Dua (a)

40 3 4
                                    

Hai kamu.

Aku ingin bertanya kepadamu.

Apa yang kamu rasakan kemarin ketika kamu akan pergi untuk meraih cita-citamu di kota lain?

Apakah kamu senang?

Apakah kamu sedih?

Setauku kamu senang namun bercampur dengan sedih.

Oh iya bagaimana perasaanmu ketika kamu pertama kalinya bilang kepadaku kamu akan pergi meninggalkanku?

Karena disaat itu kita sudah dekat bukan?

Apakah kamu sedih meninggalkanku di tanah kelahiranmu ini?

Tidak, aku berharap kamu jangan bersedih.

Perihal kamu pergi.

Aku tau kamu meraih cita-citamu.

Maka aku akan baik saja-saja disini.

Hanya soal perihal waktu yang membiasakan diriku disini.

Namun, aku akan selalu menunggumu untuk pulang.

Kamu sudah mengetahui bahwa aku menangis setelah kau berkata kau akan pergi ke kota lain.

Dan pada saat itu pula aku baru melaksanakan Ujian Nasional.

Terkesan cengeng bukan?

Aku tidak akan pernah melarangmu untuk pergi ke kota lain.

Aku juga tidak berhak untuk melarangmu.

Ketika aku melarangmu aku terkesan egois bukan dan apa hakku untuk melarangmu?

Karena aku tau kamu meraih cita-citamu disana.

Maka dari situ kamu bilang aku harus ikhlas melepasmu pergi di hari Minggu itu.

Sungguh sulit memang bagi diriku.

TERUNTUK KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang