Pagi ini, Kavin sudah ada dirumah Alysa padahal matahari pun belum sepenuhnya menunjukan wajahnya.
Diketuk pintu rumah Alysa oleh dirinya, hingga beberapa saat muncul lah seorang wanita yang berbeda saat kemarin ia kerumah Alysa. Kavin yakin, didepannya ini Ibu dari Alysa.
"Maaf, nyari siapa ya?" tanya Ibu Alysa.
"Pagi Tante, saya Kavin, temannya Alysa," Kavin menelan salivanya, "saya mau jemput Alysa Tan," lanjutnya.
"Oh temannya Alysa, ayo masuk dulu, biar Tante panggilkan Alysa dulu ya."
Kavin berjalan masuk mengekori Ibunya Alysa, "Oh ya Tante belum ngenalin diri, nama Tante Anna, Mamanya Alysa."
Kavin mengangguk paham, "Iya Tan."
"Yaudah Tante panggil Alysa dulu ya," Kavin mengangguk, sedangkan Anna menaiki tangga menuju lantai dua rumahnya.
Kavin melihat sekeliling ruang tamu, kemarin dirinya belum sempat melihat rumah Alysa lebih jauh. Di dinding banyak foto keluarga Alysa, mereka semua terlihat bahagia di dalam foto tersebut.
Di ambilnya satu foto yang ada, disitu Alysa tengah tersenyum dengan laki laki yang ia yakini itu kakak laki laki Alysa.
Ditaruhnya kembali setelah puas melihat itu, kemudian Kavin berjalan menduduki sofa yang ada diruang tamu.
Pembantu rumah tangga Alysa datang menghampiri Kavin dengan segelas cangkir yang berisi teh hangat, "Diminum dulu den,"
"Makasih ya bi," ucapnya sopan.
"Sama sama, Bibi pamit kebelakang dulu," jawabnya sambil berjalan masuk kedalam rumah Alysa.
Gepulan asap keluar dari cangkir itu, Kavin meniupnya sebentar sebelum diminumnya teh itu, rasa hangat menjalar ditenggorokannya.
Kavin menaruh kembali cangkir itu, saat dilihatnya Alysa yang tengah dibantu Anna menuruni tangga rumah, keadaan Alysa sekarang jauh lebih baik, mungkin keluarganya sudah membawa Alysa ke dokter.
"Maaf ya Kavin udah nunggu lama, kaki Alysa terkilir kemarin, jadinya harus dibantu jalan."
"Ih Mama apaan sih, Alysa udah baikan kok."
Kavin bingung, lebih tepatnya ia merasa sedikit canggung. Sebenarnya ia hanya berniat menjemput Alysa, ia tidak mau membiarkan Alysa berangkat sendiri. Sudah dibilang, kalau Alysa miliknya dan ia harus selalu ada disamping Alysa.
"Gapapa kok Tan, yaudah Kavin sama Alysa berangkat sekarang ya," ijin Kavin kepada Anna.
Anna menganggukan kepalanya, "Iya, yaudah kalian berdua berangkat aja."
Kavin mengambil tangan Alysa dan menaruhnya dileher, bermaksud untuk membantu Alysa berjalan, dirinya ingin mengendong Alysa tapi mengingat dimana ia sekarang, diurungkannya niat itu agar ia tidak diblacklist menjadi pacar Alysa nantinya.
" Kavin, jaga putri Tante ya, Tante percaya sama kamu."
Kavin tersenyum dan mengangguk, "Pasti tante."
"Ih Mama, apa apaan sih, main percaya percaya aja, kalau dia pedopil gimana?" Alysa memberengut kesal, ia benar benar malu kepada Kavin.
"Hush, mana mungkin cowok seganteng dia pedopil, ada ada aja kamu tuh."
Alysa tidak memperdulikan ucapan Anna, ia menyuruh Kavin untuk segera berangkat. Alysa takut Mamanya itu semakin berbicara ngawur dan akan mempermalukan dirinya dihadapan Kavin.
"Yaudah Tante, Kavin permisi dulu," ucap Kavin sebelum masuk kedalam mobilnya. Anna hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
Di dalam mobil, Kavin mulai menjalankan mobilnya maju, suasana terlihat canggung dari hari kemarin, mungkin efek pembicaraan tadi yang membuat Alysa maupun Kavin saling bungkam.
Alysa menoleh keluar jendela, banyak pepohonan yang ada diluar jalanan, sinar matahari terlihat menyeruak masuk melalui celah celah pohon yang tidak tertutup. Disamping Kavin hanya melihat Alysa sekilas.
"Kak?"
Kavin menoleh sekilas dan kembali fokus ke jalanan, "Apa?"
"Kenapa ngejemput gua? Padahal lu ngga harus kaya gini, kita aja belum kenal sama sekali."
Alysa mengeluarkan apa yang ada dikepalanya, dirinya terheran kenapa Kavin mau menjemputnya padahal mereka kenal saja tidak begitu terlalu kenal, kecuali jika ada sesuatu yang diinginkan.
"Ngga boleh memangnya, Lis?"
"Bukan, bukan begitu kak," sanggah Alysa dengan cepat, "tapi aneh aja kenapa orang yang belum kenal sama kita mau melakukan hal seperti ini?"
"Melakukan hal ini? Memangnya gua melakukan apa Lis?" Dahi Kavin berkerut, "melecehkan lu? Nggak kan."
Sekarang rasanya Alysa ingin menampar mulut Kavin dan mengantikannya dengan penyaring, kata kata Kavin begitu kasar, bagaimana bisa ia mengeluarkan kata 'melecehkan' itu kepada perempuan. Kavin benar benar bodoh.
"Lupakan saja kak," Alysa sudah terlanjur kesal dengan kakak kelasnya ini.
Kavin hanya mengindikan bahunya acuh tanpa mau melanjutkan obrolan mereka yang tadi. Jalanan kota benar benar padat, membuat Kavin harus mencari jalan tikus untuk bisa cepat sampai ke sekolahnya.
Mobil Kavin memasuki perkarangan sekolah, Kavin menarik rem tangan saat ia sudah berhasil memarkirkan mobilnya itu. Alysa nampak tengah bersiap siap, tangannya seperti ada yang menahan saat dirinya mau membuka pintu.
"Kenapa kak?" tanya Alysa yang terlihat malas. Dirinya masih kesal dengan pembicaraan tadi.
Kavin membuka sabuk pengaman yang ia kenakan. Dirinya menghadap Alysa, "Gua ngga mau lu deket sama sama cowok lain."
"Hah?"
"Gua ngga mau lu deket deket sama cowok lain Alysa," ulang Kavin.
"Iya kenapa? Lagian ada hak apa kakak ngatur ngatur pergaulan gua."
"Lupa kalau Mama lu tadi ngomong apa?" dahi Alysa berkerut, "Mama lu nitipin lu sama gua dan otomatis gua punya hak sama lu, Lis."
"Terserah," Alysa kesal, ia membuka pintu mobil dan berjalan keluar.
Di dalam, Kavin mencengkram setirnya kuat kuat, ia tidak akan membiarkan seorang pria mana pun mendekati Alysa. Kavin kemudian keluar, ia mengejar Alysa yang sudah didepannya. Bersyukur kaki Alysa sedang terkilir, jadi dia tak perlu berlari jauh.
Tiba tiba Kavin berjongkok di hadapan Alysa, memberi petunjuk kepada Alysa agar ia menaiki punggungnya.
Kavin yang kesal karena Alysa yang tak kunjung menaiki punggungnya itu akhirnya menarik tangan Alysa dan mengalungkannya dilehernya, kemudian ia menggendong Alysa dengan punggungnya.
"Kaki lu itu masih sakit, kalau lu kenapa kenapa siapa yang repot? Gua juga kan."
*****
Gila Kavin, cowok gitu yaa langsung bertindak. Haha..
Bogor, 21 Juli 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Kavin Putra (Complete)
Genç KurguJudul awal: My Possessive Cold Boy Kavin tidak pernah percaya bahwa dirinya akan mabuk kepayang. Berawal dari ia mencium wangi seorang perempuan layaknya Werewolf membuatnya ingin menghirup wangi perempuan itu lagi dan lagi. Dari awal Kavin sudah me...