Nama

22 4 0
                                    

Keesokan paginya, Ai hanya bisa nyengir mendengar cerita ayahnya tentang apa yang semalam terjadi.

"Terus saja tertawa, huh!" Keluh Hana yang sedang mencuci piring.

"Duh, Mommy ini! Gampang tersinggung, tidak asyik" Ai juga mengeluh tentang ibunya yang gampang tersinggung.

"Sudah, sudah. Ibumu jangan diledek terus, sudah sana berangkat nanti telat, lho" Hajime tersenyum sambil mencubit pipi kiri putrinya.

"Iya, iya. Sorry Mommy, my fault. Bye, Mommy ittekimasu!" gadis itu mendekati Hana kemudian mencium pipinya dengan manja.

"Hati-hati, sweety. Bye"

Ai menatap ayahnya dengan sebuah cengiran lebar.

"Hahaha, kau selalu memalak Daddy" Hajime sudah sangat peka dengan cengiran itu.

"Bye, Daddy ittekimasu!"

"Nak, tunggu!"

Ai memutar badannya.

"Ya?"

"Kalau ada orang asing yang meminta namamu, beri saja nama kanji palsu!"

"Iya, iya aku paham"

Hana mendelik sambil berhenti dari kegiatan cuci piringnya sejenak.

"Kanji palsu?"

Hajime menoleh padanya dengan senyum.

"Semalam Hikaru meneleponku, dia menghimbau supaya kita ini pakai kanji palsu"

"Oh begitu, baiklah"

"Hikaru bilang, dia sedang curiga karena kematian direktur kita yang tak wajar, pasti KIRA baru"

Hana mendengus malas.

"Kau ini jadi paranoid, ya?"

"Eh?"

"KIRA sudah mati! Kenapa juga dia muncul kembali? Apa dia abadi?!"

"Aku tahu itu tak masuk di akal! Kau harus ikuti himbauan Hikaru supaya kau selamat!"

Wajah Hana jadi memerah karena marah.

"Lucky, you're my husband"









"Hmm...Ryuhei Satoru, Direktur dari sebuah perusahaan terbesar ke-5 setelah perusahaan milik Ayah Hana, ya?" Gumam Hikaru yang sedang menatap layar laptop.

"Ya," sahut Kai yang terlihat malas-malasan di sofa putih.

"Aku sudah menghimbau Hajime supaya Hana pakai kanji palsu, sebagai pencegahan"

"Cih, seperti HIV saja ada pencegahannya segala," canda Kai.

"Jangan lupa, Tugasmu itu lindungi Ai-chan" kata Hikaru bernada sinis.

"Aku mengerti, dasar detektif cerewet"

"Kau harusnya berterimakasih, kau tak jadi dipenjara karena kau ikut meringkus Suzuki,"

Kai menoleh seolah dia tersinggung.

"Sudahlah, itu sudah lama. Aku mau melewati masa depanku dengan baik"

"Hahaha, do you want a cup of coffee?" Tanya Hikaru sambil mengedipkan mata.












Rei menepuk pundak Ai sambil tersenyum.

"Ohayou,"

"Ohayou, Rei-chaaan. Bagaimana? Bagaimana?"

"Apanya yang bagaimana? Dasar kau ini" Rei tersipu malu.

Death Note: Next GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang