Permainan

20 2 0
                                    

Hana masih menangis dipelukannya.

Hajime sangat marah, bahkan lebih marah. Sudah jelas dari tatapannya.

Eri tersenyum begitu melihat reaksinya yang menurut dia begitu ekspresif.

"Aku tak akan memaafkan kamu meski mencium sepatuku," kata Hajime dengan pedas.

"Aku sudah tahu kau bakal bilang begitu, sayangku. Nah, begini saja, kalau aku berhasil membawa putri kalian kesini, aku akan membunuh istrimu dan kita menikah segera, sayang" Eri berjongkok sambil tersenyumm.

"Kau bercanda," Hajime membalasnya dengan tawa kecil meremehkan.

"Membakarnya"

Hana yang mendengar itu pun kembali menggeliat liar, seolah dia hampir dimasukkan ke dalam neraka, tangisnya tak terbendung.

"Aku akan membunuhmu, setelah kamu berhasil membunuh istriku!" Teriak Hajime.

"Apa kau tega mengotori tanganmu? Dengan bunuh aku? Hihi, kurasa tidak" balas Eri.











Akina sedang memasak sarapan saat Ai menuruni tangga dengan tersenyum canggung.

"Ai-chan sudah bangun, ya? Mari sarapan, aku sudah siapkan sarapan untukmu"

"Aah, tidak usah repot-repot"

"Jangan sungkan, sudah kubilang anggap rumah ini rumahmu juga" Kai muncul dengan Polo T-shirt ungu.

Ai tersenyum sumringah sesaat saat Kai mengacak-acak rambut dan poninya dan menarik kursi meja makan dan duduk.

Akina menuang telur mata sapi dan sosis ke atas piring Kai.

"Kau yakin tak mau sarapan?"

Ai diam terpaku memandangi Kai seperti orang yang melamun.

"Ai-chan?"

Ai perlahan mendekati Kai yang masih duduk tapi dengan mukanya yang bingung.

"Papa!"

"A...Apa"

Kai hampir jatuh dari kursi karena shock dipeluk erat secara tiba-tiba.

"Bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan Papa?"

Kai melempar pandangannya pada Akina yang juga melempar pandangan padanya dan kemudian mengangguk.

Kai balik memandang Ai yang memasang wajah 'memohon' nya.

Ia menarik nafas dan membuang nafas sejenak sebelum ia bilang "Ya"

Ding Dong Ding Dong

"Oh, Sayang, bisa bukakan pintu? Sepertinya ada tamu"

Akina segera menurut dan segera membuka pintu.

"Anu, Papa..."

"Ya, nak?"

"Terima kasih... dan aku mau izin pergi?"

"Pergi sendirian lagi?"

"...acara kemah sekolah. Dan kebetulan disuruh membawa pakaian ganti"

"Owh, begitu? Baiklah, semoga kemahmu menyenangkan" Kai kembali mengacak rambut Ai.

"Suamiku" Akina sudah kembali dengan wajah kebingungan.

"Siapa tamunya?"

"Aku tidak mengenalnya, tapi apa kau mengenalnya?"

"Siapa itu?"

"Eri Takeda..."

Ai terkejut bukan kepalang.

Death Note: Next GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang