the pain#7 not litle girl anymore

3.2K 269 6
                                    

Andin menggerakkan tubuhnya pada irama musik yang menghentak-hentak.

Dia hanya minum sedikit malam ini, dia agak trauma pada kejadian yang lalu, beberapa pria terlihat mengelilinginya mengajaknya menari lebih semangat.

Andin menggerakkan pinggulnya membuat pria pria menatapnya nakal, bibirnya yang dipoles dengan lipstick merah darah tersenyum miring. nyatanya di tempat ini, ia suka menjadi pusat perhatian.

Ya beginilah Andin, saat teman temannya sedang tidur cantik di rumah, dia malah sibuk menggerakkan tubuhnya menikmati kesenangan sesaat. daripada memilih diam di apartemennya yang sepi.

Untuk ukuran seorang anak SMA sepertinya, tubuhnya memang luar biasa indah. Andin bukannya menjaga keindahan tubuhnya malah mengumbarnya. terbukti dari rok pendek dan baju ketat yang selalu di pakainya ke sekolah. Walaupun teman temannya juga tidak beda jauh dengannya, tapi tidak separah Andin. Senakal-nakalnya temannya tapi tidak senakal Andin. Mereka hanya berani nakal di sekolah...jika di rumah mereka akan menjadi anak yang lugu nan manis.

"What's your name Honey," seorang pria tampan berwajah blasteran mendekat rapat padanya, dan Andin tidak risih sama sekali.

"Andin." ucap Andin berbisik pada pria itu. Pria itu memejamkan matanya menikmati hembusan napas Andin di telinganya, "I'm Janson." ucap pria itu, tangannya memegang pinggang ramping Andin, menuntunnya untuk bergerak. Andin mengalungkan tangannya pada leher Janson, membuat Janson semakin bergerak merapat.

"You're so sexy," bisik Janson serak, Andin tersenyum memukau membuat Janson semakin masuk ke dalam pesonanya.

Wajah mereka semakin mendekat hingga akhirnya Janson mencium tanpa aba-aba.

Andin menggerakkan bibirnya membalas ciuman Janson tak kalah semangat, ciuman memabukan yang membuatnya seakan lupa akan segalanya

Tangan Jason merambat pada punggung Andin yang terbuka, tapi tidak lama sebelum pukulan keras mendarat di pipinya membuatnya tersungkur.

Andin membuka matanya, matanya membelalak sempurna melihat Janson telah terbaring dengan penuh luka lebam dan Orang yang sedang berada di atasnya tidak berhenti memukulnya.

terdengar beberapa pekikan orang orang membuat Andin tersadar jika pria itu dapat membunuh Janson.

"HENTIKAN!!" Teriak Andin keras, membuat pria itu menghentikan pukulannya. Andin sempat melihat pria itu berbicara tajam pada Janson sebelum memalingkan wajahnya menatap Andin marah.

Mata Andin membola saat melihat siapa pria yang memukul Janson, belum tersadar dari keterpakuannya, pria itu menariknya keluar dari Club dengan kasar.

Dia melepaskan tangan Andin saat sudah di luar, tempat ini sepi.

"APA YANG KAU PIKIRKAN, HAH?!" teriaknya murka.

"BAGAIMANA BISA KAU MEMBIARKAN DIA MENYENTUHMU DENGAN SEMENJIJIKKAN ITU!" dia mencekram bahu Andin memaksa Andin menatapnya. Tanpa di duga Andin menarik wajahnya dan melumat bibir pria itu tanpa aba aba. Pria itu Veron, Veron membeku tidak percaya, ciuman yang lumayan lama hingga membuat Veron tanpa sadar membalas ciuman itu, ciuman itu terlepas.

"Rasamu lumayan juga," Andin tersenyum miring. Andin menepukkan tangannya pada dada Veron.

"Sekarang. Aku telah mengakhiri hubungan kakak-adik ini, hubungan itu telah berakhir, karena tidak ada kakak dan adik yang berciuman seperti tadi," Lalu Andin tersenyum nakal pada Veron yang masih terdiam.

"Mau mencobaku?" Andin mengusap dada Veron yang terbalut kemeja hitam dengan tangannya yang digulung ke siku. "Kau yang pilih tempat. hotel atau...Apartement, maybe?" Veron menyentak tangan Andin yang menyentuh dadanya.

THE PAIN (MINE #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang