The pain #4 Lano

3.1K 277 13
                                    

"Dia?"

Veron mencengram erat stir mobilnya. matanya menajam seiring dengan rahangnya yang mengeras. Ternyata Andin berteman dengan adiknya? Sungguh di luar dugaan.

Sedangkan Andin dan Maura tengah asik berbincang sambil cekikikan.

"Lo dianter abang lo Ra?" Tanya Andin sambil memperhatikan mobil sport yang tadi mengantar Maura masih belum beranjak pergi.

"Iya, eh kok abang gue belum pergi pergi ya," Maura memperhatikan mobil kakaknya masih belum beranjak.

Andin memgangkat bahunya. "lo udah dapet emang cewek yang mau lo jodohin sama abang lo?"

"Belom. Gue juga takut kali nyodorin anak orang sama abang gue, galak soalnya." Andin tertawa.

"Ah, kenapa gak Lo aja Din. Kapan lagi gua dapet kakak ipar somplak." Maura tertawa, ide bagus.

"Gila lo, Ogah gue. abang lo galak. Tekanan batin ntar gue," Andin bergidik.

"Kalo lo udah ketemu abang gue, gue yakin lo gak bakalan ngomong kaya sekarang." Maura menatap Andin serius, 'bisa serius juga nih anak' Andin membatin.

"Gue serius, gue lebih tenang kalo abang gue sama lo." Andin menelan salivanya.

Andin mengalah. "Emangnya abang lo kaya gimana sih?"

Maura terlihat menerawang. "Abang gue tuh gak beda jauh sih sama bokap gue," Andin mulai terlihat tertarik. Bokapnya Maura kan Kece abis.

"Banyak yang bilang abang gue tuh ganteng. dia cuek Tapi kadang kadang jail, nyebelin juga sih," Maura terkekeh, Andin ikut tersenyum. Andin percaya kalau abang Maura itu tampan, bagaimana tidak. Keluarga Dirgantara terkenal dengan ke elokan rupa mereka, Bokapnya Maura walaupun umurnya sudah tidak muda lagi tapi masih terlihat gagah dan tampan, nyokapnya cantik, Liat aja si Maura. Siapa Sih Cowok yang gak nyangkut sama dia, jadi Andin yakin abang Maura pasti juga menakjubkan.

"Jadi lo tertarik gak?" Maura menaik turunkan alisnya.

"Ntar abang lo lagi yang gak mau sama gue, Kalo gue digalakin gimana?" Okay, kadar kepedean Andin menurun sekarang.

"Ya lo galakin balik lah, sejak kapan lo jadi lembek gini,"

"Jadi kapan gue bisa ketemu abang lo, tapi kalo abang lo emang gak suka sama gue ya gue mundur."

"Lusa."

"Lusa?"

"Iya, Lusa tuh ada perayaan hari jadi dirgantara Group, jadi pas tuh," Maura tersenyum. Tapi Andin masih ragu, Dia malas menambah masalah. masalahnya saja udah banyak ditambah lagi abang Maura, Yah dia menganggap abang Maura akan menimbulkan masalah untuknya.

Karena menyadari keraguan Andin Maura mencetuskan satu idenya. Dia yakin Andin tidak akan menolak.

"Gimana kalau kita taruhan?" Tawar Maura membuat Andin  menggeplak kepalanya. "Gila lu, Gak mau gue. Nambah nambahin masalah gue aja," Maura cemberut. Dugaannya salah, Andin menolak.

"Tapi kalo ke perayaan hari jadi dirgantara group sih gue bisa.

"yeayy." Maura berjingkrak heboh membuat beberapa pasang mata menatap mereka aneh. Andin menutup wajahnya, salah apa dia hingga mempunyai teman dengan otak satu botol tak penuh.

Dengan cepat Andin menarik Maura, ia tidak tahu lagi apa yang akan dilakukan oleh teman gilanya ini, memang yah dia punya temen kagak ada yang bener. Lili? Si biang gosip, Lala? Dongo, Maura? Gila dan dongo. Nasib emang.

Langkah mereka terhenti, Maura menaikkan sebelah alisnya pada pria dengan seragam yang sama seperti mereka itu.

"Ehm, Gue boleh gak ngomong sama temen lo ini?" pria itu menatap Maura penuh harap. Maura mengangguk. Lalu berjalan ke ruang kelasnya.

***

"Ck, mau ngomong apaan sih?" Lano menggaruk rambutnya.

"Gue mau minta no WA lo sama Id Line lo, boleh kan?" ucapnya canggung, Andin diam membuat Lano salah tingkah.

