the pain #8 Kau milikku

3.4K 282 10
                                    

Andin menghempaskan tubuhnya di kasur, pikirannya melayang pada kejadian semalam.

Bagaimana bisa dia sebinal itu, mengajak Veron bercinta? Hah, yang benar saja.

Semalam dia memang sudah hilang akal, kerena ingatan akan kejadian masa lalunya memupuk begitu saja, saat dulu dia memilih menemui Veron daripada mengantar orang tuanya ke bandara untuk perjalanan bisnis. Dan ternyata itu seharusnya adalah pertemuan terakhirnya dengan orang tuanya, saat kemudian orang tuanya mengalami kecelakaan pesawat dan meninggal dunia.

Meninggalkan dirinya sendiri di dunia yang kejam ini, saat orang tuanya telah meninggal dia dibawa ke Indonesia dan tinggal bersama pamannya, tapi memang nasibnya tidak pernah baik. Sepupunya anak dari pamannya tidak ada yang menyukainya, padahal dia tidak melakukan kesalahan, dia selalu baik pada mereka tapi mengapa mereka membencinya.

Dan tidak hanya sampai disitu, sepupu laki lakinya anak dari pamannya itu juga hendak memperkosanya, untung saja dia bisa lolos, dan ia tidak tahan lagi. Dia memutuskan menghubungi pengacara ayahnya dan meminta agar dia tinggal sendiri, lebih baik begitu, di umurnya yang ke 15 tahun dia harus hidup mandiri, walaupun jika urusan uang dia selalu dikirimi setiap bulan dari perusahaan orang tuanya.

Ibunya pemilik butik terkenal yang sekarang dipegang oleh orang kepercayaan ibunya sampai dia sanggup menggantikannya begitupun perusahaan ayahnya. Setidaknya dia bisa bersyukur, dia memiliki materi jadi tidak harus banting tulang untuk memenuhi kebututuhannya.

Veron...

Dulu dia sangat memuja nama itu, Andin pikir itu hanya cinta monyet sesaat tapi salah, dia memang mencintai dengan tulus. Saat Veron tersenyum padanya dan memanggilnya dengan sebutan Didi, jantungnya berdebar hebat, perasaan hangat memenuhi benaknya, tapi itu tidak bertahan lama saat dia dikecewakan.

Bahkan saat orang tuanya meninggal pun dia masih berharap Veron datang dan memeluknya memberikan kata kata menenangkan untuknya, bahkan dia melihat dari balkon kamarnya Veron bersenda gurau dengan kekasih barunya sambil berciuman, Apakah tidak ada rasa simpati sedikitpun, waaupun ia awalnya menolak pindah ke indonesia tapi melihat dia tidak ada harapan lagi, Andin menyerah. Mungkin dia memang tidak pantas untuk orang sesempurna Veron.

Tapi kenapa sekarang takdir mempertemukan mereka kembali, seolah mempermainkannya, jika bisa meminta, Andin akan memohon pada takdir untuk berhenti mempermainkannya. Dia lelah, sungguh.

Dan mengapa Veron membuat ini jadi begitu rumit, tidak bisakah dia berlagak bahwa mereka tidak saling mengenal. Dan hanya kenal karena Ada Maura di antara mereka.

Lamunan Andin terhenti kala ponselnya berdering.

Lano is calling...

"Hello baby," sapaan itu menyambut saat Andin mengangkat panggilan itu.

"Baby, Baby. Lo kata gue bayi," Ucap Andin ketus.

"Yaelah, masih aja galak. tercabik-cabik hati abang dek," Andin berdesis geli, membuat Lano yang di ujung sana tertawa.

"Mau ngapain lo nelpon gue? gue lagi sibuk," Ucap Andin sambil kakinya menendang nendang udara.

"Hah, sibuk apaaan? Sok sokan lo, paling juga tiduran," Lano mencibir, membuat Andin memutar bola matanya kesal.

"Terus, maksud lo apa nelpon gue,"

"Ehm, Gini. Kakak sepupu gue kan merid nih ntar malem." Suara Lano terdengar ragu.

"Terus? Lo mau minta gue nemenin lo gitu,"

"Nah, pinter. Temenin gue ya, ntar kalo gue gak bawa pasangan, yang ada gue diledekin sama sepupu-sepupu gue, plis help me Ai,"

THE PAIN (MINE #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang