Part 19 - Takdir yang menghilang

6.3K 296 0
                                    

Jika kau tak mampu mengobati lukamu. Biar aku yang mengobatinya.

- Nadzifa -

^NadzifaPov

Setahun sudah aku dan Fatih tinggal di 'negeri minyak'. Membuatku merindukan ayah bundaku di Indonesia. Ingin sekali aku berlari menghampiri ayah dan bunda, memeluk mereka dan berteriak bahwa aku rindu.

"Rindu ayah bunda?" Suara seseorang memecah lamunanku. Siapa lagi kalau bukan pangeranku. Aku pun menoleh dan mengangguk pelan.

"Rindu ayah bunda mulu. Aku nya kapan?" Aku tertawa mendengarnya.

"Rindu kamu mah setiap waktu" godaku. Memang benar, setiap dia sedang tak bersamaku. Aku selalu merindukannya.

"Katakan padaku siapa pria itu?" Ia menatapku serius. Aku mengernyitkan kening bingung.

"Pria mana?"

"Pria yang mengajarimu gombal seperti itu?"

"Pria itu bernama Ahmad Fatih Assegaf. Kau tahu, dia adalah pria paling menyebalkan yang selalu membuat jantungku berdegup kencang"

Ia terkekeh mendengar jawabanku.

"Sepertinya dia pria hebat karena bisa memacu adrenalinmu tanpa perlu mengajakmu menaiki rollercoaster"

"Aku punya sesuatu untukmu"

"Apa"

"Tadaaaaa"

"Tiket pesawat?"

"Besok kita akan menemui ayah dan bunda"

"Papah dan mamah juga" tambahku bersemangat.

Ia mengangguk dan tertawa.

"Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu? Bukankah kau sangat sibuk?"

"Aku di pindah tugaskan ke Indonesia"

"Benarkah?"

"Iya sayang" jawabnya mencubit hidungku hingga memerah. Issh.. dasar pria menyebalkan.

Tapi mendengar itu membuatku sangat bahagia hingga memeluknya erat. Bahkan sangat erat.

"Uhukk.. yang"

"Maaf" aku menunjukan serentetan gigiku.

Dia tersenyum menarikku kedalam pelukannya. Membuatku tenggelam ke dalam dada bidangnya.

***

Kini aku sudah berada di indonesia. Aku sangat bahagia menginjakan kaki di tanah kelahiranku. Satu dari bagian bumi yang pernah menghancurkan hidupku. Juga yang membuatku di lahirkan kembali. Dan di sini pula aku di pertemukan dengan pangeran impianku.

"Sayang macet" ucapku dengan memanyunkan bibir.

Ku lihat Fatih tampak berfikir sebelum ia berkata kepada Pak Juan, supir pribadinya.

"Pak, nanti bapak antar barang-barang saya ke rumah mertua saya ya pak"

"Baik den"

Fatih pun membuka pintu. Dan menarik tanganku keluar.

"Ayo, bukannya rumah Ayah tidak jauh dari sini. Kita lewat jalan pintas"

Fatih membawaku ke sebuah jalanan yang seperti taman. Sepertinya taman ini sedang sepi pengunjung. Karena biasanya ini adalah tempat yang menjadi favorit para remaja yang sedang di mabuk cinta.

"Sayang" panggilnya.

"Hemm"

"Disini kan sedang sepi"

Aku tersentak mendengarnya hingga membulatkan mataku.

"Bagaimana jika kita lomba lari seperti yang di lakukan Rasulullah dulu?"

Astaghfirullah Nadzifa, apa yang kau fikirkan. Bagaimana bisa kau memikirkan yang tidak-tidak di waktu seperti ini. Ah, sungguh memalukan.

"Ayo"

"1... 2..." dia berlari meninggalkanku.

"Fatih curaaaaangggg" teriakku mengejarnya.

***

"Sampai. Yeee aku menang" ucapku kegirangan.

"Mana hadiahnya?" pintaku.

Cupp

"Itu hadiahnya" ucapnya dengan senyum menyebalkan kemudian pergi meninggalkanku yang mematung di depan rumah.

Apa? dia mencium pipiku di tempat umum? Benar-benar memalukan.

"Bundaaaaa"

"Aduh Dzifa. Kalau datang itu ucapkan salam nak. Bukan malah teriak-teriak seperti ini"

"Hehe iya maaf bun. Assalamu'alaikum bunda ayah sayang" ucapku mencium punggung tangan bunda bergantian dengan ayah.

Dan Fatih yang sudah lebih dulu menyalami ayah bundaku hanya tersenyum penuh kemenangan karena aku di marahi bunda.

Ishh dasar. Suami macam apa itu bahagia melihat istrinya kena omel. Untung saja aku cinta. Kalau tidak... asudahlah.

"Kau kenapa?"

Dasar tak peka. Sudah tahu aku marah. Masih tanya juga.

Aku tak menjawab pertanyaannya. Hanya melirik sekilas kemudian melesat ke dalam kamar kesayanganku.

Ah aku sangat merindukan aroma kamarku ini. Sprei hello kitty kesayanganku masih terpampang jelas menghias ranjang yang menjadi pengobat lelahku. Masih tercium aroma strawberry kesukaanku. Sepertinya bunda rajin membersihkan kamarku ini. Aaaa.. aku mencintaimu bunda.

Sudah hampir 2 jam aku tak melihat Fatih. Aku kira dia akan menyusulku ke dalam kamar. Tapi, ia tak menampakan hidung mancungnya di hadapanku. Kemana suamiku ini?

Antara Aku, Kau dan QabiltuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang