"Baiklah San, bisa tolong ceritakan bagaimana anda dapat menyelesaiankan pendidikan anda sampai ke jenjang S2, tentunya dengan usia yang masih muda seperti ini," pinta host yang ternyata seorang perempuan cantik berumur tidak jauh beda dengan San. Mendengar itu, San tersenyum.
"Bagaimana? Ya, intinya harus belajar yang rajin." San terkekeh.
"Haha, jawaban San singkat sekali pemirsa, lalu apa anda punya motivasi yang membuat anda masih terus semangat belajar hingga sekarang?" Lanjut host , mulai menggali masuk ingin mengetahui kehidupan San.
"Punya."
"Apa itu? Bisa anda ceritakan kepada kami yang sangat penasaran ini?" rayu host tersebut sambil memperlihatkan muka penonton yang terlihat sangat antusias mendengar cerita San.
"Ibuku," jawab San singkat.
Serentak semua penonton di studio ber-oh panjang dan bertepuk tangan.
"Aku hanya ingin membuat ibu bahagia di sana, karena mungkin dengan cara inilah aku bisa membahagiakannya," lanjut San dengan ekspresi yang tiba-tiba saja berubah menjadi sendu, host dan penonton pun yang menyadari perubahan raut muka San seketika ikut terdiam.
***
Aku menyusuri langit, awan dan pemandangan menggunakan sepatu jet buatan guguku yang berhasil kutemukan di gudang rumah. Benar-benar mempersingkat perjalananku menuju Awan Cumolonimbus, buktinya dalam waktu setengah jam saja aku sudah sampai di sini. Guguku memang hebat. Rasanya ingin sekali bertemu dengannya, tetapi hanya dari sebuah gambarlah aku bisa melihatnya, dan bertemu dengannya hanyalah sebuah impian menurutku.
Sesudah menggunakan lift, aku masuk ke dalam ruang pemasukan password. Dan ternyata kata kunci untuk memasuki Awan Cumolonimbus ini masih sama, tak heran Roi dapat berkali-kali masuk ke sini.
Kusaksikan pintu gerbang itu terbuka lebar, lalu ku-reset semua yang ada dipikiranku menjadi hal-hal yang bentuknya indah. Dalam sekejab semua yang ada di hadapanku pun berubah menjadi apa yang kubayangkan. Dengan langkah cepat aku langsung menuju tempat portal itu berada. Sebuah alat yang dinamakan Take&Give.
Setelah sampai di sana, kutekan tombol berwarna hijau agar portal itu dapat berfungsi. Sesaat kemudian lingkaran berbentuk cincin itu pun berubah menjadi sama seperti yang waktu itu.
"Aku ingin ke Bumi, sebagai gantinya kutukarkan pearlwings ini untukmu" ucapku lantang, namun dengan kalimat yang terputus-putus menandakan aku dalam keadaan takut yang luar biasa. Kucoba memegang sinar warna-warni dari lingkaran itu, dan sesaat kemudian.
T R I I I N G
Aku menghilang.
***
"Reey!!!" teriak Rhoe terengah-engah saat tiba di rumah Reey. Seketika Chan dan Bee pun keluar, mereka tampak bingung dengan kedatangan Rhoe yang berlinangan keringat dan air mata. Melihat Chan dan Bee bergantian, menyadari ketidakadaannya Reey di sana.
"Ada apa Rhoe?" tanya mereka bersamaan, mencoba menenangkan Rhoe dan mengajaknya masuk ke rumah.
"Tidak perlu, aku di sini saja, apa Reey ada di rumah?" Rhoe menyeka keringat di dahinya dengan gemetar."Reey tadi izin pergi ke rumah teman-temannya," jawab Bee yang diikuti anggukan setuju Chan.
"Memangnya dia tidak ke rumahmu?" sambung Chan.
Rhoe menggeleng. "Aku takut terjadi apa-apa dengan Reey" Rhoe menutup mukanya dengan kedua tangan. Chan dan Bee heran.
"Rhoe!!!" terdengar sebuah teriakan kencang dari belakang Rhoe yang langsung melihat ke arah asal suara. Ternyata Fhu dan Zee yang datang, membuat Chan dan Bee kebingungan dengan keberadaan mereka semua di sini. Lalu, kemana perginya Reey.
"Kautahu, hari ini Reey bersikap aneh," lapor Zee membuka topik pembicaraan saat sudah sampai di depan rumah Reey. Chan dan Bee hanya bisa mendengar percakapan mereka.
"Iya benar, dia menangis dipelukanku saat main ke rumah tadi, aku takut ada yang dia sembunyikan," sambung Fhu antusias.
Seketika Bee melesat terbang ke kamar Reey, memastikan adakah tanda-tanda kemana perginya Reey sebenarnya. Sebuah majalah tergeletak dengan keadaan terbuka lebar di atas meja Reey, membuat Bee melotot dan sangat ketakutan.
Majalah yang waktu itu disita Bee, namun ada lagi pada Reey. Apa yang sebenarnya dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi+a
Fantasy"Maaf, aku belum pernah bertemu dengan makhluk luar Bumi, dan aku pikir makhluk-makhluk itu tidak ada" jawab San akhirnya dengan tawa yang masih juga belum mereda, yang lain hanya ikut tertawa mendengar celotehan San. Ya, itu terdengar sangat je...