Kazuya memasuki toilet murid pria dengan berusaha tenang dan tak tergesa-gesa ketika seorang murid cowok memandanginya dengan keterkejutan.
"Oh...kau," katanya.
"Ya,"
Murid cowok itu nampak menelan ludah dengan tampang gugup.
"Hey, kau ini yang kemarin berada di stasiun malam-malan, ya?"
"T..Tidak! Siapa bilang! Aku ada dirumah, mengurus nenekku yang sakit!"
"Begitu, ya. And then, sepertinya mataku mulai ber-ilusi melihat kau dengan seorang wanita 30 tahunan"
"Haha, sungguh lucu"
"Akito Ueda-san, kau tertuduh sebagai penjual ganja"
"Hahaha, kau ini ngaco, ya"
Tiba-tiba, seorang pria dewasa bertopeng tengkorak menyeruak masuk dengan menyeret wanita berumur 30-an. Wanita itu menangis tersedu-sedu.
"Ya, aku membeli itu dari dia" katanya dengan isak tangis.
"Membeli apa sih?! Hahaha komplotan penipu, ya? Hebat benar!" Balas cowok itu berpura-pura santai padahal tidak.
"Tolong laptop-nya, Yah"
Pria bertopeng tengkorak itu mengangguk dan mulai mengambil laptop dari sebuah tas.
Kazuya memperlihatkan sebuah video. Video cctv aktivitas stasiun kemarin malam. Cowok itu jelas sangat terkejut karena baru sadar transaksinya dimata-matai.
"Hey! Menguntit apalagi lewat cctv itu illegal!"
Kazuya tersenyum miris.
"Yah, apa boleh buat"
Cowok itu memperhatikan sudut demi sudut ruangan toilet dengan keringat dingin mengucur.
"Pasti ada jalan! Aku ingin kabur!" Batinnya.
"Umm begini saja, aku mengakuinya tapi bukankah itu illegal?"
Kazuya merogoh isi tas mengambil bukti hasil pemeriksaan sidik jari.
Saat Kazuya lengah, cowok itu berlari hendak kabur.
Hikaru melepas topengnya dengan cepat dan menghalanginya.
"Menyingkir!" Bentak cowok itu.
"Dan membiarkanmu jualan ganja lagi? Tidak, nak"
"Kubunuh kau!"
"Silakan, itu berarti hukumanmu double"
Cowok itu berusaha meninju wajah Hikaru tapi gagal. Hikaru mulai lengah karena harus menangkis serangan bocah itu.
Bocah itu berhasil kabur.
Tak ada pilihan lain selain...
Mengejarnya.
"Ueda-san, menyerahlah!"
Cowok itu berlari sekuat tenaga.
Tetapi dia harus jatuh tersungkur lantaran tergelincir lantai yang basah.
Hikaru berhasil menangkap dan mem-borgol kedua tangan cowok itu.
"Kena kau, nak"
"Sial! Lepaskan aku! Kenapa bisa-bisanya lantainya licin!"
Rei menampakkan dirinya dari balik tembok dengan membawa cairan sabun cair.
"Kau!" Erangnya.
"Sudahlah, ayo ikut aku!" Tegas Hikaru seraya membantu cowok iti berdiri dan menyeretnya pergi.
"Nice job, Rei-chan!" Kazuya kini sudah sampai dengan nafas tersengal-sengal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Note: Next Generation
Mystery / ThrillerRei, Ai serta Kentaro hidup di kericuhan antara Pro-Kira dan Anti-Kira Sampai mereka menemukan Buku "Maut" Sequel dari Death Note: New Generation