Tanpa beranjak dari posisinya yang telentang di tempat tidur, Sehun mengangkat sebelah tangan ke dada, lalu mengembuskan napasnya dengan berat. Dadanya sudah tidak terasa sesak, namun ia masih merasa lemah. Seharian ini ia membereskan barang-barang yang baru semalam dibawanya dari rumah. Ia melirik tabung plastik kecil di atas meja samping tempat tidurnya dan menimbang sejenak. Apa ia harus minum obat itu lagi sebelum melanjutkan aktivitasnya kembali? Ia menarik napas, lalu mengalihkan pandangan ke arah satu kardus yang masih harus ia bereskan, namun ia malas sekali untuk beranjak dari posisinya sekarang.
Tiba-tiba sebuah kotak mengilat berwarna merah di atas lemari mengalihkan pikiran Sehun dari aktivitasnya. Ia mengerutkan kening. Berusaha mengingat-ingat apakah ia pernah meletakkan benda seperti itu di atas sana?
Kotak apa itu? Seingatannya ia tidak pernah memiliki kotak berwarna seperti itu, apalagi sampai meletakkannya di daerah yang sulit untuk dijangkau oleh mata. Karena penasaran ia bangkit berdiri dan meraih kotak itu. Ternyata kotak itu hanyalah kotak bekas sepatu yang pinggirannya sudah mulai terkelupas.
Kening Sehun semakin berkerut dalam. Perlahan-lahan ia membuka tutup kotak itu dan langsung diperlihatkan oleh berbagai foto-foto Jo remaja dan beberapa pernak-pernik seperti gantungan kunci, hiasan kecil, kalung rantai, cincin perak, gelang plastik, CD, kaset, kertas-kertas lusuh milik laki-laki itu memenuhi isi di dalamnya. Semua barang-barang yang dalam sekejap membuat ingatannya meluncur kembali pada pertemuan terakhirnya bersama laki-laki itu.
Sehun tersenyum dengan lirih. Tidak menyangka seorang Jo yang ia kenal selalu terlihat cool dan sangat menjaga karakternya masih menyimpan barang-barang lusuh seperti itu. Mungkinkah benda-benda ini adalah benda-benda kesayangannya?
Tanpa bisa dicegah sebutir air mata jatuh dari kelopak mata Sehun. Entah mengapa ada kerinduan yang tidak ia mengerti merasuk ke dalam jiwanya. Ia jatuh terduduk memeluk erat kotak itu ke dadanya. Berusaha meredam rasa bersalahnya sendiri, hingga suara bel di depan apartemen menyadarkannya.
Dengan langkah diseret Sehun keluar dari kamar. Ia menekan tombol intercom dan kemudian wajah Park Chorong langsung memenuhi layarnya. Matanya sontak melebar kaget. Bagaimana Chorong bisa tahu alamat apartemen ini? Tidak ada yang tahu ia tinggal di sini selain Siera dan juga Hayoung. Tetapi melihat gadis itu sekarang telah berdiri di luar, sepertinya hanya ada satu orang yang bisa ia curigai sebagai pelakunya. Ia mengembuskan napas dengan kesal. Mengapa adiknya itu tidak pernah membiarkan kehidupannya tenang untuk sehari ini saja?
"Sebentar," Sehun mendapati dirinya berbicara. Ia mematikan layar intercom dan berganti menekan tombol di samping layarnya.
Chorong tersenyum ketika pintu terbuka. "Apa aku menganggumu?" tanyanya sambil mengangkat kedua tangannya yang menenteng kantong plastik putih penuh belanjaan ke depan Sehun. "Aku sengaja datang ke sini untuk memasakkan bibimbap."
Sehun tidak menjawab pertanyaan Chorong. "Kau tahu dari mana alamat apartemenku ini?" Ia malah balik bertanya.
"Apa kau tidak ingin mempersilakanku untuk masuk terlebih dulu?" goda Chorong sambil tertawa pelan.
Sehun mengembuskan napas sekali lagi. "Kalau begitu masuklah," jawabnya datar sambil berbalik dan masuk lebih dulu, meninggalkan Chorong yang masih harus menutup pintu apartemennya.
Chorong menatap ke sekeliling penjuru sambil terus tersenyum senang. Ini adalah kali pertama ia datang dan menginjakkan kakinya ke apartemen Sehun. Walau tidak banyak barang-barang yang memenuhi isi di dalamnya, namun untuk ukuran seorang pria yang tinggal sendirian, apartemen ini terlihat sangat rapi dan bersih.
"Jadi, kau tahu dari mana alamat apartemenku ini?" tanya Sehun sekali lagi.
"Apa kau masih harus bertanya?" Chorong malah memberikan pertanyaan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday For You (Oh Couple_Sehun_Hayoung)
FanfictionAwalnya Oh Hayoung lebih memilih jauh-jauh dari laki-laki dingin, sombong, cuek, dan angkuh bernama Oh Sehun yang telah membuat harinya sial. Suatu ketika untuk kali pertama, ia melihat laki-laki itu tersenyum-bagaimana bisa laki-laki itu tersenyum...