Pintu itu dari jauh saja sudah terlihat besar, dan ternyata memang besar, mengalahkan pintu-pintu lainnya. Beratus-ratus kali lipat dari tinggi kami. Aku jadi penasaran dengan isi dalamnya, apakah lebih indah dari yang terlihat di luar, atau mungkin sebaliknya. Sebelum masuk ke dalamnya kami harus menuju ruang pemasukan password terlebih dahulu, dan tubuh kami harus di scan satu-persatu untuk memastikan apakah kami sudah cukup umur atau belum.
"Bagus sekali!!" pujiku kagum, semua sistem dijalankan oleh robot yang dikontrol oleh peri yang bertugas di tempat ini.
Saat memasuki ruang pemasukan password, aku melihat sebuah monitor besar dengan tampilan desktopnya yang bertuliskan, Welcome to the Cumolonimbus Clouds membuat bulu kudukku merinding seketika, lantaran takut tidak bisa menjawab teka-tekinya nanti.
"Dari tadi kuperhatikan rahangmu selalu terbuka Reey, apa ada yang salah denganmu?" tanya sebuah suara dibelakangku yang ternyata adalah Roi, tiba-tiba saja berdiri di belakang mengagetkanku yang nyaris saja tersandung dibuatnya.
"ROIIIII!!" pekik kami bersamaan. Mengapa ia bisa sampai secepat itu ke sini, dan tiba-tiba berada di ruangan ini, padahal dari tadi kami tidak melihatnya di mana pun.
"Tidak usah bertanya mengapa aku bisa berada di sini secepat itu, cukup perhatikan monitor itu dan jawab teka-tekinya" kata Roi datar seakan dapat membaca pikiran kami.
"Aku tidak ingin bertanya itu, yang ingin kutanyakan apa kau tidak ingat yang kukatakan tadi? Jangan dekat-dekat kami! elakku dengan penegasan suara di akhir kata.
"Reey sudahlah, kau juga akan membutuhkanku lagi kali ini, kau tidak lihat tulisan di dinding itu!" tunjuk Roi pada dinding yang terdapat kertas bertuliskan MINIMAL 5 PERI. Aku ternganga, sejak kapan ada tulisan itu, kulihat ke arah temanku mereka hanya menggeleng-geleng dan pasrah Roi ikut misi penjelajahan kali ini.
Aku sedikit jengkel, kurasa Roi menang kali ini. Roi memerintahkanku untuk menyentuh touchscreen lebar tersebut sehingga muncul teka-teki yang jawabannya akan dijadikan password nantinya.
Halus, putih dan bersinar.
Teka-teki simpel namun cukup membuatku dan yang lainnya berpikir itu memenuhi rongga kepala kami. Menebak-nebak apa yang dimaksud dari teka-teki tersebut. Roi berdiri menyender dengan tangannya yang sibuk mengusap-usap dagunya, membuatku ilfeel saja.
"Apa mungkin gaun?" tebak Rhoe asal.
"Mungkin saja bulu hewan" tebak Fhu melanjutkan.
"Jangan-jangan bulu angsa!" tebak Zee makin ngelantur sedikit membuatku tertawa. Namun mendengar usulan-usulan mereka, sekilas terlintas dipikiranku apa yang dimaksud dari teka-teki tersebut. Halus, putih dan bersinar. Kuulang-ulang kalimat itu berkali-kali dalam hati.
"Apa mungkin sayap?" tebakku asal, seketika semua terdiam, lalu menatapku bangga.
"Iya Reeeey, kau benar, pasti sayap jawabannya!!" teriak teman-temanku girang, berjingkrak-jingkrakkan memelukku erat.
"Bukan itu jawabannya" ralat Roi tiba-tiba, sontak membuatku dan yang lainnya terdiam.
"Jangan bercanda Roi" omelku kesal.
"Terserah kau saja, aku hanya menyarankan, tetapi jawabannya bukan itu, ada sedikit tambahan lagi" katanya menyarankan, jadi membuatku penasaran.
"Lalu apa?" tanyaku akhirnya.
"Memang halus dan putih itu menggambarkan sayap, tapi tidak semua sayap itu bersinar, hanya sayap tertentulah yang dapat bersinar. Dan inilah yang dimaksud dari teka-teki tersebut, membuat semua peri terjebak dengan jawaban itu" jelas Roi.
"Lalu apa? tanyaku tak sabaran.
"Sayap itu bernama.... Pearlwings" lanjutnya membuat aku dan teman-temanku langsung ber-oh panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi+a
Fantasy"Maaf, aku belum pernah bertemu dengan makhluk luar Bumi, dan aku pikir makhluk-makhluk itu tidak ada" jawab San akhirnya dengan tawa yang masih juga belum mereda, yang lain hanya ikut tertawa mendengar celotehan San. Ya, itu terdengar sangat je...