9

20 4 0
                                    

Aku terdiam, tak bisa berkata-kata, berbalik badan lalu terbang secepat mungkin berusaha menghindar dari mereka berdua yang langsung panik. Meneriaki namaku yang kuhiraukan begitu saja.
Air mataku menetes tersapu angin yang berlawanan denganku. Tempat sasaran utamaku tak lain adalah rumah pohon, rumah di mana tempat aku berkeluh kesah jika sedang marah pada pupu dan mumu. Sampai di sana, kucurahkan semuanya yang ada di pikiranku, berteriak-teriak seolah-olah hanya aku yang ada di sana. Air mataku terus mengalir, tidak tahu kenapa rasanya sakit sekali.
"Aku punya kehidupan sendiri, hanya aku yang berhak menentukan jalan hidupku, karena ini hidupku!!! HIDUPKUU!!" teriakku sesuka hati dan menangis terisak-isak.
"Kau sedang berpuisi?" sindir sebuah suara di balik lemari. Aku terdiam, tangisku mereda, cukup terganggu dengan sindiran kejam itu.
"Heh, aku tidak berbicara dengan kau ya, sana pergi! Seenaknya masuk-masuk kesini!" teriakku ingin membuatnya keluar dan enyah secepat mungkin.
"Tidak perlu berbicara keras-keras, telingaku masih bisa mendengar" komennya merasa terganggu sambil menampakkan dirinya di hadapanku. Ternyata si juju aneh bin ajaib yang selalu muncul pada waktu yang tidak tepat. Benar-benar pengganggu.
"Apa yang kaulakukan di sini? Berhentilah menguntitku juju jelek!!" amukku di depannya yang hanya menanggapiku dengan senyum sinis. Aku tahu, pasti dari awal kau menginginkan sesuatu dariku kan? tebakku berhasil membuatnya sedikit terkejut, sesaat kemudian ia kembali tersenyum.
"Kau memang peri nakal, tidak tahu bagaimana cara membalas budi, mudah emosi, kekanak-kanakkan dan tidak tahu malu ya" katanya lancang, berani-beraninya dia menilaiku. Sangat tidak sesuai dengan pangeran yang tampan, gagah dan bijaksana lanjutnya makin membuatku kesal.
Tidak bisakah ia berhenti bicara, aku sudah kesal dengan masalah perjodohan ini ditambah lagi hinaan yang dilontarkan dari mulutnya itu kepadaku. Aku tidak menjawab pernyataannya tentang diriku. Berusaha menenangkan emosiku agar tidak meledak.
"Kalau kau tidak tahu apa-apa tentangku, jangan bicara, lagipula aku tidak akan pernah mau dijodohkan dengan pangeran apapun di Bumia ini" kataku dengan tatapan tajam yang menusuk tepat di pupil matanya yang juga menatap tajam ke arahku. Mata kami beradu. Sekilas petir-petir menyambar di sekeliling kami, aliran-aliran listrik mengalir dari mataku dan matanya, berwarna merah dan biru yang bercahaya.
Angin berhembus kencang, menyibakkan rambutku yang lurus dan tampak berkibar layaknya bendera. Kulihat ke arahnya, rambutnya tampak kesusahan berdiri, cukup membuatku tertawa. Tetapi, ternyata ini semua hanya ada imajinasiku saja. Yang kulihat sekarang, hanya senyum menjijikkan terpampang di wajahnya.
***
"Aku tidak ada waktu Bella" keluh San malas, yang saat itu sedang menyetir.
"Ayolah San, aku disuruh memotret area rekreasi baru itu dan partnerku tidak bisa datang, aku harus menyelesaikan pemotretan ini karena deadlinenya besok San, kau tidak mau kan aku kehilangan pekerjaan cuma karena kau tidak mau menemaniku kesana?" rengek Bella panjang lebar dari ujung telepon. San mengeluh, namun karena tidak ingin beralasan yang tidak-tidak, San pun akhirnya mengiyakan.
"Kirimi aku alamat tempat itu secepatnya, lewat dari satu menit, aku tidak akan kesana!" ancam San mengerjai Bella yang langsung cepat-cepat menutup telepon dan beberapa detik kemudian sebuah pesan Line masuk. San tertawa.
"Aku tebak, pasti dia gemetaran mengetik ini" kata San saat menyadari ada kesalahan ketikan pada tulisan Bella.
San mengarahkan mobilnya pada alamat yang Bella tunjukkan tadi. Karena begitu handalnya San dalam hal menyetir, tidak lebih dari setengah jam San sudah sampai di tempat tujuan, itu pun dikarenakan ada sedikit kemacetan, kalau tidak ada pasti ia sudah sampai sekitar 15 menit lebih awal.
Tampak Bella dari luar melambai-lambaikan tangannya dengan kamera yang menggantung di leher. San memarkirkan mobilnya ke tempat parkir yang disediakan. Setelah itu, menghampiri Bella yang tampak begitu bahagia dengan kedatangan San.
"Raut mukamu seperti sedang mendapat arisan beruntun saja" sindir San berjalan melewati Bella berniat masuk ke dalam area rekreasi. Bella meringis, lalu berjalan mengikuti San.
"Ini sih bukan arisan beruntun, tapi lebih tepatnya dating with handsome angel" ralat Bella berbisik pelan, dan nyatanya dapat didengar oleh San dengan jelas dan hanya tersenyum bangga menanggapi itu.
"Wingsland? Lumayanlah" puji San membaca papan nama tempat rekreasi tersebut, berjalan masuk, diikuti Bella yang terlebih dahulu berlari memberikan tiket masuk kepada petugas.

Bumi+aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang