Bab 22

385 46 0
                                    

Semalaman Hayoung tidak bisa tidur. Ia hanya bisa meringkuk di ranjangnya, menatap kosong ke arah luar jendela kamar yang kebetulan sedang turun salju. Padahal dulu ia selalu menyukai pemandangan seperti itu. Di mana salju turun perlahan dari langit dan mengingatkannya pada wajah seorang anak laki-laki, cinta pertamanya. Seharusnya ia bisa merasa lega karena semuanya sudah jelas. Seharusnya ia bisa menikmati hidupnya dengan normal karena ia sudah tidak memiliki janji yang harus ditepatinya lagi. Seharusnya kini ia bisa berbahagia karena Choyun juga sudah berbahagia di alam sana. Tetapi pada kenyataannya ia tidak bisa merasakan demikian. Hatinya malah merasakan sakit dan sesak yang luar biasa. Mengetahui bahwa Sehun, laki-laki yang awalnya ia anggap sombong, dingin, jutek, cuek, dan selalu terlihat baik-baik saja, namun—ternyata kondisinya malah sebaliknya.

Sesekali ingatan Hayoung menerawang jauh, membawa dirinya kembali pada kejadian di pulau Nami saat Sehun pingsan di dalam pelukannya. Bagaimana jika Sehun tidak pernah membuka matanya kembali? Membayangkan hal itu saja sudah membuat dirinya frustasi. Ia terus-menerus melirik jam di atas tempat tidur, berharap pagi akan cepat datang agar ia bisa pergi ke rumah sakit, tak peduli dengan resiko pengusiran yang mungkin akan kembali dilakukan Siera terhadapnya.

"Kau pasti sedang bercanda bukan?"

Hayoung baru ingin memasuki koridor rumah sakit yang menuju kamar Sehun saat langkahnya terhenti seketika dan matanya tanpa sengaja melihat seorang gadis yang sedang tertunduk di sebuah kursi panjang. Wajah gadis itu memang tidak terlihat jelas karena membelakangi dirinya, namun ia sangat kenal dengan seorang gadis lainnya lagi yang duduk menyamping dari gadis itu. Park Chorong....

"Tidak mungkin, Siera-yah!" lanjut Chorong sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sepertinya gadis itu sedang membicarakan hal yang serius sampai tidak menyadari keberadaan Hayoung yang mungkin hanya terpaut jarak lima langkah saja. "Ini tidak mungkin. Dokter pasti membuat kesalahan dalam pemeriksaan Sehun."

Tubuh Hayoung menegang begitu mendengar nama Sehun disebut. Apa yang sebenarnya sedang mereka bicarakan? Mengapa Chorong membawa-bawa nama Sehun?

"Tidak, Sunbae. Tidak ada yang salah dengan pemeriksaan dokter." ucap Siera. Suaranya berat dan muram. "Kondisi seperti ini memang bisa saja terjadi pada semua orang yang telah menjalani tranplantasi." Lalu ia menutup wajah dengan kedua tangan dan mendesah keras. Terlihat jelas sekali jika gadis itu sedang gelisah dan putus asa. "Dan walaupun kemungkinan kami bisa mendapatkan gantinya, tetapi tetap saja dokter tidak bisa menjamin seratus persen donor itu akan langsung cocok untuk Sehun-oppa."

Apa maksudnya? Hayoung mengerjapkan matanya terkejut. Mengapa mereka berdua membicarakan donor segala? Bukankah Sehun sudah mendapatkan donor jantung dari Jo? Mata Hayoung lalu beralih pada Chorong yang meraih lengan Siera dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya.

"Apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan Sehun-oppa, Sunbae?" Hayoung bisa menyadari suara Siera bergetar saat mengatakan itu. "Dokter mengatakan obat-obatan pun hanya mampu membantunya bertahan selama satu bulan saja."

Deg! Kalimat itu membuat Hayoung tercengang dan membeku di tempat. Ia langsung meletakkan sebelah tangannya ke depan mulut saat matanya masih terpaku pada Chorong yang semakin mempererat pelukan dengan sebutir air mata yang mulai menggenang dan jatuh ke pipi gadis itu.

"Sssst..sudahlah," gumam Chorong berusaha menenangkan. "Semua pasti akan baik-baik saja."

Siera melepaskan pelukan Chorong dan menunduk muram.

Kedua gadis itu sama-sama terdiam sejenak, lalu Chorong kembali berkata dengan nada hati-hati, "Apa Hayoung sudah tahu mengenai hal ini?"

Siera mengangkat wajahnya menatap Chorong yang juga terlihat sedih, lalu ia menggeleng pelan. "Aku tidak sanggup untuk memberitahukan gadis itu, Sunbae," sahutnya tanpa daya.

Someday For You (Oh Couple_Sehun_Hayoung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang