Jiyong baru saja tiba di Seoul. Jam menunjukkan pukul 3 tengah malam. Sesampainya di dorm dia bahkan tak bisa tidur sama sekali.
"Sial! Aku tak bisa tidur dan tak mau lagi meminum obat tidur ini"
Dia melemparkan botol obat tidur sampai isinya berceceran dilantai. Jiyong mengacak rambutnya frustasi. Matanya terarah menatap jam dinding dikamarnya.
"Beberapa jam lagi matahari terbit dan aku belum bisa tidur sama sekali" gerutunya.
Tangannya langsung menyambar jaket serta topi yang ada dimeja dan langsung memakainya. Jiyong melangkahkan kakinya keluar dari dorm.
Langit malam terasa hampa tak ada satupun bintang terlihat. Jiyong menghela nafas berat. Tangannya merogoh saku lalu mengambil rokok serta pemantik yang selalu ada didalam sakunya.
Satu batang rokok sudah bertengger di mulutnya. Tangannya bergerak untuk memasukkan sisa rokok dan pemantik tadi setelah dia selesai menyalakan rokok tersebut.
Jiyong menghisap ujung rokok tersebut lalu menghembuskan asapnya. Matanya terpaku pada jalanan. Dia tak tau harus pergi kemana.
"Senang rasanya jika aku melihatmu" gumamnya pelan. Jiyong menghisap kembali rokoknya lalu menghembuskan asapnya pelan.
"Bahkan langit pun akan terasa hampa jika tanpa ada bintang sama sepertiku tanpamu" gumamnya lagi. Jiyong terus melangkahkan kakinya bahkan dia tak menyadari sudah jauh dia berjalan dan sudah 3 batang rokok dia habiskan.
Dadanya terasa sesak saat menyadari tujuannya saat ini. Jiyong menghisap lagi rokoknya lalu menghembuskan asapnya dengan kuat.
Taman. Itu tempat yang menjadi tujuan kaki Jiyong. Mungkin tujuan hatinya. Dia hanya mengikuti perintah hatinya.
Itu bukan taman biasa. Itu taman yang punya kenangan manis baginya. Taman yang menjadi tempat perpisahannya bersama wanita bermarga Kim.
Jiyong tersenyum tipis. Kakinya bergerak masuk ke dalam taman tersebut. Matanya menatap jam tangan yang terpasang rapi dipergelangan tangannya.
"Sudah jam 5 saja. Bahkan karena patah hatipun membuat orang lupa akan waktu" gumamnya lagi sambil tersenyum sendu.
Jiyong mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru taman. Sepi tak ada orang pikirnya. Sampai mata Jiyong berhenti di bangku yang terletak di dekat taman.
Wanita itu, wanita dengan rambut blonde sebahu itu dia mengenalnya. Tidak bukan hanya mengenal. Dia sudah sangat tau itu siapa. Jiyong langsung membuang puntung rokok -keempatnya selama dia berjalan tadi- lalu menginjaknya.
Matanya bahkan tak pindah untuk menatap objek lain. Wanita itu, hanya dia objek yang paling ingin dilihatnya. Paling dirindukannya selama 6 bulan ini. Jiyong berjalan mendekati wanita itu.
Dia berhenti saat jaraknya hanya tinggal 5 langkah lagi. Dipandanginya wanita itu. Hatinya mendadak sakit saat mendengar isakan tangis dari wanita itu bahkan bahunya ikut bergetar karena terlalu terbawa suasana.
"A-aku rindu kamu. Aku, aku i-ingin bertemu kamu"
Mata Jiyong membulat mendengar kata yang keluar dari mulut wanita didepannya yang sedang menangis itu. Bolehkah dia berharap kalau 'kamu' itu adalah dirinya?
"Merindukanku, nona?"
Wanita itu memindahkan tangannya yang sedari tadi menutupi wajahnya. Dan lihatlah bagaimana ekspresi wanita tersebut saat melihat Jiyong berada didekatnya sekarang.
"Apa orang yang kau rindukan itu aku?" Jiyong maju tiga langkah mendekat kearah Taeyeon. Ya, wanita itu adalah Kim Taeyeon. Wanita yang menjadi alasan kenapa hidup Jiyong berantakan selama 6 bulan.
"Apakah orang yang ingin kau temui itu aku?" Jiyong maju dua langkah lagi dan posisi mereka benar-benar dekat sekarang. Kedua tangan Jiyong dengan tanpa izinnya menangkup pipi Taeyeon lalu menghapus airmata wanita itu.
"Kenapa? K-kenapa kau disini?" Suara Taeyeon serak sudah karena terlalu lama menangis. Taeyeon menundukkan kepalanya tak berani menatap langsung ke mata lelaki Kwon itu.
"Kau sendiri kenapa disini saat matahari saja belum mau terbit?" Jiyong menjauhkan tangannya dari wajah Taeyeon. Dia tau kalau wanita itu risih disentuh olehnya.
"Bukan urusanmu" jawab Taeyeon dengan cepat. Taeyeon sudah ingin melangkahkan kakinya untuk pergi tapi tangan Jiyong bergerak lebih cepat menahannya.
Jiyong memeluk Taeyeon dari belakang. Lelaki Kwon itu membenamkan kepalanya dibahu kanan Taeyeon. Aroma tubuh Taeyeon langsung tercium di hidungnya. Salahkan perasaan rindunya yang menggebu-gebu membuatnya tak sabaran begitu.
"Aku merindukanmu, Kim Taeyeon" bisik Jiyong lembut. Airmatanya tak bisa ditahan lagi. Dia kelewat senang bertemu dengan orang yang dia rindukan sekaligus takut kalau wanita itu menolaknya.
Lain halnya dengan Taeyeon. Sejak awal Jiyong menahannya dia sudah kembali menangis sambil menggigit bibirnya berharap suaranya tak didengar Jiyong. Dia bahkan tak bisa bergerak sekarang otaknya tak bisa mencerna hal baik yang mesti dia lakukan untuk menolak Kwon Jiyong.
Taeyeon sendiri tau kalau Jiyong menangis karena bahunya terasa basah. Jiyong melepaskan pelukannya lalu membalikkan tubuh Taeyeon membuat mereka berdiri berhadapan. Taeyeon menundukkan kepalanya.
"Maafkan aku, kesalahanku membuatmu tersakiti. Hanya karena wanita sialan itu kita jadi begini. Dan maafkan aku tak bisa terus terang tentang perasaanku padamu" ujar Jiyong sambil menggenggam tangan Taeyeon.
Taeyeon mendongakkan kepalanya memberanikan diri untuk menatap langsung tepat di mata Jiyong.
"Selama 6 bulan ini aku langsung menyetujui perintah agensi untuk melakukan world tour berusaha untuk melupakanmu tapi semuanya malah berantakan begini"
"Bahkan aku mencoba mencari kebahagiaan tapi tak bisa kutemukan dimanapun"
"Dan kau tau aku bahkan menjalani hari-hari yang sulit selama 6 bulan ini, sulit untuk tidur, makan, bahkan tersenyum pun susah untuk kulakukan"
"Bohong kalau aku bilang tak merindukanmu. Aku sangat merindukanmu, Kim Taeyeon"
Taeyeon hanya diam menatap Jiyong. Perlahan tangan Taeyeon melepas tangan Jiyong.
Taeyeon memandangi Jiyong dengan tatapan sendu. Airmatanya keluar lagi.
"Saat aku bilang ingin melupakanmu dan mengucapkan selamat tinggal padamu sebenarnya jauh didalam hatiku berkata tidak" Taeyeon memeluk Jiyong.
Jiyong tersenyum mendengar pengakuan Taeyeon. Tangannya langsung membalas pelukan Taeyeon. Mereka saling menyalurkan perasaan rindu mereka yang sudah dipendam sejak 6 bulan ini lewat pelukan itu.
Jiyong melepaskan pelukannya lalu menatap Taeyeon. Tangannya menangkup pipi Taeyeon.
"Mari kita lupakan kenangan pahit itu. Dan maukah kau mengulang kisah kita dari awal bersamaku?"
Taeyeon menatap mata Jiyong mencoba mencari kebohongan disana dan dia tak menemukan kebohongan tersebut. Dia tersenyum lalu menganggukkan kepalanya pelan membuat lelaki bermarga Kwon itu juga ikut tersenyum.
Jiyong mendekatkan wajahnya mengikis jarak diantara mereka. Sedikit lagi bibirnya akan menyentuh bibir Taeyeon dan-
"Ughh, oppa!"
Tangan Taeyeon menahan bibir Jiyong. Lelaki Kwon itu menatapnya bingung.
"Dulu aku sudah pernah bilang kan jangan merokok. Aku tidak suka!"
Oh sial! Dia lupa kalau Taeyeon tak menyukai lelaki yang merokok.
-TBC-
Hayo hayo sedikit lagi mau tamat cerita ini :')
Akankah mereka menjalin hubungan beneran?
Menurut kalian gimana tanggapan SM sama YG kalo mereka pacaran? Duh gak kebayang kalo dilarang kan kasian tuh T^T
KAMU SEDANG MEMBACA
•GTAE• We Are In Love✔
FanfictionYG yang tidak biasa mengirimkan idolnya ke variety show 'We Got Married' tiba-tiba mengirimkan anak emasnya, G-Dragon, untuk ikut serta dalam acara tersebut. Yang lebih mengejutkan, partner G-Dragon disini adalah idol dari rival agensinya.