Bab 20

480 47 5
                                    

Sudah satu jam lebih Sehun duduk di depan piano di dalam apartemen hanya untuk menyempurnakan lirik terakhir lagunya, dan entah mengapa sekarang ia merasa sangat bosan. Ia bangkit, berjalan ke ruang tamu dan memandang berkeliling. Pada saat itu pandangannya terjatuh pada foto Jo bersama dirinya yang terpajang rapi bersama dengan foto-foto lainnya di atas rak panjang dekat pintu masuk. Ia berjalan mendekat. Melihat foto-foto Jo, ia jadi teringat dengan Hayoung. Apa kabarnya gadis itu? Apakah baik-baik saja?

Sejak terakhir pertemuannya di pemakaman, ia memang belum melihat Hayoung lagi sampai sekarang. Ketika ia di rawat di rumah sakit saja, gadis itu juga tidak terlihat menjenguk. Siera yang menjadi perantara satu-satunya pun sudah tidak pernah membicarakan tentang gadis itu lagi. Jujur, ada perasaan rindu dalam dada untuk segera melihatnya.

Sehun kembali ke ruang duduk dan mengempaskan diri ke sofa. Tiba-tiba ponselnya yang berada di atas meja bergetar dan tak lama matanya terpaku begitu melihat ada nama Hayoung di layarnya yang berkedip-kedip. Ia mengerjapkan mata, seakan masih tak percaya dengan penglihatannya sendiri. Apakah ia sedang bermimpi saat ini?

"Yeobseo?" ucapnya seraya meletakkan ponsel itu ke depan telinga.

Namun tidak ada jawaban apa pun dari sang penelepon.

"Yeobseo?"

Sehun menurunkan ponsel dan melihat ke layarnya. Hubungan telepon itu masih tersambung, namun tidak ada suara apa pun dari seberang. Ia ikut terdiam. Selama beberapa detik ia membiarkan keheningan itu mengisi ruang kosong di antara mereka berdua. Sampai tak lama ia mendengar suara 'tut' pendek dan ia sadar hubungan telepon itu sudah terputus.

Sehun terdiam, masih memandangi ponsel yang ada di tangannya sambil terus berpikir. Apa sebaiknya ia menelepon balik Hayoung dan menanyakan ada apa? Tetapi bagaimana jika gadis itu tidak ingin mengangkat telepon darinya?

Sehun bangkit dari sofa dan menyambar kunci mobilnya di atas meja dengan cepat. Entah dari mana pemikiran yang tiba-tiba terlintas ini, tetapi ia merasa harus menemui Hayoung sekarang juga. Ia yakin gadis itu meneleponnya karena ada sesuatu yang ingin disampaikan, namun tidak tahu bagaimana harus mengatakannya.

Sehun baru ingin menekan tombol untuk membuka pintu, ketika tiba-tiba saja matanya teralihkan oleh sosok seseorang yang terekam di layar intercomnya. Seseorang itu hanya diam berdiri dengan kepala tertunduk, namun ia bisa langsung mengenali sosoknya. Oh Hayoung...? Saat itu juga tubuhnya membeku. Ia tidak mampu berpikir apa-apa ketika gadis itu mengangkat kepalanya, kemudian menoleh ke arah layar dengan pandangan muram.

Berbagai perasaan Sehun menyatu dalam hati, membuat otaknya tidak bisa berpikir, sampai ia tidak menyadari telah membuka pintu apartemennya itu dengan sekali hentakan.

**

Hayoung masih terkejut mendengar pintu apartemen Sehun terbuka secara tiba-tiba dan tak lama kemudian ia sudah mendapati sosok laki-laki itu berdiri di depannya. Ia menelan ludah dengan susah payah. Ia tidak mampu berkata apa-apa ketika mendongak menatap Sehun yang memandangnya dengan cara seperti yang pernah dilakukannya dulu. Ia ingin membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, namun jantungnya yang berdegup tak karuan membuat suaranya tercekat di tenggorokan. Ia hanya bisa membalas tatapan laki-laki itu. Membiarkan kelegaan mengalir ke seluruh tubuhnya. Bersyukur karena masih diberi kesempatan melihat Sehun dengan kondisi yang jauh lebih baik dari apa yang telah ia bayangkan sebelumnya.

"Aku...," Hayoung membuka mulut hendak mengatakan sesuatu, tetapi tidak jadi. Bagaimana ini? Ia tidak tahu apa yang harus dikatakan sekarang. Tidak mungkin ia mengaku bahwa ia sengaja datang ke apartemen ini untuk melihat laki-laki itu. Bahwa ia sangat mencemaskannya. Apalagi ia pernah kesal dan meninggalkannya sendirian di pemakaman, belum ditambah dengan yang ia lakukan beberapa menit lalu yang hanya berdiri di depan apartemen itu. "Aku...." Ia menarik napas panjang, lalu mengembuskannya secara perlahan. Berdekatan dengan Sehun lagi seperti ini membuat jantungnya berdegup semakin cepat. "Bolehkah aku melihat foto kecil Choy—maksudku Jo?" tanyanya agak gugup.

Someday For You (Oh Couple_Sehun_Hayoung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang