Sesampainya di rumah aku langsung menuju kamar, cepat-cepat membuka tasku untuk mengeluarkan majalah yang kudapat dari Awan Cumolonimbus tadi. Tampak gambar depan makhluk Bumi dengan rupanya yang sangat tampan memakai pakaian serba putih, yang berhasil menyita perhatianku beberapa saat. Makhluk apa ini, aku tersenyum menatap gambarnya, namun cepat-cepat aku membuyarkan lamunanku yang nyaris saja membayangkan hal yang tidak-tidak.
"S-E-C-R-E-T" ejaku membaca halaman depan majalah yang pastinya adalah nama majalah tersebut. Aku mulai membukanya dengan penuh hati-hati, seperti tidak ingin satu halaman pun terlewatkan. Membacanya perlahan, dengan rasa takjub yang luar biasa.
Aku melihat berbagai jenis model pakaian yang kurasa tidak pernah dikenakan peri di Bumia, dari yang mulai bolong di depan, bolong di belakang, sampai kedua-duanya bolong pun ada. Aneh, apa makhluk Bumi tidak merasa kedinginan memakai ini. Ada lagi, berbagai sepatu dengan haknya yang tinggi menjulang sampai aku bingung bagaimana menggunakan sepatu itu, ditambah corak-coraknya yang bikin ilfeel.
Kotak besi beroda empat juga dipamerkan, entah apa fungsinya. Sangat berbeda sekali dengan majalah Bumia yang tampak lebih enak dipandang, namun lama-kelamaan bosan juga kalau yang dibaca topiknya itu-itu terus menurutku.
Tiba-tiba mataku tertuju pada gambar makhluk yang menjadi halaman depan majalah tadi. Ternyata ia masuk artikel di sini, kurasa makhluk ini cukup terkenal juga di Bumi. Aku mencoba mencari secuil informasi tentang dirinya, kubaca kata demi kata dari tulisan tersebut, dan akhirnya aku menemukan namanya. Sandi Atmadja. Nama yang aneh, tidak sesuai sekali dengannya, pikirku.
"Reey!!" panggil Bee seraya membuka pintu kamarku tiba-tiba. Karena kedatangan Bee terlalu mendadak, aku tidak sempat menyembunyikan majalah yang kubaca itu. Alhasil ia melihatku tersenyum sambil memegang majalah yang perlahan kusembunyikan di balik punggungku.
"Apa yang kaubaca tadi?" tanya Bee, mulai mencurigaiku.
"Bu-bukan apa-apa Bee" jawabku kikuk. Bee mendekatiku, sedikit membuatku takut lantaran matanya tidak seperti mata yang biasanya kulihat.
"Berikan apa yang kau sembunyikan Reey!" suruhnya tegas, terpaksa aku memberikan majalah itu kepada Bee.
Bee melihat majalah itu dengan helaan napas kesal. Lalu, pergi meninggalkanku yang sangat berharap majalah itu dikembalikan. Bee, aku belum selesai membacanya rengekku sedih, berlari-lari kecil mengejarnya. Bee berbalik, menatapku tajam.
"Jangan pernah lagi membaca, mencari tahu atau apalah itu yang berhubungan dengan Bumi" ancamnya tegas. Aku tertegun, begitu bencikah mereka dengan Bumi. Kalau saja mereka tahu, semakin mereka bersikap seperti itu padaku, semakin penasaran dan menentang pulalah aku jadinya.
***
Kediaman keluarga Oogu.
Apa ada kemajuan? tanya ratu Lien saat melihat Ron datang dengan wajah gembira. Sebelum menjawab Ron menunduk, memberi hormat kepada ratu yang terlihat sudah tidak sabar lagi mendengar cerita Ron.
"Benar ratu, saya sudah lebih dekat dengannya, dan sepertinya saya tahu apa yang dia suka, dan itu akan memudahkan kita untuk menyingkirkannya" lapor Ron dengan sesungging senyum jahat di bibirnya.
"Haha, sesuatu yang dia suka dan dapat menyingkirkannya, bagus sekali" puji ratu Lien senang dengan tawa yang menggelegar.
Keluarga Oogu dipimpin oleh raja Max dan ratu Lien, raja Max dikenal dengan kebaikan dan kedermawanannya sedangkan ratu Lien dikenal dengan sifatnya yang tidak mau mengalah. Memiliki tiga orang puteri kembar namun tidak kembar identik. Ketiga puteri mereka bernama Rhin, Rhies dan Rhoe.
Dua dari puterinya sudah menikah dengan pangeran-pangeran Istana, sedangkan yang paling kecil, yaitu Rhoe belum menikah. Rhoe adalah tipe puteri yang suka menjelajah, tidak suka tinggal di rumahnya yang super besar. Lebih memilih tinggal bersama gugu dan tutunya yang terbilang hidup lebih sederhana sejak Rhoe berusia lima tahun.
"Apa itu Ron yang kaumaksudkan?" tanya ratu Lien kemudian.
"Bumi, ratu" jawab Ron singkat.
"Bumi? Mengapa semua peri yang mempunyai pearlwings begitu tertarik dengan hal-hal yang menyangkut Bumi. Apa yang sebenarnya ada di pikiran mereka semua, dasar peri-peri bodoh!" hujat ratu Lien kesal.
"Tapi tidak apa-apa, memudahkanku untuk menyingkirkan mereka semua, hahaha" lanjut ratu Lien kembali tertawa dengan suara yang makin menggelegar. Perlahan Ron beranjak dari ratu Lien, tidak ingin lebih lama mendengar tawanya, takut terjadi apa-apa dengan telinganya yang berharga itu.
Ron kembali ke kamarnya, hari ini terasa begitu lelah. Mengintai peri bodoh, nakal dan penuh emosi di setiap tindakannya. Merebahkan tubuhnya sembari memandangi langit-langit kamarnya yang tampak gelap. Segelap hatinya saat itu.
***
"Sudah kukatakan, jangan izinkan Reey ke sana!" teriak Bee yang langsung membuat Chan terperangah dan menatap Bee bingung.
"Kecilkan suaramu, apa yang kaumaksud Bee?" tanya Chan berusaha membuat Bee tenang. Bee melemparkan majalah yang dibaca Reey ke depan Chan.
"Dari mana kaudapatkan ini?" tanya Chan mulai panik, memegangi majalah dengan tangan yang gemetar.
"Reey pulang membawa itu tadi, kautahu Chan, yang paling aku takutkan itu hal semacam ini" rintih Bee terduduk dan mulai menangis tersedu-sedu. Chan mendekati Bee lalu mengusap-usap punggung Bee agar berhenti menangis. Maafkan aku Bee, aku hanya tidak ingin mengekang Reey, kautahu sifat dia kan, tidak ingin dilarang jelas Chan mengutarakan maksud sebenarnya.
"Kita dapat undangan dari Istana, kurasa Reey akan dijodohkan dengan pangeran Han" kata Bee tiba-tiba saja setelah tangisnya mereda.
"A-apa? Kurasa ada kesalahan, apa Reey mempunyai..." tebak Chan terkejut, memastikan bahwa itu berita bohong. Bee mengangguk.
CKLEK!
Pintu terbuka, mataku berkaca-kaca mendengar semua pembicaraan Chan dan Bee. Mereka terkejut menatapku berada di depan kamar. Dari awal sudah kutebak ada yang tidak beres pada mereka. Setelah Bee mengambil majalahku tadi, diam-diam aku mengikutinya, berusaha menghilangkan rasa penasaranku pada sikap anehnya itu.
Dijodohkan? Itu tidak ada dalam kamus hidupku. Pangeran istana? Apa ia tidak salah memilih. Apa yang harus aku lakukan sekarang.
"Ree-ey" panggil mereka terbata-bata, menyadarkanku dari lamunan yang benar-benar membingungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi+a
Fantasy"Maaf, aku belum pernah bertemu dengan makhluk luar Bumi, dan aku pikir makhluk-makhluk itu tidak ada" jawab San akhirnya dengan tawa yang masih juga belum mereda, yang lain hanya ikut tertawa mendengar celotehan San. Ya, itu terdengar sangat je...