"Ada benarnya juga usulan Roi" ucap Zee setuju, begitu juga aku dan yang lain.
"Yah, bolehlah, dia kan lebih tua dari kita, pastinya sudah menguasai sejarah-sejarah di Bumia ini" kataku lagi-lagi tak mau mengakui kemenangan Roi.
Gerbang emas yang ada di depan kami perlahan terbuka, anehnya gerbang sebesar ini tidak terdengar suara mendecit sedikit pun. Begitu halus, engselnya seperti dipoles oli setiap hari sehingga dapat terbuka dengan lancar dan tanpa suara.
Lagi-lagi Roi mendapatiku sedang menganga lebar melihat gerbang itu terbuka. Aku mengatup pelan rahangku berpura-pura tidak ada yang melihat. Risih sekali memang kalau ada pendatang baru yang banyak tingkah. Lalu, kami pun masuk ke dalam.
Perlahan gerbang itu pun tertutup. Tak lama kemudian, awan mulai menghitam, rintik-rintik hujan mulai turun pelan lalu semakin deras. Petir-petir menyambar di mana-mana. Aku dan teman-temanku seketika merinding dan ketakutan, berusaha menutup telinga agar suara petir tersebut tidak terlalu terdengar. Ternyata yang dikatakan Chan dan Bee benar.
Kami basah kuyup, anehnya saat aku melihat ke arah Roi, ia tampak biasa-biasa saja. Seperti tidak terjadi apa-apa, malah tersenyum melihat aku dan yang lainnya. Cuaca di sini semakin memburuk, kulihat dari kejauhan pusaran angin mulai mendekati kami. Seperti ingin melahap dan melemparkan kami ke suatu tempat. Aku dan yang lain berteriak histeris, saat melihat pusaran angin itu sudah sejengkal lagi dari tempat kemi berada.
"Tenangkan emosi kalian, ini hanya ilusi dari alam bawah sadar kalian. Pikirkanlah hal yang baik, cobalah ubah mindset kalian sekarang!" teriak Roi yang siur-siur terdengar di telingaku dan yang lain, ia memegangi tanganku erat berusaha menyadarkanku agar tidak ditenggelamkan oleh pikiran buruk.
Aku berusaha memikirkan sesuatu yang indah di benakku. Sesaat kemudian, semuanya berubah menjadi apa yang barusan kupikirkan. Padang rumput nan indah dengan rumput hijau yang terbentang luas, berbagai jenis bunga tampak bemekaran menghiasi sisi-sisi jalan dan yang paling membuatku senang, ada danau madu di sana. Persis seperti yang kubayangkan.
Aku memperhatikan diriku dari ujung kaki hingga badan sekedar ingin membuktikan, ternyata benar hanya ilusi. Buktinya bajuku tidak basah. Roi melepas pegangan tangannya, lalu mencoba mengarahkan pandanganku ke arah teman-temanku yang tampak senyum-senyum sendirian. Ada apa dengan mereka? bisikku penasaran.
"Sama seperti kau, melihat apa yang mereka bayangkan" jawab Roi singkat. Ternyata tempat ini didesain sesuai dengan pikiran kita. Apabila kita berpikir sesuatu yang buruk, tempat ini akan berubah menjadi buruk, begitu juga sebaliknya. Pasti aku dan teman-temanku terlihat aneh sekali tadi saat pertama kali masuk. Haduh, lama-lama rasa maluku akan hilang sepertinya.
"Ayo kita berkeliling, aku akan menjadi tourguide kalian!" ajak Roi mulai berjalan diikuti olehku dan yang lain.
***
"Saaaan lihat! Kau jadi cover majalah Secret" teriak Bella saat masuk lab, beberapa peneliti tampak terganggu dengan kedatangannya. San mendesah kesal, ia termasuk peneliti yang terganggu rupanya. Bella mendekati San yang tampak masih sibuk dengan mikroskopnya.
"Berhentilah mempermalukan dirimu sendiri, kau tidak lihat semua orang terganggu oleh suara cemprengmu itu" hardik San pedas.
"Ooh, perhatian sekali gantengku ini" ucap Bella kesenangan menempeli San yang terlihat menggigit lidahnya, berharap perkataanya tadi dapat ditarik kembali.
"Ini San majalahnya, kau terlihat keren kan, siapa dulu fotografernya" ungkap Bella membanggakan dirinya sendiri sambil menyerahkan majalah itu pada San yang berusaha melepaskan tangan Bella yang menggelayuti pundaknya saat itu.
"Thanks, sekarang kau boleh pergi" ucap San singkat membuat Bella merengut.
"Oke aku pergi, tapi sebelumnya aku potret kau dulu ya?” pinta Bella mengarahkan kamera SLR-nya pada San.
Gambar San dapat ditangkap Bella dengan bagus, pastinya, karena Bella termasuk seorang fotografer handal sebuah perusahaan majalah terkenal di Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi+a
Fantasy"Maaf, aku belum pernah bertemu dengan makhluk luar Bumi, dan aku pikir makhluk-makhluk itu tidak ada" jawab San akhirnya dengan tawa yang masih juga belum mereda, yang lain hanya ikut tertawa mendengar celotehan San. Ya, itu terdengar sangat je...