ah. Sampai bertemu di kelas nanti."

Hayoung berlari meninggalkan Chae Young yang masih diam terpaku. Ia terus berlari menyusuri koridor dan menaiki anak tangga satu per satu pada setiap lantainya. Di setiap salju turun, ia selalu menyempatkan waktunya menulis sesuatu untuk Choyun. Ia tahu, walau surat itu tidak akan pernah sampai di tangan Choyun, tetapi ia selalu menganggap ketika pesawat kertas yang ia buat nanti diterbangkan dan terbawa angin, itu artinya surat tersebut sudah sampai di tangan Choyun. Dengan begitu setidaknya ia bisa meredakan sedikit rasa rindunya pada anak laki-laki itu.

Sesampainya di atap, Hayoung malah menemukan pemandangan yang sangat mengejutkan. Ia melihat seorang laki-laki sedang berdiri di pagar pembatas pinggir atap sambil merentangkan tangan. Oh astaga! Ada yang ingin bunuh diri? Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan. Ia tidak ingin tempat rahasia satu-satunys yang bisa meredakan sedikit rindunya pada Choyun, dinodai oleh berita orang yang bunuh diri dan jadi ditutup selamanya. Tidak boleh!

"Yaa! Kau!!" dengan panik Hayoung berlari secepat mungkin menghampiri laki-laki itu, walau ia sempat tergelincir karena lantainya yang licin. "Yaa! Babo! Turun dari situ! Jika kau ingin bunuh diri, cari tempat lain saja! Jangan di tempat rahasiaku!" Ia langsung menarik jaketnya dengan kencang.

Someday For You (Oh Couple_Sehun_Hayoung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang