the pain #11 Maura pergi

3.4K 261 10
                                    

Veron mengacak rambutnya kasar, dia kira dengana adanya kejadian kemarin, semua sudah selesai. Dia dan Andin akan bisa bersama, tapi nyatanya, Andin kembali menghindarinya.

Belum lagi dia dikejutkan dengan adiknya yang ingin pergi ke inggris karena pria brengsek bernama Austin itu. Dan dia baru saja menghantarkan adik satu satunya itu untuk pergi ke inggris. Dia bahkan belum lama di sini, dia kembali ke negara ini karena ingin berkumpul dengan keluarganya, tapi malah adiknya pergi.

Bagaimana ia sebuta ini, ia bahkan tidak tahu adiknya memiliki hubungan dengan pria, dia tidak terima, dia akan membuat pembalasan.

Rasanya ia ingin menghancurkan seisi kamarnya ini, kenapa semua terasa memusingkan, karena dua wanita yang sangat disayanginya.

Seseorang memencet bell dengan tidak sabaran, membuat Veron semakin emosi, dengan cepat ia berjalan ke arah pintu, dan saat pintu terbuka...

Oh saat yang tepat sekali, pikir Veron.

Dengan cepat dilayangkannya pukulan yang pasti sangat keras ke arah pria bermata biru yang tengah menatapnya dengan tatapan memohonnya.

"Berani beraninya lo nyakitin adek gue!" Ucap Veron masih memukul Austin yang sudah terkapar. Kalau saja ibunya tidak menghentikannya, mungkin ini adalah hari terakhir bagi pria sialan ini.

"Kalian ini jangan seperti anak kecil, gak malu apa."

"Maura dimana tante?" Pertanyaan itu membuat Veron berdecih jijik. "Maura udah pergi, mau apa lo nyari adek gue lagi? Bangsat lo emang!"

"Gak mungkin! Maura gak mungkin ninggalin gue, lo..lo pasti bohong!" Ucapan Austin membuat Veron terkekeh sinis. Dia benci sekali dengan orang yang ada di depannya ini. Pria di depannya menatapnya tidak percaya. Lalu memanggil nama adiknya dengan histeris. Membuat Veron sedikit berjengkit kaget.

"Percuma juga lo teriak, Maura udah pergi. Dan lo jangan pernah nyari adek gue lagi!" Ucap Veron benci, ibunya mengusap tangannya menenangkan. Dibawanya ibunya masuk ke dalam rumah, dan menutup pintu rumah dengan kencang. Biarkan saja orang gila itu.

.

.

.

"Gue gak nyangka banget selama ini Maura ada hubungan sama pak Austin," Ucapan Lili membuka keheningan di antara mereka bertiga.

"Em, padahal kita selama ini sering banget bicarain pak Austin di depan dia, pantes dia selama ini gak pernah mau ikut ikutan." Lala mendesah Lesu.

Lalu perhatian mereka teralihkan pada bunyi bell.

"Siapa yang dateng tuh?" tanya Lala.

"Bukain sono Li." Suruh Lala sambil mendorong Lili yang tengah tiduran di ranjang Andin.

"Ogah. Mager gue, lu aja sono." Andin mendesah frustasi, akhirnya dia bangkit daripada si kembar gesrek itu bertengkar dan semakin membuat pusing kepalanya.

"Noh kan, si nyonya rumah mah emang pengertian," Ucap Lili, membuat Andin melemparnya dengan boneka mickey mouse miliknya sambil mengumpat.

Andin mengumpat Lagi mendengar bell Apart nya di pencet dengan tidak sabaran.

"SABAR DONG!" Teriak Andin kesal.

"Lo-" Ucapan Andin terhenti kala dia membuka pintu apartemennya tiba tiba Ada orang menubruknya, memeluknya erat.

Andin mencoba melepaskan pelukannya tapi orang itu semakin mengeratkan pelukannya. "Sebentar aja, please." ucapan itu membuat Andin mengikhlaskan tubuhnya dipeluk seerat itu.

THE PAIN (MINE #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang