Siera tiba di rumah sakit ketika hari sudah menjelang malam. Mendengar telepon dari Hayoung yang mengatakan Sehun tiba-tiba pingsan di pulau Nami langsung membuat hatinya terasa lemas tak berdaya. Pikirannya kosong. Tidak mau memikirkan bagaimana keadaan Sehun sekarang. Ia takut, ia takut keadaan kakaknya jauh lebih buruk dari apa yang ia pikirkan.
Ia sendiri tidak mengerti. Bagaimana bisa Sehun berada di pulau itu? Bukankah seharusnya Sehun beristirahat total di apartemen sampai hasil biopsinya keluar? Dan mengenai Hayoung.... Bagaimana juga Hayoung bisa bertemu dengan Sehun? Apa Sehun secara diam-diam masih menemui gadis itu di belakang dirinya? Tetapi untuk apa lagi? Bukankah Sehun sudah memiliki Chorong? Ah dan satu hal lagi yang terus mengganggu pikirannya adalah mengapa mereka berdua sampai harus jauh-jauh ke pulau itu?
Walau Siera sendiri bisa menebak Sehun yang mengajak Hayoung pergi ke sana. Tetapi bukankah Hayoung sudah tahu kondisi Sehun yang sempat mendapat perawatan di rumah sakit? Seharusnya Hayoung bisa mencegah Sehun dan bukan malah membahayakan kondisi kakaknya seperti ini!
Siera berjalan lunglai menyusuri koridor mendekati ruang unit gawat darurat. Di depan ruangan itu ia bisa melihat ibunya terdiam menunduk, seperti sedang berdoa dalam hati. Dalam ketenangan yang ditunjukkan, ia sungguh tahu bagaimana perasaan ibunya yang sebenarnya. Walau tanpa ada setetes air mata yang jatuh, tetapi ia tahu ibunya itu sangat mencemaskan kondisi Sehun. Lalu ia mengalihkan matanya ke arah Hayoung yang berdiri dengan cemas.
Mengapa gadis itu masih berada di sini? Setelah membuat semua kekacauan ini, gadis itu masih berani berdiri bersampingan dengan ibunya? Tiba-tiba kemarahan yang tidak dimengerti memenuhi diri Siera begitu saja. Entah mengapa melihat Hayoung kali ini membuat dadanya langsung terasa sesak dan napasnya jadi naik-turun menahan marah.
"Siera-yah, Sehun-ssi...."
Seperti refleks Siera langsung menghindar dan mundur selangkah ketika Hayoung mendekat ke arahnya. "Cukup!" desisnya penuh penekanan. "Aku tidak ingin mendengar penjelasan apa pun darimu!"
Hayoung agak terkesiap mendengar kemarahan dari suara Siera.
"Pergilah," perintah Siera tanpa menatap ke arah Hayoung.
"Siera-yah...."
"Kubilang pergi!" teriakan Siera yang terlalu tiba-tiba membuat ibunya tersentak kaget. "Apa kau tuli, Hayoung-ah? Apa kau tidak bisa mendengar ucapanku barusan—"
"Siera ada apa?" tanya ibunya sambil menatap kedua gadis itu bergantian. "Ini rumah sakit. Jangan berteriak-teriak seperti itu," bisiknya mengingatkan.
Siera tidak menghiraukan nasihat ibunya dan malah mendelik tajam ke arah Hayoung. "Mengapa kau tega membuat Sehun-oppa seperti ini, Oh Hayoung?" Air mata yang sedari tadi ditahan, tanpa bisa dicegah akhirnya jatuh dengan deras. "Bukankah kau sudah tahu kondisi Oppa setelah kecelakaan yang menimpanya setahun yang lalu? Bukankah aku sudah menceritakannya kepadamu?"
Hayoung memejamkan mata sementara hatinya terasa diremas-remas.
"Siera...," ibunya memegang lengan Siera untuk menenangkannya.
Tetapi lagi-lagi Siera tetap melanjutkan, "Kardiomiopati iskemik( Kelemahan pada otot jantung yang disebabkan pengiriman oksigen yang tidak memadai ke miokardium dengan penyebab paling umum adalah penyakit arteri koroner). Sudah lima tahun jantung Sehun-oppa bermasalah, Oh Hayoung. Semakin hari dan semakin hari otot jantungnya melemah dan tak mampu memompa darah secara efektif," jelasnya serak, lalu menelan ludah dengan susah payah. "Tahun lalu dokter memvonis umur Oppa tidak akan bertahan lama lagi karena jantungnya semakin melemah dan jalan satu-satunya adalah kami harus mencari donor jantung baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday For You (Oh Couple_Sehun_Hayoung)
FanfictionAwalnya Oh Hayoung lebih memilih jauh-jauh dari laki-laki dingin, sombong, cuek, dan angkuh bernama Oh Sehun yang telah membuat harinya sial. Suatu ketika untuk kali pertama, ia melihat laki-laki itu tersenyum-bagaimana bisa laki-laki itu tersenyum...