"Sorry kalau gue-"

"Boleh." Lano menatap Andin dengan mata membelo, Andin tersenyum kecil.

Setelah bertukar no WA dan Id Line mereka berjalan ke arah ruang kelas Andin.

"jadi lu anak Ipa1, wih pinter dong," Lano tertawa kecil.

"Gak juga sih, lagi hoki aja gue itu masuk situ," Andin tertawa. " Ini gue gak sopan banget ya, Lo kan kakak kelas gue, Lah gue manggil Lo-Lo aja," Ucap Andin baru teringat bahwa Lano adalah kakak kelasnya.

"Alah udah santai aja lagi, Gue juga risih kalo di panggil 'kakak' gitu. Sebenernya sih gue kecepetan sekolah, seharusnya gue seangkatan lo juga, Lagian gue sering aneh kalo ada yang ngomong 'Eh Kakak Lano mau kemana?' Padahal tuh orang seumuran ama gue," Andin tertawa. "Iya juga sih," Andin mengangguk-angguk.

"Jadi gud gak perlu manggil pake kakak-kakakan nih," Tanya Andin tersenyum jahil.

"Ya gak lah." Lano berseru cepat. "Tapi kalo lu mau panggil Gue Honey sih Gue mau mau aja," Lano tertawa sesaat setelah Andin menggeplak tangannya.

"Lu super juga ya, Geplakan lu sakit," Lano meringis, Andin memutar bola matanya. "Jayus lu,"

"Eh udah sampe kelas gus nih," Andin berseru saat sudah berada di depan kelasnya.

'ck cepet amat sih' Ucap lano dalam hati.

"Oh iya, Ntar lu pulak naik apa?" Lano bertanya, Andin bisa menebak kalau Lano menawarkan untuk menghantarnya pulang, bukan geer atau apa tapi dia sudah pengalaman soal itu.

"Gue bawa mobil," Ucap Andin.

"Oh yaudah kalau gitu, Gue duluan ntar buk Linda keburu nongol lagi. Masih sayang nyawa gue," Andin terkekeh.

"NGAPAIN KALIAN MASIH DISINI?! SUDAH BELL INI, KAU LAGI ANDIN YANG BERULAH!" Andin meringis, Buk Butet melotot ke arah Andin lalu beralih ke arah Lano.

"Kau anak ipa 1 kan?" Lano mengangguk pelan.

"Kok kau ikut ikutan pulak kau sama si Andin, ke kelas kau sekarang juga!" Andin memutar bola matanya, selalu dia yang disalahkan, mentang mentang si Lano anak kesayangan sekolah. Terjadi adegan saling melirik antara Andin dan Lano.

"Ngapain kalian masih disini!" Ucapan menggelegar buk butet membuat Lano Dan Andin ngacir ke kelas masing masing.

"SEE YOU CANTIK," Teriak Lano lalu berlari cepat meninggalkan buk butet yang melotot padanya dan Andin yang terkikik.

**

Andin keluar dari mobilnya saat telah berada di Apartement dia melihat sekeliling entah kenapa dia merasa seperti diperhatikan.

Ah mungkin perasaannya saja, dia menghembuskan napasnya Lalu masuk ke lift, Lalu masuk Dua orang pria. Satu pria memakai masker dan satu yang lainnya memakai kemeja bewarna biru.

Semua berjalan tenang sebelum si pria berkemeja biru mencolek bokong Andin membuat Andin menghempaskan tangan pria itu. Lalu pria bermasker memegang kedua tangannya ke belakang dengan kuat membuatnya tidak bisa bergerak.

Kakinya menendang nendang si pria berkemeja memegang wajahnya hendak menciumnya Andin memalingkan wajahnya sambil memeberikan semua sumpah serapah yang dia ketahui.

"Brengsek! Lepasin gue an*ing," Andin terus berontak hingga lift terbuka Andin berdoa semoga saja ada orang yang masuk dan menolongnya. Dan doanya terkabul seorang pria berkaca mata hitam masuk dan langsung bergerak memukuli dua orang pria itu. Lalu menelepon petugas keamanan.

Tubuh Andin bergetar. Pria itu menatapnya lalu pergi begitu saja meninggalkan Andin yang masih menatapnya hingga punggung pria itu menghilang dan peghliatan.

Siapapun pria itu Andin sangat berterima masih padanya.

*****

Sorry yulia lama update lagi setress soalnya 😭😭

THE PAIN (MINE #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang