4

41 7 0
                                    

  "Ternyata kalian licik, menggunakanku sebagai jaminan" cibir Roi saat keluar dari rumahku. Aku dan teman-temanku hanya bisa menahan tawa mendengarnya.
   "Aku akui, aktingmu cukup keren Roi, berteman dengan kami seolah-olah sudah beberapa tahun padahal satu jam saja belum sampai, tau namamu saja baru tadi" kataku kagum lalu tertawa terpingkal-pingkal. Akhirnya, aku sudah bisa menjelajah ke Awan Cumolonimbus bersama teman-temanku tanpa hambatan.
  "Bagus, berarti kaupunya hutang kebaikan denganku" katanya senang.
  "Terserahmu saja, aku dan teman-temanku mau pergi sekarang, kalau kau juga ingin kesana, usahakan jangan dekat-dekat kami, oke?" perintahku sewenang-wenang lalu mulai perlahan meninggalkan Roi yang hanya terdiam dengan dahi mengerut dan muka yang terlihat masam.
    "Apa kau tidak terlalu kejam Reey?" tanya Rhoe tiba-tiba.
    "Tidak, aku berusaha menghindar darinya, kupikir suatu saat dia akan berbuat jahat padaku, dan kelihatannya dia tertarik pada sayapku ini" jawabku pelan.
    "Memang ada apa dengan sayapmu Reey?" tanya Zee mewakili yang lain. "Entahlah, sudah lupakan saja, aku punya firasat buruk tentangnya" kataku yang sudah malas menjawab pertanyaan mereka.
   Tempat yang bernama Awan Cumolonimbus itu terletak jauh dari pemukiman peri, membutuhkan tenaga ekstra untuk bisa sampai ke sana. Banyak peri yang sudah datang namun gagal masuk, dikarenakan tempat itu mempunyai password yang apabila ingin masuk ke dalamnya harus bisa menebak teka-teki yang dijadikan password itu terlebih dulu.
   Konon katanya Chan dan Bee pernah berhasil masuk ke sana. Tapi selama aku jadi bubu mereka, tidak pernah sedikit pun mereka menceritakan pengalaman berharga itu kepadaku. Aku hanya mendengar gosip simpang-siur dari peri-peri di sekitar rumah dan tidak pernah berniat bertanya kepada mereka. Aku pikir pasti mereka mempunyai alasan mengapa mereka tidak mau menceritakan hal itu.
    Gerbang emas mengkilat itu sudah tampak dari kejauhan. Indah sekali. Mengambang di langit-langit tampak seperti istana awan megah yang berdiri kokoh.
   Jauh sebelumnya terdapat lift berbentuk awan yang bekerja mengantarkan peri yang datang menuju pintu gerbang. Di sekelilingnya terlihat awan berbentuk peri, bergerak-gerak indah sekali.
    Aku tertegun, ternyata apa yang pupu dan mumu bilang mengenai Awan Cumolonimbus itu salah besar, berbeda 180 derajat dari yang kukira. Rasa capaiku hilang begitu saja dikalahkan oleh rasa kagumku. Kulihat teman-temanku, mereka juga sama. Takjub melihat keindahan Awan Cumolonimbus, malah Zee terlihat sedikit menganga dengan mata melotot serta hidung kembang kempisnya yang terlihat seperti babi.
    Kami menaiki lift itu dengan takut-takut. Berasa kenyal seperti busa kasur saat kami menginjaknya. Lalu ketika kami menekan tombol start, lift itu mulai bergerak, kecepatan terbangnya mengalahkan kilat. Begitu cepat. Rambutku saja sampai nyaris mau tercabut dari akarnya saking begitu cepat.
    "Wih, seru sekali lift nya, aku akan mencobanya lagi nanti!" teriak Zee kegirangan.
   "Kau gila Zee, rambutku nyaris mau putus karena lift sial itu! sanggah Rhoe kesal terlihat cepat-cepat merapikan rambutnya yang berantakan.
    "Sudahlah, jangan memperdebatkan hal yang konyol, ayo kita ke sana!" ajak Fhu melerai, begitu pun aku yang langsung turut mengikutinya.

Bumi+aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang