The pain#5 Maura's brother

3K 294 12
                                    

Andin berjalan dengan penuh percaya diri dengan menggunakan gaun merah selutut dengan belahan hingga pertengahan paha. Bagian dadanya agak sedikit rendah tapi masih dengan tahap Normal.

Beberapa orang memperhatikannya dengan penuh minat, tapi ia tetap berjalan dengan acuh tak acuh.

Dia melihat wanita seumurannya yang memggunakan gaun bewarna emas yang sangat cocok dikenakannya, Maura. Andin berdecak. temannya yang satu itu memang cantik bahkan banyak yang mengatakan mirip barbie, tapi sayangnya gila.

Lihat saja saat matanya melihat Andin dia langsung berteriak heboh membuat orang orang memperhatikannya tapi anehnya mereka malah melihatnya dengan berbinar.

'Imut ya'

Andin terkekeh mendengarnya. "Berisik njir." Ucap Andin saat sudah berada di hadapan Maura. "Biarin berisik yang penting cakep," balasnya cuek. Sambil mengibaskan rambutnya.

"Ke papa mama gue yuk," Ajak Maura, Andin mengiyakan dan mereka ke arah dekat panggung dimana keluarga Maura berada.

"Halo Om, Tante," Orang tua Maura menyambut Hangat Andin, Andin memang sudah di anggap anak sendiri oleh orang tua Maura, 'Andin anaknya baik' Itulah yang Orang tua Maura katakan mengenai Andin. 'Iya baik, saking baiknya sering clubing'

Maura mengedarkan pandangannya. "Kakak mana Ma?" Tanya Maura saat kakaknya tidak terlihat. "Biasa, tapi dia udah mama paksa kok, palingan bentar lagi dateng. Heran mama Sama anak kamu itu pa, kok males banget di jak ke acara ginian," Papa Maura hanya tertawa sambil mengelus rambut mama Maura dengan sayang, membuat Andin ikut tersenyum memperhatikan mereka. Usia mereka sudah tidak muda lagi, tapi mereka masih tetap mesra dan saling mencintai. Ck cinta? Bahkan sampai sekarang ia masih tidak mau merasakan kata laknat itu lagi, entah sampai kapan, mungkin selamanya. Jika pacaran ataupun menikah tanpa cinta, tidak masalah juga kan.

"Ehm, Maaf kakak telat," Suara itu membuat Degup jantung Andin menggila.

"Kakak Dandannya lama banget sih kayak cewek," terdengar suara Maura dan suara kekehan seorang pria.

Deg deg deg

Entah kenapa ia sangat enggan untuk berbalik.

"Eh Din ini kakak gue," Andin berbalik dengan garakan pelan seperti ada bencana yang akan menghampirinya. Andin mengangkat pandangannya pada sosok bertubuh tinggi dan tegap di hadapannya Lalu wajahnya berubah pias. Tubuhnya kaku.

"Kak kenalin ini teman Rara, Andin. Cantikkan," Ucap Maura ceria tanpa menyadari mimik wajah mereka berdua.

"Veron," Veron menyodorkan tangannya sedangkan Andin masih berdiri kaku.

"A..andin," Ucapnya dengan suara lirih. Melihat wajah Andin yang takut membuat Maura angkat suara. "Tenang Din, kakak gue gak akan  galakin lo kok, lo kan temen gue." Andin memaksakan senyum.

"G..gue ke toilet dulu ya," Ucap Andin lalu berlalu pergi diiringi tatapan tajam Veron yang sama sekali tidak beralih dari dirinya.

Andin menghempaskan tubuhnya pada dinding Toilet.

"Tenang Andin, okay tenang. Kenapa lo lebay banget sih, biasa aja okay biasa aja." Andin mensugesti dirinya sendiri.

Setelah tenang dia keluar dan memupuk kepercayaan dirinya.

"Andin?" suara itu membuat Andin mengalihkan tatanya pada pemilik suara.

"Jadi bener lo," Sang empu terlihat berbinar binar.

"Lano, ngapain lo disini?" Okay, pertanyaan bodoh.

"Diajak bokap gue, papa Maura kolega bokap gue," Andin mengangguk. Lalu tiba tiba sebuah jas bertengger di pundaknya yang terbuka.

"Baju lo kurang bahan, jelek." Ucap Lano mengejek membuat Andin memelototkan matanya kesal. Sial, baju mahal di bilang jelek.

"Jangan melotot gitu dong, ntar kalo mata lo keluar terus nan-" karena malas mendengar ucapan absurd Lano, Andin meninggalkannya. Tapi ada yang menghadang langkahnya membuat langkahnya terhenti.

"Ada Apa ya?" Andin bertanya seperti baru mengenal sosok tersebut.

"Kita perlu bicara," Ucap Veron datar. Andin menaikkan sebelah alisnya lalu tersenyum mengejek, saatnya menunjukkan bagaimana seorang Andin dewasa, bukan Andin yang polos dan naif.

"Oh bicara saja, saya akan mendengarkan," Ucapnya santai.

Veron menggeram. "Tapi tidak disini," Andin mengernyit terlihat berpikir, lalu tersenyum miring. "Saya sibuk, maaf." dan berjalan berlalu dari hadapan Veron tapi Veron mencekram tangannya kuat.

"Ada apa dengan pakaianmu, dan jas siapa yang kau pakai?"

Andin mengeleng tidak percaya, apa apaaan orang ini. "Apakah anda sekurang kerjaan ini, hingga mengomentari gaun saya, dan jas yang saya pakai? Saya rasa Ini bukan urusan anda," Veron menatap Andin tajam. Tatapannya memang mematikan membuat nyali andin ciut sedikit.

"Andin? Ya ampun lo dicariin malah disini. Tega bener ninggalin gue." Lano melihat Andin dengan tatapan kesal.

"Lo sih banyak bacot," Ucap Andin acuh. Veron menaikkan Allisnya sambil melihat Lano dengan tatapan tidak suka. Lano mengalihkan tatapannya pada Veron dan tautan tangan mereka. Membuat Andin dengan cepat melepaskan tangannya dari tangan Veron dengan kasar.

"Hai, gue Lano, Pacarnya my Baby Andin." Ucapnya sambil tersenyum Manis menyodorkan tangannya, yang di sambut Veron dengan tatapan tidak bersahabat, tapi yang namanya Lano ya mana peduli, orang dia gak salah, terus gak ganggu orang juga.

"Yuk bee, kita kesana, makan." ajak Lano sambil menggenggam tangan Andin.

"Duluan kak," Sapa Lano pada Veron lalu berlalu begitu saja yang di ikuti Andin dengan patuh.

Usai mereka pergi, Veron mengepalkan tangannya, raut wajahnya berubah keras, lalu mendesah kasar. Dalam hati ia berpikir. Mengapa ia kesal? Andin kan hanya sekedar adik baginya, jadi ya bebas saja dekat dengan pria manapun, asal pria itu orang baik. Tampaknya juga pria tadi juga baik, Tapi kenapa dia marah, membuatnya ingin sekali menonjok pria tadi. Dia pasti sudah gila.

Sialan!

------

"Ngapain lu ngaku ngaku jadi pacar gue," ucao Andin sambil melepaskan tangannya dari Lano.

"Ya kali aja ntar jadi beneran," Ucap Lano pelan di akhir kalimat.

"Apa lo bilang?" ucap Andin galak. "Gak, gak ada," Lano menggeleng kaku.

"Elah di cariin, lu berdua malah pacaran disini," Maura berseru menggoda, walaupun dia berharap Andin dengan kakaknya. Tapi jika Andin bahagia dengan pria lain. Ia juga akan bahagia, kalau untuk kakaknya biar dia cari sendiri asalkan jangan cari laki laki juga.

"Ya semoga terkabul," Andin berdecih sedangkan Maura tertawa. Lalu mereka mencari tempat duduk dan mengambil makanan, Menurut Maura Lano adalah orang yang lucu dan tampan, dengan lesung pipi di kedua pipinya membuatnya tampak manis. Dia juga terlihat perhatian. Ya tipe ideal untuk dijadikan pacar ataupun teman. Sangat cocok dengan sahabatnya Andin.

-----

Tuh update cepet kan, sorry for typo guys 😘.

THE PAIN (MINE #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang