The pain#6 Bingung

3K 300 10
                                    

Andin termenung di bangku taman belakang sekolahnya, taman yanh sangat jarang dikunjungi siswa siswa sekolahnya karena katanya seram.

Tapi tidak bagi Andin, Taman ini sangat nyaman baginya. Sepi dan tenang.

Lagi lagi ia menghela napasnya, bagimana bisa dunia bisa sesempit ini, Mengapa dia tidak tahu kalau Kak Veron itu adalah kakak Maura. Oh my god dia merasa menjadi orang terbodoh se indonesia sekarang.

Mengapa ia tidak kepo sih, kan kalau ia kepo dia pasti ciri curi pandang memperhatikan foto keluarga Maura.

Dan sekarang pasti semuanya tidak akan sama lagi, dia tidak akan bisa sesuka hatinya lagi berkunjung ke rumah Maura. Otak Andin terus berkecamuk hingga sesuatu yang dingin menyentuh pipinya membuatnya tersentak, dan langsung mendengus saat melihat Lano yang tersenyum lebar di sampingnya.

"Gue kaget tau!" Ucap Andin kesal dan mengambil minuman dingin yang berada di tangan Lano, bahkan belum di ijinkan sang empunya. Andin menegaknya hingga setengah membuat Lano menggeleng takjub.

"Gue baru tahu kalo melamun itu menguras tenaga," Cibir Lano.

Andin nyengir. "Sebenernya gue udah haus daritadi cuman males beli," Lano mendengus.

"Lo kok kau gue disini?" Tanya Andin heran.

"Ya iyalah gue tahu, satu sekolah juga tau kali kalau nih taman angker tempat perkumpulan lo berempat," Benar juga, mereka memang sering menghabiskan waktu di tempat ini.

"Temen temen bad girl lo kemana?" Tanya Lano.

"Lala, Lili lagi di hukum sama buk Linda, kalau Maura entah deh, dia sering ngilang akhir akhir ini pas jam istirahat." Ucap Andin lesu, Lalu seketika ia melotot mengingat perkataan Lano tadi.

"Apa lo bilang tadi?! Bad girl!" Andin menatap Lano bengis, Lano meringis.

"Lah lo berempat emang bukan bad girl ya?" Tanya Lano polos, dia memperhatikan Andin dari atas hingga bawah membuat Andin menggeplak kepalanya hingga membuatnya meringis.

"Sakit tau!" Ucap Lano kesal. Andin hanya melihatnya santai. "Bodo,"

"Perasaan kita berempat biasa biasa aja deh, gak pernah bikin onar juga, baik lagi" Perkataan Andin membuat Lano mencibir.

"Ngusilin guru, cabut saat jam pelajaran, ngebuly anak orang, rok 5 centi di atas lutut, baj-"

"Stooop," Andin membekap mulut Lano dan melepaskannya saat itulah tawa lano meldak. "bhahaha, itu yang lo bilang gak buat onar? Baik? Mau gue beliin kaca Mbak?" Ledek Lano, Andin mendengus. "Tai!" Umpatnya membuat Lano tertawa lagi.

"Dan kenapa lo sok deket gini sama gue, secara kan lo anak kesayangan guru, ketua Rohis lagi, ya kali deket deket anak begajulan kaya gue." Lano mengacak Rambut Andin.

"Karena gue..suka," Lano tersenyum lebar, dan menarik tangan Andin yang masih diam menatapnya.

***

Hari ini Veron ditugaskan untuk menjemput adiknya, sebenarnya dia tidak keberatan sih, lagipula ia perlu melihat seseorang juga.

Sekarang sudah waktunya jam pulang sekolah, tapi adiknya belum juga muncul, ponselnya juga tidak aktif. Veron langsung diserang rasa khawatir. Jangan sampai adik semata wayangnya itu diculik, bisa bisa dia menangis darah bila itu terjadi.

Matanya terbuka lebar saat matanya menangkap seorang wanita berambut sepunggung dengan seragam yang sama dengan adiknya, dia turun dari mobil untuk menghampiri wanita itu, wanita itu Andin.

Andin merada heran saat beberapa orang siswi tersenyum senyum malu sambil berbisik bisik di sekitarnya tapi saat ia menagkap soaok tegap yang berjalan kearahnya Andin langsung terpaku, dadanya sesak seakan akan udara di sekelilingnya menghilang.

"Andin? Kamu lihat Rara gak?" Tanya Veron saat sudah berada di hadapan Andin, menatap gadi itu lekat, seakan ia tidak bisa mengalihkan pandangannya darinya.

"Kata Maura tadi dia ada urusan kak," ucap Andin tenang.

"Oh ya, sama siapa?" Tanya Veron lagi, kali ini menatap mata Andin.

"Sendiri kak," Veron mengangguk mengerti, walaupun dia agak kesal karena adiknya tidak memberitahukan padanya, tapi ya. Sudahlah. Adiknya juga sudah mulai dewasa sekarang, sudah bisa menjaga dirinya sendiri. Dewasa? Veron tersenyum dalam hati dan memperhatikan wanita di hadapannya.

"Maaf kak, saya mau pulang dulu permisi," Ucap Andin mulai melangkah meninggalkan Veron, tapi di langkah keduanya seseorang menggenggam tangannya.

"Kenapa?" Tanya Andin datar. Veron tahu, kejadian masa lalu telah mengubah semuanya, telah mengubah gadis ceria dan polos menjadi gadis yang ketus dan selalu bertingkah seenaknya.

"Kakak antar ya?" Tawar Veron, Andin hanya menatapnya aneh. "Gak usah kak," Ucapnya dengan nada yang lagi lagi datar. Veron menghela napas.

"Kakak mau bicara sama kamu," Ucap Veron lembut. Andin mengangkat sedikit sudut bibirnya. "Ngomong aja," Balas Andin.

"Tapi gak disini," Andin menatap Veron tidak suka, "Kalau kakak gak mau ngomong disini, ya udah saya pergi, saya sibuk!" Veron yang daritadi mencoba bersabar seperti kehilangan kendalinya.

"Sibuk apa hah? Kalau clubbing ini masih siang." Veron menatap Andin tajam.

"Ada apa denganmu Andin, ini bukan kau, Andin tidak seperti ini!" Andin balas menatap Veron tajam.

"Lalu siapa, Hah?! Andin yang kau katakan itu sudah mati, jangan pernah mendikteku! aku bukan Andin naif seperti dulu, Jangan bersikap seolah olah kita saling mengenal, karena sekarang kita tidak lebih dari sekedar orang Asing!"

"Kau tidak asing bagiku Andin, Kita tidak akan pernah menjadi orang Asing Didi,"

"Kau tidak pernah asing bagiku didi," Andin menatap Veron marah.

"Don't Call me like that!" Ucapnya penuh penekanan, matanya menyorot tajam.

Mereka berdua bahkan tidak menyadari jika mereka menjadi pusat perhatian siswa-siswi. Terlalu fokus pada apa yang mereka debatkan.

Lano menatap bingung pada siswa siswi yang berkumpul di gerbang, Lalu saat menatanya menangkap sosok wanita yang dikenalinya, Lano berjalan mendekat sambil fokus memperhatikan, suara mereka tidak kuat jadi tidak bisa di dengar oleh orang orang, tapi karena dari ekspresi mereka pasti ada yang mereka debatkan, itu nungkin yang menjadi pusat perhatian, Pikir Lano.

Sebenarnya Lano tidak mau menghampiri karena bisa saja Andin akan marah padanya karena mengganggu pembicaraan mereka, tapi melihat raut wajah Andin yang terlihat tertekan, dia tidak tega.

"Pulang yuk," Andin dan Veron mengalihkan pandangan mereka pada Lano yang tersenyum lebar sambil menggengam tangan Andin erat, Lalu tatapan Lano beralih pada pria yang berada di hadapan Andin, bukankah dia pria yang di pesta itu, untuk apa dia menemui Andin?

"Kita pulang ya," Lano menatap Andin lembut membuat Andin terpaku, matanya sudah berkaca kaca, daritadi dia sudah menahan tangisnya. Sedangkan Veron menatap mereka yang bertatapan dengan gamang.

Dia sadar cara yang dia pakai untuk berbicara dari hati ke hati dengan Andin salah, mungkin lain kali, pikirnya.

Tanpa mengatakan apapun Veron berbalik meninggalkan kedua siswa-siswi itu, saat memasuki mobilnya Veron meremas stirnya kuat guna melampiaskan amarahnya, Ada apa dengan dirinya.

Rasanya ingin sekali Veron mendaratkan pukulannya pada pria itu, tapi kenapa? Apa alasannya? Dia bahkan tidak mengerti dengan dirinya sendiri, Sial!

####
Tbc...

Ciahh lama update, udh nungguin ya, hehe sorry teman teman 😘

THE PAIN (MINE #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang