Pelarian (part 2)

9 2 0
                                    

Eri membanting sebuah buku harian didepan Hana yang sudah hilang batas kemampuan tubuhnya, tubuhnya semakin melemah.

"Apa itu?!" Tanya Hajime kasar, "Apa lagi yang kamu mau dari Hana!"

Eri berjalan jongkok mendekatinya, kemudian menamparnya keras-keras sukses membuat Hana menjerit lemah.

"Kau kasar sekali, sayang. Tapi tidak apa, kau ini juga sering kasar ke mantan istrimu, kan?"

Hajime menelan ludahnya sambil mendelik pada Hana.

"Aku akan bersikap manis, kalau kau juga bersikap manis, sayang"

Eri berjalan jongkok menuju Hana.

"Tulislah"

"Aku tidak tahu,"

"Tulis kisahmu di buku ini dari kau lahir sampai kau disini"

"Why I should do that?" Tanya Hana dengan Inggris yang fasih.

"Aku akan membunuhmu" jawab Eri santai. Perkataan Eri membuat Hajime terkejut dan menggeliat panik berharap ikatan tali tambang sedikit mengendur.

"Ada apa, Hajime sayang? Tenang, aku akan mengubur mantan istrimu dengan layak kok" senyumnya mengerikan.

"Kau membunuhnya? Kau akan mati!"

"Oh, kau tak bisa membunuhku"

"Kenapa?"

"Karena aku bisa membunuhmu duluan, lagipula kau harus tetap hidup sampai pernikahan kita"

"Aku menikah denganmu?! Aku tidak sudi!"

"Kenapa? Aku janji akan jadi ibu tiri yang baik buat putrimu, apa susahnya?"

Hana lagi-lagi bercucuran air mata dengan wajah sangat pucat sementara Eri menekan ujung bolpoin dan menyodorkannya pada Hana.

"...apa yang harus kutulis?"

"Namamu, tentu saja"

Hana menoleh kepada Hajime dengan pandangan sedih.

"Kalau kau mau bunuh aku, kenapa aku harus menulis namaku sendiri? Kau bisa tembak kepalaku atau beri aku gas beracun"

"Karena aku adalah Kira, ok?"

Hana tersenyum miris.

"Aku bisa lapor ke polisi jika aku bisa kabur disini"

"Kau tak bisa, aku bisa sembunyikan buku ini, kau harusnya berpikir lebih pintar" Eri membalasnya dengan cerdik.

Eri menunjukkan pisau dihadapan Hana, Hajime menggeliat tak nyaman.
Dia teringat hari dimana Hana ditusuk oleh pamannya sendiri dengan perantara anak buahnya.

Kemudian, gantian Eri menunjukkan sebuah pistol ke Hajime sekarang. Hana menjerit pelan saat teringat Ryuga menembak kepala Hajime.

"Wah, wah kalian punya phobia?" Eri makin tersenyum puas.

"Kumohon, lepaskan Hana! Kau sudah dapatkan aku! Dasar wanita bodoh!"

"Aku tidak bodoh!" Suara Eri yang menggelegar membuat lampu neon dengan cahaya redup bergetar.

"Who do you think you are? God? Who can take human lifes?"
Eri tidak menggubrisnya dan tetap menyuruhnya untuk menulis nama kanjinya.

"Atau kau mau aku yang menuliskannya untukmu? Hmm?"

Hana menjerit lemah. Tapi sebelum Eri sempat merebut bolpoin dan Death Note dari Hana, tiba-tiba saja ada panggilan masuk di ponsel Eri.

"Aku akan kembali nanti," Eri bangkit dan keluar dari ruangan redup ini.

Death Note: Next GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang