Saat keluar dari toilet, mata Andin langsung bersibobok dengan Lano yang berada di pintu masuk.
"Lo kenapa, kok pucet gitu," Andin hanya menggelengkan kepalanya. Tanpa kata Lano menggandeng tangan Andin membawanya pergi dari sana, tangan Andin dingin, itulah yang dirasakan Lano.
Sedangkan Andin melihat tangannya yang bertaut dengan tangan Lano, dalam hati ia membatin. semoga saja, semua ucapan Veron hanyalah bualan belaka.
"Lo nggak enak badan ya, kita pulang ya?" Ucap Lano saat mereka telah duduk di meja pojok. Andin tidak mendengarkan ucapan Lano, karena saat ini tubuhnya terasa panas seperti ada yang sedang memperhatikannya dengan tajam. Dan benar saja, saat Andin menolehkan kepalanya ke kiri matanya bersibobok dengan Veron yang menatapnya dingin dengan gaya yang angkuh. Andin mendengua sebal, okay dia agak terintimidasi sekarang.
"Heh, lo kok malah bengong sih, emang lo rada sakit nih pasti, pulang yuk ah." Andin mengangguk, dan mengikuti langkah Lano, permisi pada keluarganya bahwa mereka harus pulang sekarang.
Diperjalanan pulang Lano terus menatap Andin yang berubah menjadu pendiam. Biasanya tidak pernah seperti ini, mereka biasanya tidak pernah kehabisan bahan pembicaraan, bahkan kalimat tidak penting pun mereka bahas.
"Lo kok diem aja sih, aneh tau gak. Lo gak kemasukan arwah penunggu toilet kan?" Tanya Lano sambil bergerak gelisah melirik Andin sesekali.
Andin diam...
Wajah Andin bertambah dingin, kepalanya menunduk hingga rambut rambutnya menutupi wajahnya, kepalanya bergerak pelan ke arah kanan.. Dan....
"HUWAAAA, ANYIIING."
"BWAHAHAHA." Tawa Andin meledak melihat wajah kaget Lano, hingga mobil agak oleng sedikit. Untung tidak ada mobil di belakang mereka, mereka memang melewati jalanan pintas yang agak sepi. Kalau lewat jalan biasa, males. Macet.
"Emang iblis lo Din!" Umpat Lano, sungguh dia kaget sekali tadi, bayangkan saat ia melihat kearah Andin. Dia malah disuguhi pemandangan wajah dengan tambut terurai berantakan dengan wajah dingin dan mata melotot. Gimana gak kaget, njir.
"Haha muka lo Lan, Gila Anjir. Keknya berbakat nih gue, bintangin film horor." Ucap Andin sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya semangat.
"Iya, lo cocok jadi tuyulnya."
"Tai."
.
.
"Nih minum." Ucap Andin sambil mendekatkan ke arah Lili yang tersedak. Sedangkan Maura dan Lala hanya tertawa melihat penderitaan Lili, sebenarnya tadi Andin yang tertawa paling keras cuman yah, kesian juga ini anak, entar metong. Berabe urusannya.
Lili langsung meneguk air itu dengan semangat, wajahnya sudah memerah.
"Ngegosip mulu sih lo." ucap Lala setelah tawanya berhenti.
"Eh setan, lo bertiga juga ngegosip."
"Kan elu yang bawa berita." Timpal Maura. "Lah kan Elu yang semangat ngedengerin sambil nambahin bumbu, bangsat. Gue mulu yang disalahin, Apa salah dan dosaku ya Allah." Ucap Lili dramatis sambil menengadahkan tangannya ke atas. Dengan Ekspresi yang kata Andin menggelikan.
"Najis," Ucap Andin geli melihat Lili.
"Iya, menurut lo najisin. Menurut para cogan itu imut banget," ucap Lili sambil mengibaskan rambutnya centil, membuat Maura menjitak kepalanya.
"Hello girls, boleh bergabung." seruan itu membuat mereka berempat menoleh. Terlihat Lano dengan kedua temannya sedang berdiri sambil membawa mangkuk bakso di tangan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE PAIN (MINE #2)
RomancePria yang berusaha menemukan, Dan wanita yang berusaha bersembunyi. Menghancurkan tidak sesulit membangun, dan membangun tidak semudah menghancurkan. Andin-Veron "Go away from me!" ~Andin~ "Now, I'm going to fight for you, semakin keras usahamu meny...