Ketika rindu bersemayam didalam Qalbu, hanya lantunan do'a yang dapat ku persembahkan padamu
-Ahmad Fatih-^FatihPov
"Fatih" mendengar namaku di panggil, aku pun menoleh tanpa menjawab.
"Kau kenapa?" dan aku hanya mengedikkan bahu sebagai jawaban. Sungguh hari ini aku benar-benar malas untuk berbicara. Perasaanku sedang tidak baik-baik saja.
"Kau pasti sedang rindu, benarkan?" tanya Rafa tepat pada sasaran.
Oh ya, Rafa adalah sahabatku sejak aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Tapi pada saat SMA, aku harus melanjutkan pendidikanku di Pondok Pesantren di luar kota Bandung. Yang menyebabkan aku harus berpisah darinya. Tapi Allah mempertemukan kami lagi sebagai rekan di kantor yang sama.
"Bisa jadi"
"Kau sedang merindukan siapa?" tanyanya lagi, aku pun menghela nafas pelan.
"Seseorang, yang sangat berarti untukku" jawabku menerawang ke langit yang seakan Nadzifa berada diantaranya.
"Mintalah fotonya"
"Untuk apa?"
"Dengan kau memandang fotonya itu akan mengobati rindu hatimu" mendengar penuturannya membuatku terkekeh.
"Untuk apa aku memandangi fotonya, jika suatu saat nanti aku bisa memandangi wajahnya setiap saat"
"Kau terlalu percaya diri, memang kau yakin dia mau sehidup semati denganmu?"
"Jika Allah yang menjodohkan aku dengannya, dia bisa apa?" timpalku terkekeh.
"Cinta itu menjaga. Jika, kau mencintainya, maka jagalah ia. Bukan hanya dari bahaya yang mengancamnya. Tapi juga dari kemurkaan sang Maha Cinta. Mungkin dengan memandangi fotonya bisa mengobati sedikit rasa rinduku. Tapi itu akan membuatnya berdosa. Dan aku tak ingin melakukan itu" tambahku membuat Rafa tersentak.
"Khitbahlah ia sesegera mungkin, sebelum ia di khitbah pria lain" ucap Rafa meninggalkanku seorang diri.
***
Di kamarnya, Nadzifa tampak gelisah. Tak ada kabar yang ia terima. Rasa khawatir pun terus menghantuinya. Ia terus memandangi layar handphone nya berharap ada pesan masuk dari pria yang selama ini dirindukannya.
Drrtt drrtt
Fatih?
Melihat nama itu dengan segera ia baca pesannya
"Assalamu'alaikum, masih setiakah kau disana?"
"Wa'alaikumsalam, masih dengan perasaan yang sama" tulis Nadzifa masih dengan senyum merekah.
Setelah membalas pesan itu, tak ada lagi balasan yang diterimanya.
Apakah kau tak merindukanku, Fatih? batinnya.
"Dzifa, keluarlah sebentar, Nak"
"Ada apa, Bun?"
"Nanti kau akan mengetahuinya sendiri" ucap ibunya meninggalkan Nadzifa yang masih bingung.
Nadzifa bangkit dari tempat tidurnya dan segera pergi mengikuti perintah ibunya. Saat ia tiba di ruang tamu, ia sangat terkejut melihat orang yang selama ini dirindukannya kini berada dihadapannya.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
"Duduklah Dzifa" perintah ayahnya. Nadzifa pun duduk disamping ayah dan ibunya.
"Nadzifa, aku sudah mengantongi restu kedua orang tuamu dan restu kedua orang tuaku. Sekarang aku ingin meminta keikhlasan hatimu untuk sehidup sesurga denganku. Maukah kau, Nadzifa?" ucap Fatih membuat Nadzifa menitikan air mata haru.
"Kuterima kau dengan Bismillah, InsyaAllah aku ikhlas"
Tapi..
Itu semua hanyalah bunga tidur. Tidak, pertemuan itu tak pernah terjadi. Harapan Fatih mengkhitbahnya hanyalah sebuah mimpi di malam sunyi.
Mungkinkah Fatih memang bukan untukku. Dan aku bukan untuknya. Tapi, mengapa kau biarkan rasa ini terus tumbuh, Yaa Rabb. tangisnya saat terbangun dari mimpi indahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Aku, Kau dan Qabiltu
SpiritualitéCinta adalah perasaan fitrah yang pasti dimiliki oleh setiap manusia. Tak ada cinta yang tak fitrah di dunia ini. Tetapi aplikasi cintalah yang mengubah 'fitrah' cinta menjadi 'fitnah'. Salah satunya adalah pacaran. Aplikasi cinta yang banyak digand...